Jawa Pos

Sumur Songo, Jejak Cinta Tak Terbalas Pangeran Majapahit

-

WARGA Kelurahan Sidokumpul punya legenda yang tersohor. Salah satu dusun dalam kelurahan di Kecamatan Gresik itu bernama Sumur Songo. Secara ge ografis, dusun tersebut merupakan pedukuhan terbesar di Sidokumpul.

Nama dusun itu berasal dari cerita rakyat tentang seorang perempuan cantik bernama Nyai Ageng Tumengkang Sari. Seberapa cantiknya? Sangat cantik pada masa itu. Bahkan, seorang pangeran dari kerajaan yang menguasai Nusantara, Majapahit, terpincut kepadanya.

Pangeran tersebut pun datang untuk melamar. Sebagai seorang gadis, Nyai Ageng Tumengkang Sari seharusnya bersorak. Bahagia. Siapa yang tidak ingin dilamar pangeran nan gagah? Siapa tahu kelak menjadi permaisuri.

Ternyata tidak. Nyai Tumengkang Sari malah galau. ”Nyai Tumengkang Sari tidak mau menikah karena beda keyakinan,” tutur Mbah Amin, pengurus makam Sumur Songo. Menurut lelaki 66 tahun itu, selain paras nan rupawan, Nyai Tumengkang Sari dikenal memiliki pendirian yang kuat. Jiwa sosialnya juga tinggi. Keyakinan merupakan prinsip. Mbah Amin menegaskan hal itu. Nyai Ageng Tumengkang Sari adalah salah seorang cucu Sunan Giri dari Sunan Wruju. Dia sangat disegani. Karena itu, konon, sang pangeran rela melakukan apa pun demi memperistr­i pujaan hati. Karena bingung, Nyai Tumengkang Sari sempat pergi dari Giri. Dia bersembuny­i di sebuah desa terpencil. ”Tidak bisa menerima, tapi tak bisa menolak. Sebab, bisa terjadi pertumpaha­n darah,” lanjut Mbah Amin.

Kris Adji, sejarawan Kota Giri, menyatakan bahwa Nyai Tumengkang Sari sejatinya ingin menolak dengan tegas. Namun, dia tidak ingin peperangan pecah. Akhirnya, dia menemukan satu cara. ”Nyai Tumengkang mengajukan satu syarat,” ucapnya.

Menurut cerita, Nyai Tumengkang Sari meminta sang pangeran membuat sepuluh sumur. Seluruhnya harus jadi dalam semalam. ”Seperti kisah Roro Jonggrang yang minta dibuatkan seribu candi oleh Bandung Bondowoso,” kata Kris. Mendengar syarat tersebut, sang pangeran tidak gentar. Dia yakin sanggup. Kalau hanya membangun sumur dalam semalam, itu bukan apa-apa. Sebab, pangeran tersebut memang dikenal sakti luar biasa. ”Dia pun mengerahka­n semua kekuatan untuk membangun sepuluh sumur,” imbuh Kris yang juga ketua Yayasan Mataseger (Masyarakat Pencinta Sejarah Gresik). Bagaimana hasilnya? Sebagaiman­a keyakinan pangeran, sepuluh sumur itu benar-benar jadi hanya dalam semalam. Esoknya, sang pangeran mengajak Nyai Tumengkang melihat sumur yang diminta. Namun, perempuan cantik tersebut punya akal yang cerdik. Sambil duduk di salah satu sumur, Nyai Tumengkang Sari meminta sang pangeran menghitung jumlah sumur. Sejatinya, Nyai Tumengkang Sari cemas. Takut pangeran tahu. Namun, dia terus berdoa kepada Allah SWT. Meminta agar pernikahan­nya dengan sang pangeran tidak sampai terwujud.

Doa itu terkabul. Setelah menghitung jumlah sumur, sang pangeran kaget dan bingung. Satu di antara sepuluh sumur tersebut tiba-tiba menghilang. ”Pangeran menghitung hanya ada sembilan sumur di sana,” ujar Kris.

Karena tidak percaya, sang pangeran menghitung berkali- kali. Nyai Tumengkang Sari terus memanjatka­n doa. Nah, seolah tidak bisa dipercaya. Jumlah sumur yang dibangun seolah benar-benar hilang satu. ”Pangeran tidak sadar kalau ada salah satu sumur yang diduduki Nyai Tumengkang Sari,” ungkap Kris.

Gara-gara jumlah sumur tinggal sembilan, pernikahan sang pangeran dengan Nyai Tumengkang Sari batal. Pangeran lantas kembali ke Majapahit. Kisah itulah yang kemudian melahirkan nama Dusun Sumur Songo yang kini terkenal di Gresik. Wallahu a’lam. (c18/roz)

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia