Jawa Pos

Top Speed 40 Km/Jam, BBM Harus Penuh

Pengoperas­ian ratusan kilometer jalan tol fungsional menjadi angin segar bagi pemudik Lebaran tahun ini. Namun, mereka harus ekstrahati-hati. Di jalan tol yang belum rampung itu, kecelakaan dan kemacetan yang lebih parah mengancam.

-

TOTAL ada 398 km jalan tol baru yang bisa dilalui pemudik tahun itu. Itu terbentang dari Brebes Timur sampai Surabaya. Penambahan yang sangat signifikan karena lebih dari separo jarak Jakarta menuju Surabaya (734 km)

Berdasar data yang dirilis Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), ada dua kategori ruas jalan tol baru, yakni operasiona­l dan fungsional. Operasiona­l berarti jalan tol sudah selesai 100 persen. Semua sarana pendukung sudah terpasang. Sedangkan untuk jalan tol fungsional, fasilitas jalan bebas hambatan belum sepenuhnya selesai. Tol fungsional hanya me- nyiapkan jalan yang bisa dilalui dengan kondisi yang kadang masih bergelomba­ng.

Tol fungsional itu membentang dari Brebes Timur menuju Ngaliyan di Jawa Tengah sejauh 145 km. Plus 165 km dari Semarang menuju Surabaya.

Pengoperas­ian tol fungsional itu akan memotong jarak dan waktu tempuh pemudik. Dari Brebes menuju Gringsing misalnya. Jika melalui jalan nasional, pemudik akan menempuh 157,4 km selama empat jam. Namun, dengan tol fungsional, jaraknya hanya 110 km selama 3 jam.

”Itu sudah dengan asumsi pengendara memacu kendaraan dengan kecepatan 40 km/jam di tol fungsional,” jelas Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry T.Z. kepada Jawa Pos.

Mengapa maksimal 40 km/jam? Kecepatan di tol biasanya kan minimal 60 km per jam? Herry menyatakan, kecepatan terlalu tinggi bisa berisiko menimbulka­n kecelakaan. Sebab, kondisi jalan masih seadanya. Pagar pembatas dan bahu jalan pun belum ada. Jalan memang mu- lus, tapi bergelomba­ng. Sekali terjadi kecelakaan, akan sangat sulit dilakukan evakuasi. Kalau sudah seperti itu, tol akan lebih macet daripada jalan nasional.

”Karena itu, pengendara harus tetap disiplin di kecepatan aman 40 kilometer per jam,” tambah Herry.

Perjalanan siang melalui jalan tol fungsional terbilang lancar. Pencahayaa­n baik, batas jalan terlihat jelas. Namun, debu yang beterbanga­n sangat membahayak­an pemudik. Debu bisa mem- batasi jarak pandang pengendara.

Saat malam, perjalanan lebih sulit lagi. Debu masih jadi kendala saat berkendara. Kendala lainnya adalah rambu jalan dan petunjuk arah yang tidak terlihat. Reflektor pada pembatas jalan juga tidak terlihat karena posisinya terlalu tinggi sehingga jatuhnya sorotan lampu kendaraan tidak mengenai reflektor/

spotlight. Itu bisa membahayak­an. Pemudik bisa keluar jalur karena tidak menyadari adanya pembatas jalan.

Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani membenarka­n adanya jalan yang bergelomba­ng. Dia menyatakan, jalanan mulus, tapi belum beraspal. Hanya lean

concrete sebagai pelapis sementara. Lean concrete itu akan dibongkar setelah arus balik selesai.”Di beberapa titik dipertahan­kan karena level jalannya sudah pas. Tapi, di beberapa titik lainnya akan dibongkar karena level jalannya belum pas,” terang Desi.

Dampak dari level jalan yang belum semuanya pas itu, banyak ruas yang bergelomba­ng. Terutama di bagian timbunan se- perti jembatan dan gorong-gorong yang agak naik. Di sisi kanan dan kiri jalan pun masih banyak galian tanah merah yang bisa membahayak­an saat diguyur hujan.

Selain waspada dan disiplin menjaga kecepatan maksimal 40 km/jam, hal lain yang tidak kalah penting adalah memastikan tangki bahan bakar penuh saat memasuki tol fungsional. Memang sepanjang tol disiapkan

rest area sementara. Di sana juga disiapkan penjualan bahan bakar darurat. Namun, karena risiko jalan tol fungsional stuck cukup tinggi, akan lebih aman bila tangki bahan bakar full ketika kendaraan masuk tol fungsional.

Sepanjang Brebes Timur menuju Gringsing, pemerintah menyiapkan sebelas rest area sementara.

Rest area itu ada setiap 10 km yang masing-masing bisa menampung 70–100 kendaraan.

”Pemudik tidak boleh berlamalam­a berhenti di sana. Di situ

kan harus mengalir. Nanti akan ada petugas yang mengatur,” kata Herry.

Hal lain yang menjadi catatan adalah sinyal ponsel yang tidak stabil. Di beberapa titik, sinyal bisa sampai bagus di jaringan 4G. Tapi, di beberapa titik lainnya, sinyal akan betul-betul hilang. ”Sinyal memang agak-agak hilang. Ini akan segera kami komunikasi­kan dengan pihak operator,” ucap Herry.

Masalah sinyal itu bisa menimbulka­n kesulitan tersendiri bagi pemudik. Saat ini hampir semua pemudik akan menggunaka­n aplikasi tertentu untuk memberikan panduan selama perjalanan. Termasuk beberapa yang sedang disiapkan pemerintah untuk diluncurka­n beberapa hari ke depan. Nah, kalau sinyal putus

nyambung, panduan yang diberikan bisa tidak akurat.

Tol fungsional memang memberikan alternatif baru untuk mudik yang lebih cepat, nyaman, dan aman. Namun, itu hanya akan terjadi jika pemudik dan otoritas berwenang disiplin dan all-out dalam menjamin kelancaran lalu lintas. Sekali ada yang teledor dan semaunya sendiri, bayangbaya­ng tragedi Brexit ( exit toll Brebes) tahun lalu akan terulang. Saat itu ribuan pemudik harus bermalam di tol karena macet superparah.

 ?? FOTO: ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS - GRAFIS: ERIE DINI/JAWA POS ?? MEMBELAH BUKIT: Kondisi ruas tol Bawen-Salatiga kemarin (11/6). Masih banyak ruas tol dengan kondisi lebih buruk yang akan dilalui pada arus mudik nanti.
FOTO: ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS - GRAFIS: ERIE DINI/JAWA POS MEMBELAH BUKIT: Kondisi ruas tol Bawen-Salatiga kemarin (11/6). Masih banyak ruas tol dengan kondisi lebih buruk yang akan dilalui pada arus mudik nanti.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia