Rutan Sialang Bungkuk Bobol Lagi
PEKANBARU – Rumah Tahanan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, lagi-lagi kebobolan. Tiga narapidana berhasil kabur. Kali ini, pelarian didalangi seorang mantan tahanan pendamping (tamping) yang memanfaatkan pelaksanaan salat Tarawih pada Kamis malam (8/6). Mereka berhasil lari dari salah satu pos yang memang tak pernah dijaga.
Tiga orang yang kabur itu adalah dua tahanan, yakni Hotman Naibaho dan Loguard Napitupulu, serta seorang napi, yaitu Syafrizal alias Ijal, tamping sekaligus otak pelarian. Ketiganya terlibat dalam kasus pencurian dan pemberatan.
Mereka berhasil melarikan diri setelah memanjat tembok rutan setinggi lebih dari 6 meter dengan menggunakan sarung dan seprai yang disambung. Jumlah tahanan yang mau kabur sebanyak tujuh orang. Namun, hanya tiga yang berhasil kabur.
”Benar, ada tiga orang yang kabur. Yang merencanakan kabur tujuh orang. Tapi, yang empat orang tidak sempat kabur karena ketahuan. Keempatnya sempat dikeroyok tahanan lain,” jelas Kepala Kantor Wilayah Kemenkum HAM Riau Dewa Putu Gede di rumah dinasnya pada Jumat (9/6).
Dia memastikan kaburnya tiga orang tersebut tak terkait dengan kaburnya 473 tahanan dari Rutan Sialang Bungkuk pada Jumat (5/5). Pelarian terbesar dalam sejarah Indonesia itu berawal dari kerusuhan di salah satu kamar di blok C. Penghuni rutan berhasil menjebol pintu dan gerbang untuk kabur. Masih ada 133 napi yang belum tertangkap.
Kerusuhan itu adalah akumulasi kemarahan penghuni rutan. Kondisi rutan berkapasitas 561 orang tersebut tidak manusiawi karena harus dihuni 1.870 orang. Satu kamar kadang sampai diisi 30 orang.
Overkapasitasnya tahanan tersebut dimanfaatkan petugas rutan untuk mengambil keuntungan pribadi. Mereka menarik mel-melan kepada napi dan tahanan. Yakni, mulai pemindahan sel dan blok dengan pungli Rp 1–2 juta per napi hingga perpanjangan waktu besuk serta katering makanan. Bahkan, untuk tahanan yang ingin menelepon keluarga, oknum petugas menyewakan handphone. Akibatnya, terjadi keributan yang berujung pada kaburnya ratusan tahanan.
Larinya tiga tahanan dari Rutan Sialang Bungkuk memunculkan pertanyaan tentang kualitas penjagaan di rutan. Apalagi, sejak pelarian masal yang terjadi pada Mei lalu, perbaikan seharusnya sudah dilakukan.
Dewa mengakui, saat tiga tahanan kabur, rutan ternyata hanya dijaga empat petugas. Dia menyebut jumlah petugas keamanan dan penjagaan di rutan belum cukup. ”Selain overkapasitas, kami sangat kekurangan petugas,” katanya.
Kadiv Pas Kanwil Kemenkum HAM Riau Lilik Sujandi menyatakan, sejak peristiwa pelarian masal yang lalu, pihaknya memindahkan 28 pegawai dari rutan. ”Sebagian besar adalah petugas penjagaan. Jumlah regu jaga yang tadinya lima menjadi empat. Luasnya area rutan menjadi kendala tersendiri,” ujarnya.
Saat ini situasi rutan, sebelum peristiwa ini, menurut Kadivpas masih memasuki tahap pemulihan. ”Tahanan ada di bloknya masing-masing,” katanya. Pihaknya juga melakukan pengejaran yang bekerja sama dengan pihak kepolisian. (ali/c23/end)