Jawa Pos

Akibat Posisi Tangan Tak Nyaman

Cedera dan Ekstremita­s Anggota Gerak Atas

-

SURABAYA – Hand clinic di Indonesia memang belum marak. Hand clinic memiliki ahli untuk menangani gani cedera pada tangan, bahu, danan ekstremita­s anggota gerak k atas. Padahal, pada masyarakat urban, cedera itu sering terjadi. Antara lain carpal tunnel syndrome (CTS) dan trigger finger.

Rasa pegal dan kaku tidakk hanya dirasakan pada tulang ang belakang atau kaki. Mereka yang banyak beraktivit­as dengan tangan pun bisa merasakan hal tersebut. Misalnya saja yang dirasakan Soemaryo. Beberapa bulan lalu dia mengalami kaku bagian telapak tangan. ”Awalnya kesemutan, lama-lama jadi kaku,” tuturnya. Pria 69 tahun itu mengaku tidak terlalu sering menggunaka­n tangan dalam pekerjaann­ya dulu. Namun, setelah pensiun, dia sering mengerjaka­n pekerjaan rumah. ”Sering benerin rumah sendiri, cuci mobil sendiri. Mungkin karena itu, ya. Saya orangnya nggak bisa diam. Senang beraktivit­as,” terangnya. Soe Soemaryo memeriksak­an tanganny nya ke beberapa dokter. Dia p pun kerap memijatkan tangannya. Sebab, dia mengira gangguan itu muncul karena kecapekan. ” Ternyata saya dinyatakan CTS dan harus dioperasi,” katanya. Kini dia te telah dioperasi dan sedang me menjalani terapi pemulihan. Dokter Pramono Ari Wibowo SpOT, spesialis ortopedi National Hospital, menjelaska­n bahwa CTS merupakan kondisi ketika jari mengalami kesemutan, mati rasa, hingga nyeri. ”Biasanya, gejala awal tidak diperhatik­an. Sebab, kesemutan kan sering dianggap biasa saja,” ujar Pramono. Jika dilihat berdasar anatomi, carpal tunnel merupakan lorong sempit pada pergelanga­n tangan dengan ujung di telapak tangan. Terdapat tulang-tulang pergelanga­n dan ligamen yang mengelilin­gi lorong tersebut. Di dalam lorong itu terdapat saraf untuk memfungsik­an tangan. ”Ketika terdapat pembengkak­an, saraf tersebut akan tertekan. Hal tersebut yang menyebabka­n adanya CTS,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Unair itu.

Sementara itu, trigger finger menyebabka­n tangan penderita kaku. Bahkan ketika dibuat untuk mencengker­am, jari tidak bisa lurus seperti semula. ”Biasanya penyakit itu menyerang mereka yang berusia lebih dari 45 tahun,” ucap Pramono.

Dua penyakit tersebut, menurut ayah dua anak itu, kerap dialami mereka yang banyak beraktivit­as dengan tangan. Contohnya mereka yang kerap menggunaka­n komputer atau menjahit. Begitu juga atlet. ”Sebenarnya soal posisi tangan saja,” tutur Pramono.

Belakangan, gadget juga menjadi penyebab. Sebab, sebagian orang tak bisa lepas dari perangkat tersebut. Durasi penggunaan gadget memang tidak menjadi penentu timbulnya gangguan itu. Tetapi, posisi tangan yang terkadang tidak nyaman bisa menjadi penyebabny­a. Kondisi itulah yang membuat otot-otot di sekitar tangan sering berkontrak­si. ”Sebaiknya, ketika tangan sudah tidak nyaman rasanya, berhenti dulu (mengoperas­ikan gadget, Red). Tangan dirilekska­n dulu,” ucap Pramono.

Penyakit tersebut sebenarnya tidak terlalu mengkhawat­irkan ketika tidak sampai mengganggu. Namun sayang, kerap pasien yang datang sudah mengalami nyeri hebat sehingga mobilitasn­ya terganggu.

Sebenarnya ada beberapa pengobatan untuk menangani CTS maupun trigger finger. Mulai mengubah perilaku, memberikan obat dan terapi, hingga melakukan pembedahan. Untuk pembedahan, luka yang ditimbulka­n hanya kecil. Tak lebih dari 5 sentimeter. ”Biasanya bius lokal saja. Sehingga bisa ngobrol dengan pasien,” beber Pramono. (lyn/c11/jan)

 ?? ALEX QOMARULLAH/JAWA POS ?? PEMBEDAHAN KECIL: Penanganan trigger finger dan CTS lewat operasi hanya meninggalk­an luka sepanjang 5 cm. Biusnya pun lokal.
ALEX QOMARULLAH/JAWA POS PEMBEDAHAN KECIL: Penanganan trigger finger dan CTS lewat operasi hanya meninggalk­an luka sepanjang 5 cm. Biusnya pun lokal.
 ??  ??
 ??  ?? KONSULTASI: Dokter Pramono Ari Wibowo (kiri) melakukan pemeriksaa­n tehadap pasien.
KONSULTASI: Dokter Pramono Ari Wibowo (kiri) melakukan pemeriksaa­n tehadap pasien.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia