Jawa Pos

Jadi Keeper sebelum Dokter

-

SEPTYA Kurnia Pratiwi tidak malu jadi keeper di KBS. Alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universita­s Airlangga itu adalah

yang direkrut pada April. Keputusan itu sempat dipertanya­kan orang tuanya. Kenapa harus KBS? Selama sesuai dengan hati, pekerjaan itu pasti menyenangk­an,” kata perempuan kelahiran 12 September 1991 tersebut.

Sebelum bekerja di KBS, dia menjadi pegawai di perusahaan distributo­r fumigasi atau pembasmi hama. Setiap hari waktunya dihabiskan di depan layar komputer. Dia tidak betah, lalu memutuskan keluar.

Saat ditemui Jawa Pos, Septya terlihat duduk-duduk di area primata. Dia sedang beristirah­at sembari menunggu Alifah, orang utan betina yang hendak dibawa jalan-jalan

Karena tergolong keeper baru, Septya masih mendapat pendamping­an dari keeper senior, Istiya Artika.

Tidak lama menunggu, Alifah keluar dari kandangnya dengan digandeng Istiya. Orang utan berusia 8 tahun itu masih ragu untuk melangkah. Jalan empat langkah, ia duduk lagi. Kepalanya tolah-toleh mengamati hal baru. Maklum, selama ini ia lebih banyak menghabisk­an waktu di kandang. Alifah harus diajak jalan-jalan karena saat Lebaran ia bakal jadi bintang pada pertunjuka­n feeding time.

Begitu Alifah keluar, Septya langsung beranjak dari tempat duduknya. Dia seperti melihat bayi imut yang baru keluar rumah. Gemas, gemas, gemas,” ucapnya.

Saking gemasnya, Septya tidak ragu untuk memeluk dan mencium Alifah. Bulu-bulunya sangat bersih. Ia baru saja dimandikan. Adik kok sedih?” kata Septya kepada Alifah yang tampak melamun. Tampaknya, Alifah masih belum terbiasa dengan suasana luar kandang.

Tidak lama kemudian, Alifah terlihat panik. Ia ingin segera kembali ke kandangnya. Ia menarik tangan Septya yang menahannya. Dari kejauhan, ternyata ada badut yang hendak lewat.

Badut berwujud Masha, karakter gadis cilik di kartun Masha and the Bear, itu sehari-hari berjualan kembang gula tidak jauh dari area primata. Memang ia takut sama badut. Sama balon juga,” ujar Septya.

Agar tenang, Alifah diberi makan buah-buahan. Ada melon, blewah, dan nanas yang sudah dipotongpo­tong. Septya harus memperhati­kan orang utan agar tidak makan buah-buahan yang jatuh di tanah. Dengan begitu, berbagai macam penyakit diharapkan tidak menghampir­i primata asal Kalimantan tersebut.

Orang utan yang masih anakanak memang belum bisa membedakan makanan kotor dan bersih. Sementara itu, yang dewasa sudah pandai memilih makanan. Istiya memberi tahu Septya bahwa dirinya pernah melakukan percobaan. Dia memberi makan orang utan dewasa dengan buah yang penuh pasir. Setelah saya perhatikan, pasirnya dibersihka­n sampai bersih. Nah, ini prilaku yang perlu dipahami keeper. Orang utan sebenarnya menjaga kebersihan,” jelas Tyo, sapaan Istiya.

Septya mengangguk-angguk atas penjelasan pawang yang jauh lebih senior tersebut. Selama kuliah materi pembelajar­an seperti itu tidak didapat. Memang, ilmu banyak didapat di lapangan,” kata perempuan asal Ngagel Rejo tersebut.

Selama dua bulan terakhir Septya banyak dibantu Alifah dalam memahami perilaku orang utan. Dibandingk­an orang utan lainnya, Alifah memang lebih jinak. Orang utan betina itu mengulurka­n tangannya dengan lembut kepada orang yang baru dikenal.

Gerakannya pun perlahan-lahan seperti putri keraton. Karakter Alifah yang lemah lembut itu terbentuk saat bayi. Ia sering bertemu pengunjung pada acara animal show.

Riski dan Damai, orang utan lain, lebih usil dan agresif. Perlu kesabaran khusus untuk mendekati dua orang utan tersebut. Karena itu, KBS tidak membebaska­n Riski dan Damai untuk didekati pengunjung.

Sebagai keeper, Septya harus datang pukul 06.30 sebelum pengunjung datang pukul 08.00. Dia harus memperhati­kan makanan orang utan. Bila masih tersisa banyak, orang utan kemungkina­n sakit. Atau, makanan yang diberikan tidak sesuai dengan seleranya.

Selain itu, dia harus memperhati­kan feses atau kotoran hewan. Bila bentuk kotoran tidak padat dan berbau aneh, dia harus bergegas mengambil sampelnya untuk dibawa ke lab. Untungnya, sampai sekarang belum ada yang sampai sakit,” ungkap perempuan yang pernah magang di Maharani Zoo, Lamongan, itu.

Tugas berat keeper sejatinya tidak mengurus binatang. Tetapi mengawasi pengunjung yang memberi makan binatang. Tindakan tersebut dilarang. Namun, para pengunjung tetap saja memberi makan hewan-hewan KBS. Terutama monyet jawa yang memiliki populasi sangat banyak.

Para pengunjung selalu beralasan bahwa makanan yang diberikan tidak berbahaya. Aduh. Bukan masalah itu. Masalahnya hewanhewan itu sudah diberi nutrisi sesuai hitungan. Tidak boleh berlebih,” jelasnya.

Selain itu, ada pengunjung yang melempar makanan ringan beserta bungkus plastik. Biasanya, pelakunya anak-anak kecil. Nah, anak-anak itu perlu mendapat pengetahua­n bahwa plastik bisa membunuh hewan tersebut. Makanya, kita harus pintar-pintar memberikan arahan,” kata alumnus SMAN 10 itu.

Meski melelahkan, Septya menganggap pekerjaan itu sebagai batu loncatan untuk melangkah. Sebab, dia masih punya cita-cita menjadi dokter hewan KBS. Dia juga berkeingin­an membuka praktik sendiri. Buka klinik kecil-kecilan dulu. Ambil satu dua pasien. Tapi tetap bekerja di KBS,” ujarnya.

Dirut KBS Chairul Anwar sengaja merekrut pawang-pawang perempuan. Selain Septya, ada Vega, Raya, Sita, dan Kiki. Sentuhan perempuan diharapkan bisa mengubah perilaku pengunjung. Sebab, berbagai macam cara terus dilakukan KBS agar pengunjung tidak ikut memberi makan. Perempuan kan lebih lembut,” ujar mantan Dirut PDAM Pasuruan itu di Masjid KBS Jumat (9/6).

Chairul mengamini keinginan Septya untuk meloncat ke karir yang lebih tinggi. Chairul sengaja mengambil lulusan kedokteran hewan dalam perekrutan tersebut. Sebab, dia ingin para binatang di KBS mendapat perawatan yang prima. (sal/c15/dos)

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? zookeeper
DITE SURENDRA/JAWA POS zookeeper

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia