Jawa Pos

Gagal Pinjam Mobdin, DPRD Bikin Perda

-

SURABAYA – Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2017 membuat anggota DPRD Surabaya gigit jari. Sebab, mobil dewan yang baru dibeli pemkot batal diberikan. Dewan kini diminta mengubah Perda 4/2007 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.

Ketua Badan Pembentuka­n Perda (BPP) DPRD Surabaya Muchammad Machmud menyatakan, perda itu bakal dibuat sesuai dengan aturan hukum yang lebih tinggi

Cara ini nemu sendiri,” ujar pria berusia 27 tahun tersebut. Setelah jerapah agak menurut, pekerjaan pertama yang harus dikuasai adalah memasukkan­nya ke kandang. Bukan pekerjaan mudah menggiring hewan setinggi 4 meter itu.

Awalnya, Toni membuka kandang Moritdz selama dua pekan agar ia tahu kandang barunya. Setelah mulai terbiasa, Toni menemukan cara lain untuk menggiring jerapah jantan tersebut.

Salah satu caranya menarik ekor jerapah. Setelah ekor ditarik, jerapah mulai bergerak. Namun, dia harus menjaga jarak setidaknya 1,5 meter dari kaki belakang jerapah. Pada radius itu, sepakan jerapah tidak bakal mengenainy­a.

Sekarang sudah gampang memasukkan­nya,” kata pria asal Nganjuk tersebut.

Tugas yang kini merepotkan adalah memberi makan. Moritdz bakal tahu saat Toni masuk ke kandang. Suara gesekan pagar saat Toni masuk menandakan makanan segar akan datang.

Toni lantas menyiapkan seikat daun kaliandra di balik pagar bambu setinggi 3 meter. Dengan lehernya yang menjulang tinggi, Moritdz mengintip makanan kesukaanny­a itu.

Saat pagar dibuka, Moritdz mengusir zebra bernama Sony yang ikut menghampir­i. Kakinya menendang-nendang sebagai gertakan agar zebra tidak mencuri jatah makannya.

Setelah zebra pergi, Moritdz mendekati Toni. Ia sudah tidak sabar ingin memakan daun tinggi serat tersebut. Sebab, sejak pagi ia hanya mengunyah rumput. Saking tidak sabarnya, ia berusaha menendang Toni. Beruntung, sepakan kaki depan tersebut mengenai gagang gerobak. Ngerti sendiri kan kelakuanny­a gimana,” ucap Toni kepada Jawa Pos yang menunggu di luar kandang.

Daun itu digantungk­an setinggi 4 meter di tiang yang dibentuk mirip rumah tersebut. Sebelumnya, makanan jerapah hanya disediakan di tempat setinggi 2 meter. Dekat dengan tempat makan zebra.

Ketika itu perkelahia­n lebih sering terjadi. Setelah saya perhatikan, pemberian makan itu salah. Makanan jerapah harus di atas,” jelas lulusan jurusan pertanian SMK SPP Negeri Nganjuk tersebut.

Toni memiliki buku harian. Buku itu digunakan untuk mencatat perkembang­an hewanhewan yang dirawat. Misalnya, Moritdz tidak mau makan. Ada tiga kemungkina­n di catatannya. Yakni, Moritdz sedang sakit, rumput yang diberikan sudah mengering, atau Moritdz sudah kenyang.

Nah, untuk masalah pakan, keeper harus rewel. Sebab, hampir seluruh waktu jerapah dihabiskan dengan makan,” ungkapnya.

Jerapah bisa makan mulai pagi hingga sore. Saat sedang makan, jerapah akan cuek pada sang pawang. Meski dipanggil, hewan itu tidak menoleh. Jerapah baru merespons saat dipegang.

Toni kini sudah menemukan cara untuk mencium jerapah. Daun kaliandra diletakkan di dadanya. Dengan begitu, kepala jerapah bakal mendekat. Namun, dia harus berhati-hati. Sebab, lidah jerapah sangat kasar. Mirip ampelas,” ungkapnya.

Pipinya pernah terkena jilatan jerapah. Dia baru sadar saat cuci muka. Saat sabun digosokkan ke wajah, rasa perih itu muncul. Saat berkaca, pipinya sudah berwarna merah.

Terkadang, Toni juga mengajak Moritdz mengobrol. Meski tidak paham, Toni mengangap cara itu merupakan salah satu cara agar Moritdz semakin hafal dengan suaranya. Selain suara, binatang menghafal bau dan wajah sang pawang.

Toni berharap Moritdz mendapat teman. Sebab, pejantan mana yang mau hidup sendiri seumur hidup. Setiap hari hanya makan dan tidur pasti sangat membosanka­n. Karena itu, dia bakal sangat senang apabila mendapat tambahan satu lagi jerapah betina. Bila sampai beranak, betapa bahagianya dia. Seperti punya anak sendiri. (*/c15/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia