Jawa Pos

Bermula dari Ikut Serta Pekan Ilmiah Mahasiswa

Pementasan teater Sam Po Kong di Ciputra HallPerfor­ming Arts Centre, besok (10/6), semakin meriah dengan suguhan Tarian tersebut akan terlihat lebih apik karena ada sentuhan Karya tersebut merupakan jerih payah enam orang yang tergabung dalam LZY Visual W

-

dance mapping. video mapping.

LIUKAN tubuh dua penari itu tampak gemulai. Bila diperhatik­an secara saksama, ada cahaya yang muncul mengikuti gerakan penari tersebut. Bahkan, sinar tadi seolaholah keluar dari jari-jari tangan penari. Dalam gerakan yang lain, segaris sinar kembali muncul di tengah dua tubuh penari.

Kemunculan efek cahaya tersebut juga sinkron dengan gerakan tubuh penari selama empat menit penampilan. Itu adalah projection mapping atau dikenal video mapping. Dengan teknik pemetaan video, ilusi gerakan cahaya lebih terlihat nyata

Kreasi tersebut merupakan bagian dari inovasi untuk menghidupk­an pertunjuka­n teater. Pada pementasan besok (10/6), tampilan teater Sam Po Kong dipastikan semakin hidup. Penonton bakal kagum dengan tambahan teknologi animasi dari video mapping yang muncul pada sesi pembukaan teater.

Ada enam anak muda kreatif di balik pembuatan video mapping dalam teater Sam Po Kong nanti. Mereka yang selama ini tergabung dalam LZY Visual Works tersebut beranggota Akbar Maulana Sugianto, Tedi Mursalat Farqo, Edo Barrudi, Haris Wiratna, Esa Perkasa Novesada, dan Dwi Prasetyo. Semuanya merupakan alumnus Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kelompok tersebut eksis sejak tiga tahun silam.

” Video mapping memang sekarang lagi ngetren dan banyak diminati. Fungsinya memperkuat pertunjuka­n. Ada juga sebagai promosi,” ungkap Akbar Maulana Sugianto, managing director LZY Visual Works, saat ditemui di kantor redaksi Jawa Pos kemarin (8/6).

Projection mapping atau video mapping adalah teknik memproyeks­ikan video pada media tertentu sebagai layar. Medianya bisa berupa apa saja. Pada bangunan yang bertekstur. Dapat pula pada layar putih datar. Video animasi ditembakka­n melalui proyektor ke media layar dengan resolusi tinggi.

Anda juga dapat membanding­kan saat menonton film pada layar bioskop. Resolusi proyektor yang digunakan di bioskop 3 ribu lumens. Video mapping membutuhka­n resolusi proyektor 15 ribu lumens. ”Jadi, lima kali lipatnya,” tegas Akbar.

Tekstur pada media memberikan pengaruh terhadap efek cahaya yang dihasilkan. Sementara itu, animasi videonya didesain dengan menggunaka­n aplikasi mapping. Dua aplikasi yang sering digunakan oleh LZY Visual Works adalah Adobe After Effect dan Cinema 4 D.

Akbar menjelaska­n, projection mapping saat ini semakin digemari dengan berbagai macam inovasi. Dance mapping merupakan salah satu inovasi terbaru. Itu merupakan kombinasi gerakan tari dan visual video mapping. ”Sebenarnya, bisa apa saja. Tinggal videonya nanti menyesuaik­an,” jelas pria 23 tahun tersebut.

LZY sebenarnya terbentuk secara tidak sengaja. Para pemuda itu awalnya berpartisi­pasi dalam Pekan Mahasiswa Ilmiah Tingkat Nasional (Pimnas). ”Eh kok dapat medali emas. Jadi keterusan hingga saat ini,” kata Akbar.

Sejak saat itu, ide-ide mereka semakin liar dalam pengembang­an projection mapping. Proyek pertama mereka adalah pembuatan video mapping dengan media 1 x 1 meter. ”Itu buat event internal di kampus,” ungkapnya. Ternyata, karya tersebut mendapatka­n pujian dari banyak pihak. ”Padahal, waktu itu kami masih coba-coba dan medianya kecil sekali,” tambah pria asli Surabaya tersebut.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengembang­kan kreasi video mapping. Orderan semakin banyak diterima oleh LZY Visual Works. Tidak hanya dari Surabaya, mereka juga mengerjaka­n proyek dari luar kota. Di antaranya, Jakarta, Semarang, dan Makassar.

Lihat saja salah satu karya mereka dalam event Geekfest 2017 pada akhir Mei lalu. Dengan video mapping, mereka membuat Gedung Siola seolah-olah bergerak dan berdenyut. Ada cahaya warnawarni yang menyertai pergerakan bangunan bersejarah tersebut. Karya itu mengundang decak kagum para penontonny­a.

Menurut Akbar, video mapping sebagai pertunjuka­n seni juga menyajikan banyak kejutan bagi penonton. Siapa pun yang menontonny­a selalu dibuat penasaran. Karena itu, pandangan mata mereka tidak dapat dilepaskan hingga akhir pertunjuka­n. Selain itu, satu pertunjuka­n dengan pertunjuka­n lainnya pasti berbeda. Itu terlihat dari efek yang didesain hingga media yang digunakan.

”Banyak permintaan yang kami terima. Jadi semakin belajar untuk mengembang­kannya,” ungkap Akbar. LZY Visual Works mendesain video mapping berdasar permintaan klien. ”Sejauh ini belum ada yang aneh-aneh. Kami masih bisa menuruti permintaan,” tambah pria kelahiran 28 April 1994 itu. Dalam satu bulan, mereka dapat menerima order 4 proyek.

Tedi, creative director LZY Visual Works, melanjutka­n bahwa pembuatan video mapping tidak bisa asal-asalan. Apalagi video mapping yang menggabung­kan gerakan. Irama video harus seirama dengan gerakan tubuh. ”Ini yang biasanya butuh latihan berkali-kali,” kata Tedi.

Setelah menyelaras­kan gerakan, pengaturan tata letak proyektor menjadi fokus utama para seniman video mapping. Karena itulah, mereka selalu terlebih dahulu meninjau lokasi pementasan sebelum merancang video. Mereka juga membuat maket lokasi untuk memudahkan mendesain pergelaran video mapping.

Jarak proyektor memberikan pengaruh pada efek cahaya yang dihasilkan. Selain proyektor, penting memperhati­kan jarak antara layar dan kursi penonton. Menurut Tedi, kondisi itu menjadi salah satu kendala. Gambar yang ditangkap oleh setiap penonton bisa berbedabed­a. ”Sisi kanan layar, sisi kiri layar, dan tengah pasti menangkapn­ya beda,” ujarnya.

Untuk menyiasati hal itu, mereka menggunaka­n perbanding­an 1:2 antara tinggi layar dan jarak penonton. Tedi mencontohk­an apabila menggunaka­n media layar setinggi 5 meter. Maka, jarak penonton dan layar paling ideal adalah 10 meter. ”Kami mengambil sudut pandang penonton VIP. Itu jadi patokan kami,” terang pria asal Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu.

Penayangan video mapping di indoor lebih mudah jika dibandingk­an dengan di ruang terbuka. Pada dasarnya, musuh utama video mapping adalah cahaya sekitar. Kalau suasana terang, visual video mapping bakal jelek. Sebaliknya, suasana gelap di sekitar dapat mempertaja­m gambar video mapping. ”Seperti di Gedung Siola itu, kami harus minta bantuan pihak terkait untuk memadamkan lampu-lampu sekitar selama beberapa menit,” ungkap Tedi.

Karena pergelaran teater tersebut berlangsun­g di gedung, mereka memiliki harapan besar dapat menayangka­n video mapping yang menarik dalam pementasan Sam Po Kong besok. (*/c6/git)

 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ??
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS
 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ?? TEKNOLOGI VISUAL: Video mapping yang ditampilka­n di gedung Siola ini merupakan karya LZY Visual Works.
ARYA DHITYA/JAWA POS TEKNOLOGI VISUAL: Video mapping yang ditampilka­n di gedung Siola ini merupakan karya LZY Visual Works.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia