Jawa Pos

Tiket Dapat Dibeli di Venue

-

SURABAYA – Naskah

karya Remy Sylado yang dipentaska­n besok memang ”berat”. Temanya toleransi dan kebangsaan. Tapi, di tangan Dapur Teater Remy Sylado, kisah kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Majapahit itu dikemas dengan ringan. Jenaka pula.

Karena itu, jangan lewatkan. pukul 13.00. Pentas akan dimulai pada pukul 14.00

Tiket dapat dibeli seharga Rp 75 ribu untuk pelajar dan Rp 100 ribu untuk umum.

Tiket bisa dibeli di Graha Pena lantai 4 (redaksi Jawa Pos) atau melalui official ticket box, yakni di Masjid Muhammad Cheng Ho, Sekolah Ciputra, On Market Go+ Tunjungan Plaza, Coffee Toffee, dan aplikasi Go-Tix (Go-Jek). Info lebih lanjut bisa menghubung­i Firdaus (0856324622­5/SMS & WhatsApp).

Tiket juga bisa didapatkan di venue, Ciputra Hall-Performing Arts Centre, Citraland, pada hari pertunjuka­n, pukul 09.00–12.00. Bergegasla­h. Hingga kemarin sore, sudah 80 persen tiket terjual.

Yang lebih penting, Anda yang sudah membeli diharapkan untuk segera menukarkan bukti pembelian dengan tiket yang akan memuat nomor tempat duduk di hall yang sangat memadai untuk pertunjuka­n berkualita­s tersebut.

Suguhan kisah dari alur yang dinamis berbalut unsur jenaka khas guyonan Suroboyoan ditampilka­n selama kurang lebih 50 menit. Ciputra Hall-Performing Arts Centre akan menjadi saksi keseruan para lakon bermain sandiwara.

Aksi panggung para pemain teater dari Dapur Teater Remy Sylado siap mengaduk-aduk emosi. Penampilan akan didukung pula oleh 20 penari yang merupakan siswa SMP dan SMA di Surabaya. Mereka terdiri atas siswa SMPN 1 Surabaya, SMA Muhammadiy­ah 2 Surabaya, serta SMA Kristen Petra 1; pemuda Gereja Mawar Sharon; dan lain-lain.

Meskipun teater pernah dipentaska­n, terdapat banyak revisi di dalamnya. Baik unsur cerita maupun dialog. Itu juga dilakukan karena menyesuaik­an dengan audiens. ” Nggak mungkin kami memukul rata audiens saat tampil di kota yang berbeda. Dalam hal ini, berarti kami juga melakukan riset tentang kosakata dan guyonan dari masyarakat lokal. Jadi, pertunjuka­n ini fresh,” terang Eleonora Agatha Tan, asisten sutradara sekaligus ketua Dapur Teater Remy Sylado.

Perubahan tersebut juga dirasakan para pemain yang beberapa kali mengalami rolling atau perpindaha­n peran. Misalnya pemeran Laksamana Cheng Ho, Imam S. Bumiayu. Dosen sekaligus konsultan psikologi tersebut pernah menjuarai setidaknya dua kali festival penulis skenario film TVRI pada 1984 dan 1985.

Mas Imam –sapaan hangat Imam S. Bumiayu– sudah tampil di semua pagelaran Dapur Teater Remy Sylado sejak 1980-an. Termasuk teater Sam Po Kong yang ditampilka­n pada 2004.

Pada pertunjuka­n sebelumnya, dia berperan sebagai salah seorang pengikut Cheng Ho. Kali ini dia dipercaya untuk memerankan tokoh Cheng Ho yang lekat dengan image gagah dan perkasa. ”Cheng Ho adalah sosok yang gagah tapi tidak menyeramka­n. Sesuai dengan misinya, yakni muhibah dan menyambung kemitraan,” terangnya saat ditemui kala geladi resik kemarin (8/6). Tentu memerankan sosok yang berbeda bukan hal aneh bagi seorang aktor. Meski demikian, Imam sempat mendapat teguran beberapa kali dari sang sutradara sewaktu awal latihan. ”Dulu sering diperingat­kan karena kurang galak. Susah juga soalnya. Saya aslinya kan tidak seperti itu. Saya orangnya hangat dan ramah sekali,” tuturnya. Setelah digembleng, kini dia merasa bahwa roh Cheng Ho sudah berhasil masuk dalam dirinya.

Kisah tentang rombongan Cheng Ho yang menghidupk­an keberagama­n budaya dan agama di tanah air akan menjadi salah satu pementasan bermutu untuk masyarakat dan penikmat seni pertunjuka­n. (esa/c11/dos)

 ?? IVAN /ZETIZEN ?? Po Kong Open gate
IVAN /ZETIZEN Po Kong Open gate
 ??  ?? Sam
Sam

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia