Waswas Jelang Mudik Lebaran
Pemerintah Kerja Keras Benahi Titik-Titik Kemacetan
JAKARTA – Bayang-bayang kemacetan parah kembali muncul bersamaan dengan kian dekatnya momen mudik Idul Fitri 2017. Pemerintah telah bekerja keras untuk menyiapkan infrastruktur mudik yang lebih baik. Namun, penambahan jumlah pemudik beserta kendaraannya dikhawatirkan tetap memunculkan kemacetan parah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah kementerian terkait melakukan inspeksi ke jalur-jalur yang akan digunakan untuk mudik
Misalnya, inspeksi dilakukan Kementerian Perhubungan pada Sabtu (9/6) dan disusul Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) kemarin (10/6).
Hasil pemantauan di lapangan, sejumlah persiapan telah dilakukan. Namun, itu belum sepenuhnya bisa menjamin mudik tahun ini akan bebas macet. Beberapa ruas jalan baru yang dioperasikan juga masih dalam tahap fungsional. Artinya belum rampung, tetapi dipaksakan untuk digunakan dengan sejumlah batasan.
Salah satu infrastruktur yang bisa digunakan dalam tahap fungsional adalah empat flyover di kawasan Brebes, Jawa Tengah. Yaitu, Dermoleng, Klonengan, Kesambi, dan Kretek.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjamin empat flyover itu bisa selesai pada H-10 Lebaran atau 16 Juni mendatang. ”Dalam lima hari, pengerjaannya akan selesai. Saya berani tanggung jawab,” tegasnya saat memantau pembangunan flyover di Brebes kemarin.
Basuki menjelaskan, kehadiran flyover itu sangat krusial untuk mengurangi kemacetan kendaraan saat melewati lintasan kereta api. Setiap hari kereta api lewat hingga 90 kali. Setiap KA melintas, dibutuhkan waktu sekitar 5 menit. Jika dikalikan dalam sehari, setidaknya akan ada penutupan jalan di lintasan kereta selama 4 jam. Saat arus mudik, penutupan bisa mencapai 8 jam. Akibatnya, kemacetan akan sangat parah.
Lintasan kereta api itu tahun lalu juga menghambat kendaraan yang keluar di Brexit ( exit tol Brebes). Saat itu perjalanan Cirebon–Brebes yang seharusnya bisa ditempuh dalam 1–2 jam molor hingga 8 jam. Jakarta menuju Brebes bahkan membutuhkan waktu hingga beberapa hari.
Wirawan, salah seorang pemudik dari Jakarta menuju Pati, Jawa Tengah, mengisahkan, tahun lalu dirinya membutuhkan waktu tiga hari dua malam untuk sampai di kampung halaman. Pernah pada satu momen, dia dan keluarganya terjebak kemacetan di tengah jalan tol hingga tak bergerak sama sekali mulai pukul 03.00 sampai pukul 11.00. ” Terpaksa keluar tol, ternyata macet parah juga,” ungkapnya.
Karena di tengah ruas jalan tol, banyak pemudik yang terpaksa buang air di tengah persawahan. Banyak pula kendaraan yang kehabisan bahan bakar. Kendaraan yang kehabisan bahan bakar itu memperparah kemacetan karena ruas jalan tol menyempit.
”Waktu itu saya berangkat ke Pati H-2. Sampai di kampung halaman jam 9 pagi, setelah salat Id selesai,” kenang Wirawan.
Selain flyover, hal lain yang mengkhawatirkan dalam momen mudik nanti adalah penerapan uang elektronik di gerbang tol yang belum sepenuhnya dilakukan. Hal itu akan mengakibatkan bottle neck yang begitu parah.
Gerbang tol Cikarang Utama, misalnya. Hingga kini, gerbang tol di Bekasi itu masih menjadi jalur neraka bagi pengendara. Antrean panjang luar biasa selalu terjadi pada jam-jam sibuk. Salah satu penyebabnya, masih dibukanya jalur pembayaran tunai. Pelayanan uang tuani membutuhkan waktu tiga kali lebih lama jika dibandingkan dengan uang elektronik.
Jumat sore (9/6) saja, antrean kendaraan terpantau mengular panjang menuju gardu tol dari dan menuju Jakarta. Diperkirakan, antrean lebih dari 5 kilometer. Padahal, jumlah gerbang yang dibuka untuk pelayanan telah cukup banyak.
Bisa dibayangkan bagaimana arus lalu lintas saat momen mudik nanti yang notabene jumlah kendaraan pasti meningkat tajam.
Jasa Marga memprediksi adanya kenaikan kendaraan hingga 120 ribu dari normalnya hanya 88 ribu kendaraan. Kendaraan sejumlah itu bakal melintasi Gardu Tol Cikarang Utama pada H-2 Lebaran.
Kekhawatiran berikutnya terkait dengan minimnya rest area di jalan bebas hambatan. Pengemudi yang terjebak kemacetan bisa tersiksa saat harus buang air. Apalagi jika bahan bakar terbuang percuma karena macet. Bisa-bisa belum sampai stasiun pengisian bahan bakar sudah kehabisan BBM.
Menghadapi kondisi itu, penambahan rest area menjadi salah satu fokus utama pemerintah dan Jasa Marga selaku operator tol. Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani menyatakan, pihaknya menyiapkan parking bay untuk momen mudik. Itu adalah rest area mini yang bisa digunakan pemudik untuk melepas lelah dan buang air sejenak. ” Parking bay dilengkapi tempat istirahat, toilet, dan musala,” kata Desi.
Dia menjelaskan, pemudik tidak boleh berlama-lama berhenti di parking bay. Karena kapasitasnya terbatas, penggunaannya harus bergantian.
Hal tersebut dibenarkan Basuki. Dia berpesan agar pengoperasian parking bay diatur secara tegas sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan dan pemudik.
”Peraturan penggunaan parking bay tidak boleh lebih dari satu jam, karena memang bukan untuk tempat istrahat berlama-lama. Tapi hanya untuk sebentar, untuk pengendara yang membutuhkan toilet. Setelah itu jalan kembali.”
Selain di ruas jalan tol, pemerintah berupaya menambah rest area di jalan-jalan nasional. Salah satunya, menyulap jembatan timbang menjadi rest area sementara. (and/mia/c5/ang)