Harga Telur Tidak Stabil
GRESIK – Menjelang Lebaran, gejolak harga sembilan bahan pokok (sembako) belum muncul. Namun, konsumen diminta tetap selektif dalam berbelanja. Sebab, pedagang memiliki patokan harga yang berbeda-beda.
Berdasar pantauan di pasar tradisional, perbedaan harga telur antar pedagang paling tinggi. Padahal, telur-telur itu dijual dalam satu pasar. Sebagian penjual mematok harga Rp 18 ribu per kilogram telur. Tapi, ada yang menjual telur Rp 20 ribu per kg. ’’Saya jual Rp 20 ribu karena punya alasan. Saya ambilnya sudah mahal,” tutur Welasih, pedagang di Pasar Baru, kemarin (10/6).
Menurut dia, tidak ada masalah stok. Hanya, harga dari agen sedikit naik. Pedagang Pasar Baru lainnya, Supriyadi, menambahkan, telur menjadi salah satu buruan konsumen selama Ramadan. Pergerakan harganya cepat. Harga komoditas itu paling tidak stabil jika dibandingkan dengan bahan makanan lain. ”Seingat saya, perbedaannya tak lebih dari Rp 5 ribu. Penyebabnya beragam,” papar lelaki asal Nganjuk itu.
Dia menambahkan, saat ini harga kebutuhan pokok masih normal. Harga sebagian bahan pokok bahkan cenderung turun. Misalnya bawang merah dan bawang putih. Harga bawang putih bergantung kualitas dan asalnya. Komoditas itu dijual Rp 19 ribu– Rp 21 ribu per kg. Sementara itu, harga bawang merah berada di kisaran Rp 25 ribu.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Agus Budiono mengatakan, perbedaan harga telur antar pedagang dinilai masih wajar. Selisihnya belum melebihi Rp 5 ribu per kg. Meskipun demikian, perbedaan harga akan dipantau tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Pemkab Gresik. ”Setiap minggu dievaluasi. Sementara belum ada kenaikan harga sembako yang melambung,” papar Agus. ( hen/c11/dio)