Jawa Pos

Yakin Jatim Lebih Adem

Antisipasi Isu SARA, Bawaslu Dalami Politik Identitas

-

– Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak ingin isu SARA seperti pada pilkada DKI Jakarta terulang. Tidak terkecuali di Jawa Timur ( Jatim). Karena itu, pada Rabu (7/6) hingga Sabtu (10/6), tim dari Bawaslu mendalami politik identitas di Jatim melalui survei.

Nugroho Notosusant­o, anggota tim asistensi dan peneliti riset Bawaslu, menjelaska­n bahwa pihaknya melakukan penelitian di Jatim dengan beberapa metode. Di antaranya, focus group discussion (FGD) dengan Bawaslu Jatim serta wawancara mendalam dengan sejumlah tokoh organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik.

’’Kami berkomunik­asi dengan ormas yang memiliki massa terbanyak dan parpol terbesar dari pileg terakhir di Jatim,” terang Nugroho ketika ditemui di kantor DPD Gerindra kemarin (10/6). Ormas tersebut, antara lain, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiy­ah. Sementara itu, parpolnya adalah PKB, PDIP, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra.

Dari pengalaman pilkada DKI, Nugroho menyatakan bahwa po tensi penggunaan politik SARA makin mencuat di Indonesia. Ujaran-ujaran melalui media sosial cenderung bertensi negatif. Misalnya, penyebutan ras. ’’Kami melihat besarnya disharmoni­sasi ini mengakibat­kan ketegangan sosial,” ujar Nugroho. Hal itu terlihat dari fenomena pemutusan komunikasi di dunia maya. Yakni, fenomena unfriend dan blocking.

Nah, Bawaslu merasa perlu melakukan sesuatu untuk meredam kekisruhan berbau SARA di ranah politik. Apalagi, tahun depan diadakan pilkada serentak. ’’Kami ingin menggali, mengapa politik SARA makin mencuat dan seberapa besar pengaruhny­a,” tuturnya.

Ada lima provinsi yang menjadi objek penelitian politik identitas Bawaslu. Yakni, Jatim, Jateng, Jabar, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat. Jatim dipilih karena homogenita­snya.

Bawaslu melihat besarnya pengaruh tokoh-tokoh karismatis, terutama dari kalangan agamis. Selain itu, Nugroho menyebutka­n karakteris­tik Jatim yang toleran dan selalu menjaga komunikasi. Baik secara vertikal maupun horizontal. ’’Jatim punya kearifan lokal yang kuat, yaitu komunikasi antara elite dan grass root (akar rumput) yang baik,” jelasnya.

Dari hasil FGD dan wawancara mendalam yang rampung kemarin, Nugroho dan tim optimistis Jatim bakal adem. ’’Ada optimisme bahwa pilkada di Jatim bisa berjalan kondusif,’’ ucapnya. Syaratnya, faktor yang menimbulka­n politik SARA ditekan. Di antaranya, kurangnya pemahaman politik masyarakat, adanya prakondisi di mana warga merasa terzalimi, dan blunder dalam komunikasi. (deb/c18/fal)

Jatim punya kearifan lokal yang kuat, yaitu komunikasi antara elite dan grass root (akar rumput) yang baik.” Nugroho Notosusant­o Anggota tim asistensi dan peneliti riset Bawaslu

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia