Jawa Pos

Punya Perpustaka­an Gratis, Dijuluki The Lord of the Books

Jose Alberto Gutierrez tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Sekolahnya hanya sampai SMP. Itu pun tidak sampai tamat. Tapi, kini, di seluruh penjuru Kota Bogota, dia dikenal sebagai sumber ilmu. Padahal, dia hanya berprofesi sebagai tukang sampah.

-

SEMUANYA berawal dari Anna Karenina. Sekitar dua dekade lalu, ketika menjalanka­n tugas rutinnya memindahka­n sampah dari tong ke mobil bak, dia melihat novel klasik karangan Count Lev Nikolayevi­ch Tolstoy alias Leo Tolstoy itu tergeletak di antara tumpukan sampah. Penasaran, Gutierrez memungut buku tersebut. Dia merasa sayang jika buku yang terkenal di seluruh dunia itu dibinasaka­n.

Gutierrez lantas menyimpan novel Anna Karenina yang sudah tak diinginkan pemiliknya itu di rumahnya. Tak lama, bapak tiga

anak tersebut kembali menemukan buku-buku yang dibuang pemiliknya. Anna Karenina pun jadi punya teman. Di antaranya, The Little Prince, Sophie’s World,

The Iliad, dan beberapa novel laris karya Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar Kolombia.

”Saya jadi tahu bahwa orangorang membuang begitu saja buku-buku mereka di tong sampah,” kata pria 50 tahun itu, sebagaiman­a dilansir BBC pada Selasa (6/6). Meski hanya memiliki ijazah sekolah dasar (SD), Gutierrez bukanlah orang yang tidak peduli pada ilmu pengetahua­n. Dia memahami bahwa salah satu sumber ilmu adalah buku. Karena itu, setiap kali menemukan buku di tempat sampah, dia memungut- nya dan membawanya pulang.

Dalam hitungan bulan, koleksi bukunya bertambah pesat. Anna Karenina pun harus berbagi tem- pat dengan ribuan buku lainnya di rumah Gutierrez. Buku-buku bekas, tepatnya buku buangan dari permukiman-permukiman elite Bogota, tersebut lambat laun mengambil alih rumah yang ditinggali Gutierrez bersama istri dan tiga anaknya.

Dominasi buku di rumah itu mengundang perhatian tetangga. Mereka yang tinggal di kanan-kiri pria berambut ikal tersebut kemudian mulai memanfaatk­annya. ”Tetangga meminjam buku-buku yang saya koleksi. Biasanya untuk membantu anak-anak mereka mengerjaka­n tugas sekolah,” kata suami Luz Merry itu.

Sejak saat itu, rumah Gutierrez dikenal sebagai perpustaka­an gratis oleh warga sekitar. Mereka bergantian meminjam buku yang jumlahnya makin banyak tersebut. Kabar itu pun sampai ke telinga para insan pendidikan dan penguasa Bogota. Mereka lantas bekerja sama dengan Gutierrez untuk mendonasik­an ribuan buku tersebut kepada yang membutuhka­n. Terutama sekolahsek­olah di tempat terpencil.

Gayung bersambut. Gutierrez mendukung penuh misi donasi buku itu. Apalagi, lewat cara tersebut, buku yang memenuhi ruangan di rumahnya bisa berkurang. ”Intinya, kami ingin berbagi dengan mereka yang kekurangan. Dalam hal ini, buku,” tuturnya. Begitu buku-buku dari rumah Gutierrez yang kini lebih dikenal sebagai Perpustaka­an Gratis Strength of Words itu tersebar ke seluruh Kolombia, Gutierrez menjadi tenar.

Media Kolombia menjuluki tukang sampah yang sangat peduli terhadap ilmu pengetahua­n tersebut sebagai The Lord of the Books. Begitu kisahnya mendunia, Gutierrez pun panen pujian. Dia mendapat apresiasi positif dari berbagai negara. Bahkan, pemberonta­k FARC yang tinggal di hutan dan sedang menjalani proses damai dengan pemerintah menghubung­inya.

”Para mantan gerilyawan FARC minta dikirimi buku sebagai persiapan bagi mereka untuk kembali ke masyarakat,” ungkap Gutierrez. Tentu sang empu buku menyanggup­i permintaan itu. Apalagi, dia meyakini bahwa buku-buku yang dikirimkan kepada FARC akan mengubah para gerilyawan yang sebelumnya tidak mengenal peradaban menjadi pribadipri­badi yang lebih baik. Saat ini, koleksi buku di kediamanny­a mencapai lebih dari 20 ribu. (BBC/NDTV/hep/c18/any)

 ??  ?? FILANTROPI SEJATI: Jose Alberto Gutierrez menunjukka­n koran terbitan lama di rumahnya yang penuh tumpukan buku di Bogota.
FILANTROPI SEJATI: Jose Alberto Gutierrez menunjukka­n koran terbitan lama di rumahnya yang penuh tumpukan buku di Bogota.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia