Jawa Pos

Harus Jaga Jarak saat Tarik Ekor Jerapah

Toni Johansyah punya tugas yang cukup berat di KBS. Dia menjadi Zona Afrika. Ada jerapah, zebra, rusa, dan burung unta. Dia menyayangi semua binatang tersebut. Namun, bila diminta memilih, dia paling sayang dengan jerapah bermana Moritdz.

-

wildebeest, keeper

JERAPAH kelahiran Jerman pada 2011 itu didatangka­n dari Taman Safari Indonesia (TSI). Moritdz tiba pada 2013 sebagai pengganti Kliwon yang mati karena sakit. Kliwon ditengarai mati lantaran memakan sampah plastik yang dilempar pengunjung.

Sebelumnya, Toni Johansyah harus merawat Moritdz di TSI selama satu setengah bulan. Perlu pengenalan agar jerapah itu menurut. Salah satu cara agar Moritdz menurut adalah menggaruk badannya. Karena terlampau tinggi, Toni menggunaka­n sapu lidi. Awalnya ia geli dan menghindar. Tapi sekarang sudah terbiasa

Lima pegawai itu berasal dari seksi pengukuran tanah. Diduga, pungli dilakukan untuk mempercepa­t waktu pengukuran tanah. OTT tersebut terjadi pada Jumat (9/6). Sekitar pukul 14.00, tim Unit Tipikor Satreskrim Polrestabe­s Surabaya mendatangi Kantor Pertanahan Kota Surabaya 2 di Jalan Krembangan Barat 57.

Operasi tersebut dipimpin langsung oleh AKP Samidi. ”Benar, kami telah melakukan OTT,” ujar Kapolresta­bes Surabaya Kombespol M. Iqbal saat dihubungi via telepon seluler kemarin (10/6).

Dalam operasi tersebut, polisi menangkap lima pegawai Kantor Pertanahan Surabaya 2. Mereka adalah Slamet (Kasubsi tematik dan potensi tanah) serta Chalidah Nazar dan Aris Preasetya (staf seksi pengukuran). Juga dua pekerja harian lepas (PHL), Bayu Sasmito dan Alvin Nurahmad Rivai. Mereka diduga bekerja sama melakukan pungli. ”Lima orang tersebut sedang kami periksa, tunggu saja,” tegas Iqbal.

Polisi sudah menetapkan satu tersangka. Dia adalah Chalidah. Sementara itu, empat orang lain diperboleh­kan pulang karena unsur pidana yang disangkaka­n tidak terpenuhi. Sebelumnya, lima orang tersebut dijerat pasal berlapis. Yaitu, pasal 12 E dan pasal 11 UU 31 Tahun 1999 tentang Pemberanta­san Tindak Pidana Korupsi.

Penangkapa­n lima orang itu berawal dari laporan masyarakat. Beberapa warga yang mengajukan permohonan pengukuran tanah merasa resah. Sebab, ada pegawai Kantor Pertanahan Surabaya 2 yang meminta dana tambahan. Padahal, pemohon pengukuran tanah tersebut telah membayar biaya resmi pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

Pembayaran melalui mekanime transfer lewat Bank Jatim. Besarnya sesuai tarif yang ditentukan. Namun, pemohon diminta uang tambahan. Alasannya, mempercepa­t pengukuran.

Tidak jelas berapa besaran uang yang masuk. Yang pasti, uang dari pemohon percepatan pengukuran dikumpulka­n ke dalam rekening penampung. Rekening tersebut milik PHL Kantor Pertanahan Surabaya 2 Bayu Sasmito. Nah, setelah terkumpul, uang itu dibagi ketika akhir bulan. Penerimany­a adalah seluruh anggota seksi pengukuran.

Petugas sempat menggeleda­h beberapa ruangan. Saat itu polisi menemukan Rp 8 juta di dalam laci dan meja kerja Chalidah. Selain itu, polisi menyita tiga lembar bukti setoran PNBP dari pemohon ukur. Ada pula 12 berkas permohonan ukur dan satu buku tabungan Bank Jatim atas nama Bayu Sasmito.

Secara terpisah, Ketua Tim Satgas Saber Pungli Polda Jatim Kombespol Wahyudi Hidayat menyebutka­n, selama ini BPN termasuk lembaga yang susah melakukan reformasi. Terutama dalam hal keterbukaa­n publik. Termasuk soal penetapan pungutan. Tak pelak, mayoritas perkara pungli melibatkan lembaga tersebut. ”Mungkin karena tidak di bawah pemkot atau pemprov, jadi susah melakukan reformasi,” jelas pria yang juga Irwasda Polda Jatim tersebut.

Sementara itu, saat dikonfirma­si, Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya 2 Andi Rafiuddin mengaku belum tahu kejadian OTT di kantornya. Alasannya, saat kejadian dia pulang kampung ke Makassar. ”Saya baru pulang ini (kemarin, Red). Tidak tahu kejadian persisnya,” kata mantan Kepala BPN Parepare itu.

Namun, Andi tak menampik bahwa ada lima bawahannya yang tertangkap. ”Saya konfirmasi kepada yang bersangkut­an, ternyata empat orang itu sudah pulang,” lanjut pria yang baru dua bulan memimpin Kantor Pertanahan Kota Surabaya 2 tersebut.

Kepada Andi, salah seorang petugas berdalih bahwa uang di laci yang disita polisi sebenarnya bukan hasil pungli. Melainkan uang baru yang ditukar untuk keperluan Lebaran. Andi berencana menemui Kapolresta­bes. Namun, upaya itu terganjal agenda kedatangan Kapolri di Sidoarjo. Karena itu, pertemuan tersebut bakal diadakan besok (11/1).

Andi mengakui bahwa pungli masih ada di organisasi­nya. Bahkan, dia sebenarnya punya rencana menertibka­n pungli tersebut dalam waktu dekat. Dia sudah mencium adanya oknum-oknum yang bermain. ”Sudah mau saya tertibkan, tapi keduluan (ditangkap polisi, Red),” lanjutnya. (aji/sal/c25/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia