Sempat Luapkan Dendam dengan Tarif Tinggi, Kini Kerap Menggratiskan
Sempat merasa dunianya runtuh setelah kehilangan kaki kiri, Pauzal Bahri, 30, bangkit. Tidak sekadar bangkit. Melalui kemampuan membuat kaki palsu, dia bisa membangkitkan dunia para difabel lain.
DI USIA 19 tahun, Pauzal harus mengalami kecelakaan parah yang membuatnya kehilangan kaki kiri. Akibat kecelakaan tersebut, dia bahkan sempat koma selama enam bulan. Bangun dari koma, Pauzal tidak ingat apa pun tentang dirinya. Ya, dia mengalami amnesia.
Bagi Pauzal, saat itu dunianya benarbenar hancur. Kaki yang tidak sempurna dan ingatan yang tidak kunjung kembali membuatnya hanya mampu mengurung diri. Tujuh bulan Pauzal menghabiskan waktu dengan berbaring sambil meratapi nasib. Pria kelahiran Bangle, 15 November 1986, itu akhirnya sampai di satu titik di mana dia mulai menerima kenyataan.
Dia pun mulai belajar berdiri. Otot dan sendi kaki yang kaku mulai digerakkan perlahan. Awalnya sakit. Sakit sekali malah. ”Bayangkan saja, tidak berjalan selama 13 bulan. Sekalinya berdiri, apalagi berjalan, itu susah sekali.”
Dengan kondisi keuangan yang serba terbatas, membeli kaki buatan hanyalah mimpi bagi Pauzal. ” Yang murah itu ya bikin sendiri. Saya mencoba membuat kaki buatan pertama dari paralon,” ungkapnya.
Ide membuat kaki buatan dengan paralon muncul dalam benaknya saat menonton film kartun Tom & Jerry. Pada episode yang ditonton Pauzal, Tom diceritakan kehilangan kaki dan membuat kaki buatan dengan paralon. Material paralon ternyata tidak tahan lama jika digunakan menahan berat tubuh saat berjalan. Pauzal pun harus berkali-kali ganti paralon.
Setelah mulai merasa nyaman, pada 2008 dia kembali ke bangku kuliah. Kali ini Pauzal mengambil jurusan S-1 PGSD di Universitas Terbuka Mataram. ”Pekerjaan yang tersedia hanya pekerjaan berat, sedangkan fisik saya tidak mendukung. Saya harus sekolah. Dari situ, saya bertekad untuk lulus sarjana,” ucap peraih Liputan6 Award 2017 itu.
Kampus dengan banyak jurusan di dalamnya betul-betul dimanfaatkan Pauzal untuk menimba ilmu. Bukan hanya ilmu menjadi guru SD, tetapi ilmu lain yang dibutuhkan untuk berinovasi dengan kaki buatan. Kendati mulai nyaman dengan kaki buatannya, dia terus berinovasi.
”Saya ikut masuk kelas-kelas di jurusan lain. Saya ikut kelas di teknik. Saya juga ikut kelas di kedokteran tentang anatomi tubuh. Saya ikut berdiskusi dan mengerjakan tugas juga,” ceritanya.
Tidak kurang dari lima tahun Pauzal berkutat dengan kaki buatan. Bahan paralon hingga fiber diujicobakan untuk membuat kaki buatan. Fiber, kata Pauzal, paling pas untuk kaki buatan. Sayang, bahan yang biasa digunakan untuk bumper mobil itu mudah pecah. Dia lalu mencoba menambahkan bahan lain untuk melapisi fiber tersebut.
Serat batang pisang, serat bambu, hingga serabut kelapa mulai digunakan Pauzal. Dari bahan-bahan tersebut, serabut kelapa menjadi pilihan. Menurut dia, kaki buatan yang dilapisi serabut kelapa bisa lebih kuat dan tidak mudah pecah. ”Karena ada serabutnya itu jadi ada pengikatnya,” ucapnya.
Untuk bagian telapak kaki, dia mengombinasikan kayu dengan busa. Kombinasi tersebut memungkinkan Pauzal melangkah layaknya orang normal. Menurut dia, telapak kaki buatan tidak boleh kaku agar nyaman saat digunakan berjalan.
Pauzal terus bereksperimen sampai menemukan pijakan yang tepat agar bisa berjalan seperti orang normal. ”Teman kuliah saya tidak tahu saya pakai kaki buatan. Mereka baru tahu setelah ada media yang memberitakan,” ungkapnya.
Awalnya, kata Pauzal, keinginan itu tidak pernah terpikir dalam benaknya. Setelah mampu membuat kaki buatan sendiri, dia tidak mau berbagi. Dia merasa tidak perlu menolong orang lain karena selama ini tidak ada seorang pun yang menolongnya. Pauzal ingin orang lain merasakan apa yang pernah dirasakannya sebelum memiliki kaki buatan. Namun, dia sadar. Dendam tidak akan ada hasilnya.
”Sebelumnya, saya pasang tarif tinggi. Kalau tidak Rp 9 atau 10 juta, saya tidak mau. Tapi, sekarang tarifnya mulai Rp 4,5 juta. Malah untuk yang tidak mampu, saya buatkan gratis,” kata Pauzal. (*/c21/ami)