Jawa Pos

Bebas Narkoba setelah Rajin Ngaji

Toleransi bisa diajarkan di mana saja. Termasuk dalam forum-forum pengajian. Di Sidoarjo, ada pengajian yang sering dihadiri oleh umat lintas agama. Namanya pengajian Reboan Agung.

-

FADKHUL Munir alias Munying tampak begitu khusyuk mendengark­an khotbah. Sembari duduk bersila, wajahnya tertunduk menatap lantai. Sesekali dia memandang penceramah, KH Moh. Nizam As Shofa, yang berada di atas mimbar.

Munying begitu serius mendengark­an khotbah yang malam itu mengupas keindahan hati dalam toleransi. Bagi pria 50 tahun tersebut, petuah KH Moh. Nizam As Shofa begitu mengena di hatinya. Karena itu, sejak delapan tahun terakhir dia rutin mengikuti pengajian Reboan Agung yang diadakan Pondok Pesantren (Ponpes) Ahlus-Shofa WalWafa di Desa Simoketawa­ng, Wonoayu, Sidoarjo. Pengajian tersebut berlangsun­g setiap Rabu malam. ”Hati saya pas. Hati saya ada di sini,” ucapnya.

Munying adalah mantan pengguna narkoba. Sebelum mengenal pengajian Reboan Agung, dia begitu akrab dengan obat-obatan terlarang. Terutama sabusabu (SS). Sejak 1997, dia menggunaka­n barang haram tersebut. Dalam seminggu, dia biasa menggunaka­nnya dua hingga tiga kali. ”Sampai suatu hari saya dengar lagu Syi’ir Tanpo Waton. Saat itulah saya sadar kalau selama ini salah,” ujarnya.

Syi’ir Tanpo Waton merupakan kidung doa berbahasa Jawa yang sarat makna kehidupan. Pelantunny­a adalah KH Moh. Nizam As Shofa. Umumnya, masjid atau musala di Jatim memutar Syi’ir Tanpo Waton sebelum memasuki waktu salat. Banyak yang menganggap pelantunny­a adalah Almarhum Gus Dur. Maklum, suara KH Moh. Nizam As Shofa memang mirip Gus Dur. ”Saat mendengar doa itu, kok hati menjadi tenteram. Akhirnya, saya cari siapa yang menyanyika­n sampai akhirnya bertemu Gus Nizam (panggilan akrab KH Moh. Nizam As Shofa, Red),” katanya.

Kehidupan Munying pun berangsura­ngsur membaik. Dia perlahan-lahan menjauhi SS setelah rutin mendapat bimbingan dan mengikuti pengajian Reboan Agung. ”Saya ngerasa hati saya jadi tenteram setelah rutin mengaji. Kehidupan keluarga juga berjalan lebih baik,” ungkapnya.

Malam itu (7/6) bukan hanya Munying yang ikut pengajian. Ada ribuan jamaah yang hadir. Mereka berkumpul di gedung serbaguna yang berada tepat di tengahteng­ah lahan ponpes. Ade Iwan Setiawan salah satunya. Dia adalah warga nonmuslim asal Sidoarjo. Pria 47 tahun tersebut mengenal pengajian Reboan Agung selama tiga tahun terakhir. ”Awalnya nemenin keluarga yang sering datang ke sini. Lama-lama cocok dan suka dengan isi ceramahnya,” tuturnya.

Menurut Iwan, pengajian Reboan Agung memiliki materi universal. Cara penyampaia­nnya sesuai untuk orang-orang dengan berbagai latar belakang. Materinya gamblang dan mengandung kebaikan yang sama untuk seluruh agama.

Pengasuh Ponpes Ahlus-Shofa Wal-Wafa KH Moh. Nizam As Shofa menyatakan, pengajian Reboan Agung mengalami peningkata­n jamaah setiap memasuki Ramadan. ”Kalau di bulan biasa mungkin jumlahnya hanya sekitar 2 ribu jamaah. Tapi, Ramadan begini bisa lebih dari 3 ribu jamaah,” ungkapnya. (jos rizal/c6/oni)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia