Tiket Dapat Dibeli di Venue
SURABAYA – Naskah
karya Remy Sylado yang dipentaskan besok memang ”berat”. Temanya toleransi dan kebangsaan. Tapi, di tangan Dapur Teater Remy Sylado, kisah kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Majapahit itu dikemas dengan ringan. Jenaka pula.
Karena itu, jangan lewatkan. pukul 13.00. Pentas akan dimulai pada pukul 14.00
Tiket dapat dibeli seharga Rp 75 ribu untuk pelajar dan Rp 100 ribu untuk umum.
Tiket bisa dibeli di Graha Pena lantai 4 (redaksi Jawa Pos) atau melalui official ticket box, yakni di Masjid Muhammad Cheng Ho, Sekolah Ciputra, On Market Go+ Tunjungan Plaza, Coffee Toffee, dan aplikasi Go-Tix (Go-Jek). Info lebih lanjut bisa menghubungi Firdaus (08563246225/SMS & WhatsApp).
Tiket juga bisa didapatkan di venue, Ciputra Hall-Performing Arts Centre, Citraland, pada hari pertunjukan, pukul 09.00–12.00. Bergegaslah. Hingga kemarin sore, sudah 80 persen tiket terjual.
Yang lebih penting, Anda yang sudah membeli diharapkan untuk segera menukarkan bukti pembelian dengan tiket yang akan memuat nomor tempat duduk di hall yang sangat memadai untuk pertunjukan berkualitas tersebut.
Suguhan kisah dari alur yang dinamis berbalut unsur jenaka khas guyonan Suroboyoan ditampilkan selama kurang lebih 50 menit. Ciputra Hall-Performing Arts Centre akan menjadi saksi keseruan para lakon bermain sandiwara.
Aksi panggung para pemain teater dari Dapur Teater Remy Sylado siap mengaduk-aduk emosi. Penampilan akan didukung pula oleh 20 penari yang merupakan siswa SMP dan SMA di Surabaya. Mereka terdiri atas siswa SMPN 1 Surabaya, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, serta SMA Kristen Petra 1; pemuda Gereja Mawar Sharon; dan lain-lain.
Meskipun teater pernah dipentaskan, terdapat banyak revisi di dalamnya. Baik unsur cerita maupun dialog. Itu juga dilakukan karena menyesuaikan dengan audiens. ” Nggak mungkin kami memukul rata audiens saat tampil di kota yang berbeda. Dalam hal ini, berarti kami juga melakukan riset tentang kosakata dan guyonan dari masyarakat lokal. Jadi, pertunjukan ini fresh,” terang Eleonora Agatha Tan, asisten sutradara sekaligus ketua Dapur Teater Remy Sylado.
Perubahan tersebut juga dirasakan para pemain yang beberapa kali mengalami rolling atau perpindahan peran. Misalnya pemeran Laksamana Cheng Ho, Imam S. Bumiayu. Dosen sekaligus konsultan psikologi tersebut pernah menjuarai setidaknya dua kali festival penulis skenario film TVRI pada 1984 dan 1985.
Mas Imam –sapaan hangat Imam S. Bumiayu– sudah tampil di semua pagelaran Dapur Teater Remy Sylado sejak 1980-an. Termasuk teater Sam Po Kong yang ditampilkan pada 2004.
Pada pertunjukan sebelumnya, dia berperan sebagai salah seorang pengikut Cheng Ho. Kali ini dia dipercaya untuk memerankan tokoh Cheng Ho yang lekat dengan image gagah dan perkasa. ”Cheng Ho adalah sosok yang gagah tapi tidak menyeramkan. Sesuai dengan misinya, yakni muhibah dan menyambung kemitraan,” terangnya saat ditemui kala geladi resik kemarin (8/6). Tentu memerankan sosok yang berbeda bukan hal aneh bagi seorang aktor. Meski demikian, Imam sempat mendapat teguran beberapa kali dari sang sutradara sewaktu awal latihan. ”Dulu sering diperingatkan karena kurang galak. Susah juga soalnya. Saya aslinya kan tidak seperti itu. Saya orangnya hangat dan ramah sekali,” tuturnya. Setelah digembleng, kini dia merasa bahwa roh Cheng Ho sudah berhasil masuk dalam dirinya.
Kisah tentang rombongan Cheng Ho yang menghidupkan keberagaman budaya dan agama di tanah air akan menjadi salah satu pementasan bermutu untuk masyarakat dan penikmat seni pertunjukan. (esa/c11/dos)