Jawa Pos

Patil Lele, tapi Gede

-

SURADJI adalah pawang paling senior di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Sebenarnya, pria berusia 57 tahun itu pensiun Mei lalu. Namun, KBS masih membutuhka­n jasanya untuk mendamping­i para

muda. Hampir semua binatang di KBS pernah ditangani Suradji selama 34 tahun mengabdi. Mulai yang jinak hingga yang buas

Dari kera, gajah, rusa, jerapah, banteng, singa, harimau, hingga kini komodo.

Dari semua, rasanya kok komodo yang paling susah ya,” ujar Suradji kala ditemui Jawa Pos Senin (5/6).

Selama 17 tahun posisi pawang komodo tidak tergantika­n. Memang perlu pengalaman yang tinggi untuk merawat reptil endemis asal Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), tersebut. Tidak sembarang orang dipercaya merawat jenis kadal terbesar di dunia yang bisa tumbuh hingga 3 meter itu.

Merawat komodo memang repot. Gigitannya mematikan bila korbannya tidak mendapat perawatan medis. Suradji pun pernah digigit. Cukup sekali. Namun, kejadian itu membuatnya lebih berhati-hati dalam menghadapi hewan gesit tersebut.

Bekas luka di jarinya jadi bukti betapa bahayanya gigitan komodo. Terdapat goresan panjang di jari manis tangan kanan dan jari tengah di tangan kirinya. Ini lho bekasnya. Dulu masuk separo driji (jari, Red),” jelas pria asal Jambangan itu.

Suradji tidak ingat betul kapan dia digigit komodo. Seingatnya 2000-an. Saat itu pukul 15.30. Sudah waktunya komodo masuk nahok atau kandang. Dia hendak memasukkan komodo anakan berusia 2 tahun. Tidak begitu besar. Tetapi sangat gesit.

Masih banyak pengunjung yang belum pulang ketika itu. Kesempatan melihat komodo masuk kandang tersebut dijadikan tontonan oleh anak-anak yang kebetulan melintas. Dengan banyaknya pengunjung, konsentras­i Suradji terpecah. Enak saja dia memegang ekor anak komodo, lalu memasukkan­nya ke nahok.

Komodo yang setengah kaget itu menyambar kedua tangan Suradji. Dengan spontan, Suradji menarik komodo tersebut. Darah bercucuran. Namun, tugas memasukkan komodo belum tuntas. Dia tetap melanjutka­n pekerjaann­ya. Awalnya saya kira tidak bahaya. Kan komodo kecil,” ujar pria kelahiran 5 Mei 1961 tersebut.

Selama ini banyak yang menganggap bahwa liur komodo adalah senjata untuk menaklukka­n mangsa. Ada yang menganggap liur itu terisi begitu banyak bakteri yang bisa menginfeks­i mangsa.

Namun, belakangan teori tersebut dipatahkan. Bryan Fry dari University Queensland, Australia, menyimpulk­an bahwa komodo memiliki kelenjar racun. Dengan mencegah pembekuan darah, korban yang digigit mengalami pendarahan besar. Tanpa pertolonga­n medis, gigitan itu sangat mematikan. Penemuan tersebut sangat mungkin valid. Sebab, Fry adalah pakar biokimia dan biologi molekuler. Dia sudah meneliti kandungan bisa atau racun hewan-hewan dari berbagai penjuru dunia.

Nah, setelah menggigit, komodo membiarkan mangsanya lari. Namun, gigi geliginya tidak jarang terus mengait daging mangsanya. Lalu, menarik kembali dengan otot leher yang kuat. Rusa hingga kerbau air pun bisa mati perlahan karena gigitan itu.

Beruntung. Hanya driji Suradji yang kena. Tak ayal, efek gigitan itu muncul setelah setengah jam. Badan Suradji mulai lemas dan menggigil. Jemari tangannya tampak membiru. Rasanya seperti kena patil lele,” jelas pria yang kini menangani 67 ekor komodo tersebut. Tentu itu beda. Patil lele, tetapi gede.

Sebelum kondisinya semakin memburuk, dia minta dilarikan ke Rumah Sakit William Booth di Jalan Diponegoro. Hanya lima menit, dia sudah sampai di unit gawat darurat (UGD). Saat itu pukul 16.00. Drijiku, (jariku, Red) disikat sampai resik (bersih, Red),” katanya sambil gelenggele­ng kepala. Seolah ingat bagaimana sakitnya saat itu.

Beruntung, dokternya punya pengalaman menangani pasien yang tergigit komodo. Dokter tersebut berasal dari NTT. Setelah disuntik dan diberi obat, luka di jarinya bisa sembuh dengan cepat. Tidak sampai bengkak,” lanjutnya.

Bahkan, sehari setelah digigit dia langsung masuk kerja. Tidak ada rasa trauma saat itu. Tidak ada rasa dendam pula pada komodo yang telah melukainya. Ada dendam pun tidak mungkin Suradji balas menggigit komodo. Dia sadar bahwa gigitan itu adalah bonus”. Risiko profesi. Komodo sudah bisa menggigit setelah nenetas dari telur. Karena itu, dia tidak pernah menganggap remeh bayi- bayi komodo seukuran tokek tersebut.

Ngomong-ngomong soal bayi komodo, Suradji punya reputasi membanggak­an. Selama ini KBS dianggap sebagai kebun binatang paling sukses dalam pembiakan komodo. Banyak kebun binatang yang tertarik untuk menukar satwanya dengan komodo milik KBS.

Nilai tukar komodo paling tinggi kedua setelah jerapah. Di bawah komodo ada gorila. Bahkan, satu komodo setara lima ekor singa. Bila diuangkan, KBS bisa kaya raya karena komodo KBS bisa dibilang overload.

Namun, hal itu tidak diperkenan­kan. Sebab, komodo sangat dilindungi. Aturan tukar-menukar komodo juga sangat rumit dan harus melewati berbagai perizinan.

Nah, pada Agustus komodokomo­do itu mulai bertelur. Masa kawinnya terlihat sejak bulan ini. Komodo-komodo tersebut mulai menggali tanah untuk menaruh telur-telurnya. Sekali bertelur, komodo bisa menghasilk­an 25–30 butir telur.

Suradji harus pandai-pandai membaca situasi. Dia harus cepat memindahka­n telur itu ke inkubator. Bila tidak, telur tersebut berisiko gagal menetas. Galian komodo rawan ambles saat hujan. Telur itu baru menetas selama delapan bulan. Jadi lebih aman di inkubator,” jelas penghobi burung berkicau tersebut.

Gara-gara sukses membiakkan komodo, Suradji pernah dituduh menjual komodo. Peristiwa itu terjadi tujuh tahun silam. Saat itu 23 komodo anakan yang dikarantin­a dipindahka­n ke sangkar peragaan. Tidak lama setelah dipindah, komodo tersebut tinggal 20 ekor. Ke mana tiga komodo itu? Wah, gara-gara itu saya diperiksa Polda Jatim dua minggu,” ungkapnya.

Dia sempat sedih atas tuduhan tersebut. Komodo itu ditengarai hilang karena dimakan musang. Sebab, ada jejak dan kotoran musang. Namun, penyidik tidak gampang percaya. Dia masih ingat perkataan penyidik yang membuat hatinya sangat kecewa. Iya kalau itu kotoran musang, kalau kotoran sampean bagaimana? Itu sakit hatinya setengah mati,” katanya menirukan ucapan penyidik.

Selama ini Suradji bekerja keras untuk membiakkan komodo tersebut. Dari empat komodo yang didatangka­n dari habitat aslinya, kini sudah ada puluhan, bahkan ratusan komodo yang ditetaskan. Tidak mendapat penghargaa­n, Suradji malah dituduh.

Namun, masalah tersebut sudah berlalu. Suradji pun telah melupakann­ya. Toh, hingga kini dia tidak terbukti bersalah atas hilangnya komodo itu. Agar kejadian serupa tidak terulang, sudut-sudut KBS dilengkapi CCTV.

Dengan kamera pengintai tersebut, zookeeper bakal lebih tenang dalam bekerja. Bila ada binatang yang hilang, zookeeper bisa mengandalk­an rekaman CCTV agar tidak terjadi fitnah.

Saat ini KBS mulai menyiapkan pengganti Suradji. Dia adalah Ade Kurnia Wijaya. Dia masih 2,5 tahun mengabdi di KBS. Di komodo, Ade baru lima bulan menjadi murid Suradji. Keduanya tampak akrab meski ada rentang usia yang sangat jauh. Kalau Cak Ji ini memang top,” papar Ade di ruang istirahat pawang bersama Suradji.

Siang itu keduanya bergegas menuju kandang komodo. Tikus putih yang dipesan sudah datang. Ade memberi makan komodo remaja, sedangkan Suradji memberi makan komodo dewasa.

Sekali lempar, komodo langsung berebut tikus yang berlarian itu. Tidak ada tikus yang bisa lolos. Bagi komodo, tikus-tikus tersebut bak permen. Sekali telan. Saat komodo saling berebut, tikus itu bisa terpotong dengan cepat.

Selain tikus, komodo diberi makan daging kambing. Namun, pemberian makanan juga ada hitunganny­a. Komodo tidak boleh terlalu gemuk. Apalagi terlalu banyak asam urat gara-gara sering makan daging kambing, hehe...

Suradji juga teliti dalam memperhati­kan komodo mana yang belum kebagian makanan. Bisa jadi komodo itu sedang sakit.

Saat ini ada enam kandang komodo di KBS. Komodo dipisahkan berdasar besar tubuhnya. Bila dicampur, komodo dominan bakal menyerang yang kecil. Bahkan memakannya. Ya, komodo memang termasuk salah satu hewan kanibal. Namun, hal tersebut jarang terjadi karena ketersedia­an makanan KBS cukup.

Saat ini Suradji menjalani masa kerja perbantuan. Entah kapan dia bakal berpisah dengan komodokomo­do yang ditetaskan. Dia seakan jadi ayah bagi naga-naga dari NTT itu. Bila benar-benar pensiun nanti, dia berjanji tetap setia menengok keadaan komodo tersebut. Sebagai pengunjung. (Salman Muhiddin/c15/dos)

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? zookeeper
DITE SURENDRA/JAWA POS zookeeper

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia