Surplus Beras hingga 126 Ribu Ton
Di bidang ekonomi, Gresik adalah salah satu barometer industri di Jatim. Namun yang membanggakan, status itu tak membuat sektor pertanian tergerus. Sebaliknya, kabupaten tersebut selalu berhasil mencapai surplus pangan di tiap tahun.
tujuh tahun terakhir, perkembangan Gresik sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi begitu pesat. Aktivitas industri terus bertambah. Kawasan bisnis juga bermunculan. Tak hanya di wilayah kota, tapi sudah menyebar ke kecamatankecamatan potensial. Pertumbuhan kawasan pemukiman, bertambahnya jumlah perumahan, pembangunan hotel maupun apartemen juga begitu terasa.
Namun, di balik perkembangan itu, sektor vital berupa ketahanan pangan mandiri ternyata ikut mengalami pertumbuhan secara rutin. Disebut mandiri, sebab produksi pangan (terutama beras) berasal dari kabupaten itu.
Hal tersebut bisa dilihat dari perkembangan produksi padi selama dua tahun terakhir. Pada 2015, Gresik berhasil memproduksi 397,2 ribu ton kuintal padi. Jumlah itu naik 0,93 persen.
Jumlah produksi padi kembali mengalami kenaikan pada 2016, yakni menjadi 420 ribu ton. Dengan asumsi rendemen mencapai 60 persen, total produksi beras dari seluruh lahan pertanian di Gresik mencapai 252 ribu ton.
Sementara itu, tingkat konsumsi beras seluruh warga Gresik (yang mencapai 1,3 juta) sebesar 126 ribu ton. Dengan demikian, kabupaten di pesisir utara ini masih mengalami surplus beras hingga 126 ribu ton atau separo dari total produksi. Angka itu terbilang luar biasa untuk wilayah yang tengah mengalami kemajuan industri-perdagangan.
Belum lagi, jumlah lahan pertanian juga mengalami penambahan. Tahun ini, total luas area pertanian mencapi 67.900 hektare. Jumlah itu naik dibanding tahun sebelumnya 67.197 hektare.
Perkembangan produksi perkebunan maupun hortikultura juga terus mengalami tren positif mulai jagung, kacang tanah, kedelai, hingga sejumlah komoditas lain.
Lantas, apa resepnya? Keseriusan Bupati- Wabup Gresik Sambari Halim Radianto-M Qosim terhadap perkembangan sektor itu yang jadi kunci utama. Mereka sadar, di tengah makin menggeliatnya dunia industri, sektor pertanian merupakan salah satu penyangga utama ekonomi di Gresik. ”Karena itu, perkembangan industri jangan sampai menggerus sektor pertanian,” kata Sambari.
Sejumlah kebijakan penting diterapkan Sambari-Qosim. Salah satunya adalah pe- metaan peruntukan kawasan. Hal itu bisa terlihat dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) Gresik yang sudah disusun. Setiap area sudah ditentukan peruntukannya dan lahan-lahan produktif tidak boleh digunakan untuk aktivitas di luar pertanian.
Sambari juga menginstruksikan pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi area pertanian/perkebunan. Metode itu yang menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah lahan pertanian.
Selain itu, Sambari menginstruksikan instansi terkait untuk menerapkan sejumlah sistem di bidang pertanian mulai intensifikasi, eksetensifikasi, diversifikasi, hingga rehabilitasi lahan pertanian. ”Sehingga, lahan-lahan itu tetap bisa menghasilkan produk secara kontinyu,” kata pejabat asal kecamatan Dukun itu.
Jurus lain yang membuat produksi tanaman pangan di Gresik masih tinggi adalah kecukupan dan stabilitas harga pupuk. SambariQosim terus berusaha memberikan perhatian serius terhadap sektor ini. ”Sebab, sejak awal memegang amanah memimpin Gresik, kami sudah sepakat bahwa perkembangan pertanian adalah harga mati untuk dikembangkan,” kata Sambari.
Beri Atensi dari Hasil Penelitian
Perhatian bupati Sambari Halim Radianto bersama wabup M Qosim, terhadap sektor pertanian sangat besar. Sebab, dari hasil penelitian yang dilakukan, sektor ini memang sangat potensial.
Kesimpulan itu diperoleh Sambari saat menjalani studi S-3 di Universitas Airlangga. Saat itu, bupati menyusun tesis dengan judul Pengaruh Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Keberhasilan Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Jawa Timur.
Dalam proses penyusunan tesis tersebut, bupati melakukan penelitian ke sejumlah daerah di Jatim. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling dominan mendongkrak kesejahteraan warga di Jatim. ”Memang, saat ini sektor industri terus berkembang. Namun, pertumbuhannya masih parsial,” kata Sambari.
Sejauh ini, sektor industri hanya tumbuh di sejumlah kabupaten/kota. Tidak merata. Sedangkan, sektor pertanian ada di hampir semua wilayah Jatim. ”Karena itu, pertanian berpengaruh signifkan terhadap kesejahteraan masyarakat. Sedangkan, sektor industri belum maksimal,” katanya.
Dalam disertasi tersebut, Sambari juga mendorong agar Pemprov Jatim lebih memajukan pertumbuhan industri berskala kecil dan menengah, terutama yang banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu, diarahkan pula pada industri yang mempunyai sifat
forward linkage dan backward linkage terhadap sektor pertanian. ” Yakni industri yang memiliki keterkaitan dengan pertanian,” kata Sambari. (xav)