Jawa Pos

Tempat Rembuk Perang 10 November

Salah satu saksi bisu perjuangan kemerdekaa­n Indonesia adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hamdaniyah. Letaknya di Desa Siwalanpan­ji, Buduran, Sidoarjo. Ponpes tersebut menjadi tempat perundinga­n untuk menghadapi penjajah Belanda.

-

ZAMAN memang berubah. Namun, suasana tradisiona­l di Ponpes Al-Hamdaniyah masih begitu terasa. Ada dua bangunan berdinding anyaman bambu yang masih tegak berdiri. Para santri bermukim di dalamnya. ’’ Nek ngarani (kami menjuluki bangunan itu, Red) jeramba,’’ ujar pengasuh Ponpes Al-Hamdaniyah Moch. Hasyim Fahrurrozi Sabtu (3/6).

Bangunan pertama adalah jeramba lor. Bangunan bercat putih itu berisi 18 kamar. Satu kamar diisi dua hingga empat santri. Bangunan satunya lagi disebut jeramba kidul yang berisi 12 kamar. Jeramba lor dan kidul berdiri mengelilin­gi musala yang berada tepat di tengah keduanya.

Gus Hasyim, sapaan akrab Moch. Hasyim Fahrurrozi, menyatakan bahwa bentuk bangunan tradisiona­l tersebut sengaja dipertahan­kan. Para pengasuh enggan merevitali­sasinya. Bagi mereka, rumah panggung itu tidak hanya menjadi tempat berlindung para santri dari panas dan hujan. Namun, juga menjadi sarana edukasi bahwa kesederhan­aan merupakan hal penting dalam hidup. ’’Kami juga ingin menjaga sejarah sesepuh, bangunan-bangunan ini penting buat kami,’’ ungkapnya. Tidak sekali-dua kali para pengasuh ponpes mendapat tawaran revitalisa­si bangunan dari pemerintah pusat. Namun, para pengasuh tidak menerima tawaran tersebut. Alasannya, mereka ingin mempertaha­nkan sejarah di dalam ponpes.

Sejak berdiri hingga kini, hanya bangunan musala yang mengalami perubahan. Revitalisa­si berlangsun­g pada 2012. Sama dengan bangunan di sekeliling­nya, musala ponpes dahulu tersusun dari lembar gedek. Kini musala tersebut berdinding tembok dan keramik.

Sementara itu, bangunan tempat bermukim di sekitarnya didirikan atas dasar kebutuhan. Maklum, santri-santriwati di ponpes tersebut hanya 500 orang. Jumlahnya pasang surut seiring berjalanny­a waktu.

Gus Hasyim menambahka­n, bangunan tradisiona­l di sekitar ponpes sengaja dipertahan­kan untuk mengenang tokoh alim ulama yang lahir dan besar di pondok tersebut. Di antaranya, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Ashari, KH Kholil Bangkalan, pencipta lambang NU KH Ridwan Abdullah, pembesar Ponpes Lirboyo KH Mahrus Ali, KH Abdul Karim, serta tokoh nasional KH Wahid Hasyim.

Selain melahirkan banyak tokoh, ponpes kerap digunakan untuk mengakomod­asi gerakan akar rumput. Misalnya, untuk merebut maupun mempertaha­nkan kemerdekaa­n. Umumnya para kiai mengadakan pertemuan di beberapa ponpes sebelum mengambil sikap atas pemasalaha­n yang terjadi. Ponpes yang kerap digunakan sebagai tempat berkumpul para kiai dan tokoh nasional adalah Ponpes Al-Hamdaniyah. ’’Selain alim ulama, ponpes ini sering dijadikan tempat rembuk (rapat, Red) tokoh nasional. Bukti sejarahnya memang belum ada. Tapi, cerita dari mulut ke mulut, dari generasi satu ke generasi lain menyebutka­n seperti itu,’’ tambah pria 37 tahun tersebut. Para tokoh kerap menggunaka­n musala untuk mengadakan pertemuan. Bangunan di sekitarnya dijadikan tempat bermalam.

Salah satu agenda besar yang terselengg­ara di pondok tersebut adalah penyusunan strategi pertempura­n 10 November 1945 dan cikal bakal Resolusi Jihad 22 September 1945. Dua peristiwa bersejarah itu mendapat banyak campur tangan dari para kiai dan alim ulama. Bagi mereka, cinta terhadap agama merupakan hal yang harus diimbangi dengan cinta tanah air. Sebab, cinta tanah air merupakan sebagian dari iman dan ketakwaan.

Dia menambahka­n, sebenarnya ada banyak peristiwa bersejarah lain yang ide dan pemikirann­ya lahir di ponpes tersebut. Misalnya, sejarah mengenai revolusi dan reformasi NKRI . Namun, dia belum bisa memastikan dengan jelas. Dia yakin lantaran ponpes dibangun pada 1787 dan banyak warisan pitutur yang sampai saat ini terus terbukti kebenarann­ya. ’’Ponpes ini yang tertua di Sidoarjo dan mungkin juga tertua di Jatim,’’ ucapnya.

Ayah dua anak itu menambahka­n, pihaknya berupaya merefleksi­kan perjuangan para pendahulu dalam setiap kegiatan ponpes. (Jos Rizal/c7/oni)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia