Jika May Kalah, Brexit Berubah Haluan
Hari Ini Inggris Punya Pemimpin Baru
LONDON – Sekitar 40 ribu tempat pemungutan suara (TPS) di seantero Inggris buka mulai pukul 07.00 waktu setempat (sekitar pukul 13.00 WIB) kemarin (8/6). Di bawah pengamanan superketat pascateror tabraktusuk di London Bridge pekan lalu, masyarakat Inggris antusias berpartisipasi dalam pemilu legislatif yang tiga tahun lebih cepat dari jadwal itu.
Pemilu dini yang hanya berjarak sekitar satu tahun dari pengunduran diri David Cameron itu menjadi ujian penting bagi Perdana Menteri (PM) Theresa May. Melalui pemilu legislatif tersebut, mandat perempuan 60 tahun itu dipertaruhkan. ”Beri saya dukungan untuk memimpin Inggris. Beri saya wewenang untuk menjadi suara Inggris. Beri saya kekuatan untuk memperjuangkan Inggris,” katanya dalam kampanye terakhir.
May yang duduk di kursi PM tanpa melewati proses pemilu membutuhkan dukungan penuh dari rakyat untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa (UE) terkait British Exit (Brexit). Jika dia menang, artinya rakyat Inggris memang menginginkannya menjadi pemimpin mereka untuk menjalani hari-hari baru tanpa UE. Tapi, jika May kalah, dia akan terpaksa melupakan seluruh agendanya terkait Brexit.
Apalagi jika ternyata Jeremy Corbyn dari Partai Buruh yang menang. Brexit atau proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan tetap berjalan. Namun, Inggris bakal berkompromi dengan ketentuan UE. Misalnya, tetap berada dalam pasar tunggal bersama UE. Berbeda halnya dengan May yang benar-benar ingin mandiri dan tak berurusan dengan UE sama sekali.
”Konservatif baru saja melewati pekan yang sangat labil. Tapi, performa mereka tetap baik. Belakangan, dukungan untuk mereka lewat jajak pendapat kembali kuat,” kata Gideon Skinner, kepala riset politik Ipsos MORI. Kemarin Ipsos MORI yang merupakan lembaga survei London Evening Standard menempatkan Konservatif pada urutan pertama
dengan perolehan dukungan 44 persen.
Sementara itu, Partai Buruh tetap menempati urutan kedua dengan 36 persen. Tapi, menurut Skinner, satu di antara lima pemilih belum menentukan pilihan mereka. Padahal, kampanye yang terpaksa dihentikan dua kali karena aksi teror tersebut berlangsung selama tujuh pekan. Dalam masa itu, para pemimpin partai Inggris sibuk bersafari politik untuk menggalang dukungan warga lewat janji-janji kampanye mereka.
”Saya tidak sepenuhnya percaya pada kandidat-kandidat itu. Saya rasa, kita tidak punya cukup pilihan yang berkualitas,” kata Simon Bolton. Kemarin pria 41 tahun tersebut memberikan suaranya di salah satu TPS di wilayah timur London. Di kawasan itu, seluruh TPS dijaga ketat aparat bersenjata. Sebab, selama sepekan terakhir, kawasan tersebut menjadi fokus razia polisi terkait investigasi teror London Bridge.
Kemarin May dengan ditemani suaminya, Philip, memberikan suara di salah satu TPS di kawasan Sonning. Politikus yang gemar mengoleksi sepatu bermotif leopard tersebut tersenyum ke arah awak media. Namun, dia tidak berhenti atau memberikan komentar sedikit pun tentang pemilu.
Di kawasan Islington, London sebelah utara, Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn memberikan suaranya. Saat melintasi rombongan media, dia tersenyum. Dia lantas mengangkat dua jempol ke arah kamera. ”Saya sangat bangga pada kampanye yang sudah kita lewati bersama.”
Kemarin TPS dijadwalkan tutup pada pukul 22.00 waktu setempat. Setelah itu, seluruh panitia akan mulai menghitung perolehan suara. Hari ini (9/6) hasil pemilu sudah bisa diketahui. Partai pemenang pemilu membutuhkan 326 kursi di majelis rendah alias House of Commons untuk bisa membentuk pemerintahan tunggal. Jika tidak ada yang mendapatkan kursi mayoritas, Inggris akan menghadapi hung parliament.
Sementara itu, Kepolisian Metro London alias The Met kembali membekuk tiga orang terkait teror tabrak-tusuk 3 Juni lalu. (AFP/ Reuters/CNN/BBC/hep/c6/any)