Gagal Samakan Visi dengan DUP
Dikejar Deadline, Pemerintahan Koalisi Belum Solid
LONDON – Sesuai perkiraan, pembahasan koalisi Partai Konsevatif dengan Partai Serikat Demokrat atau Democratic Unionist Party (DUP) tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kemarin (11/6), kedua partai belum satu suara. Mereka bertemu lagi Selasa (13/6) untuk kembali melakukan negosiasi. Kondisi tersebut mengancam pemerintahan koalisi Theresa May. Sebab, dia harus memaparkan program dan anggaran pada 19 Juni nanti.
’’Bakal sangat mengejutkan jika sesuatu sepenting dan sekompleks (koalisi, Red) itu bisa disatukan dalam pembahasan sehari di Belfast,’’ ujar Menteri Pertahanan Michael Fallon.
Pertemuan selanjutnya dengan DUP akan diadakan di Downing Street. DUP dan Konservatif ibarat dua kutub magnet. Kedua partai memiliki pandangan yang bertentangan. Terutama kesejahteraan sosial.
Partai yang dipimpin Arlene Foster itu juga menentang aborsi dan pernikahan sesama jenis. Para pendukung Partai Konservatif langsung mempertanyakan dukungan May terhadap kelompok LGBT jika nanti koalisi tersebut terbentuk. ’’Hanya karena mereka akan mendukung kami untuk masalah ekonomi. Itu tidak berarti kami sepakat dengan semau pandangan mereka, tidak demikian,’’ ujar Fallon.
Belum adanya kata sepakat membuat nasib pemerintahan yang baru kini terkatung-katung. Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May tak bisa membentuk pemerintahan secepatnya jika DUP belum sepakat. Padahal, pembahasan British Exit (Brexit) dengan 27 negara Uni Eropa (UE) tinggal menghitung hari. Tepatnya pada 19 Juni mendatang. Di hari yang sama, May juga harus memaparkan susunan pemerintahan yang baru untuk mendapatkan restu.
Kegagalan May mendapatkan suara mayoritas dan dukungan dari rakyat berbuah cemoohan. Bukan hanya dari lawan-lawannya, tapi juga dari beberapa anggota Partai Konservatif. Salah satunya adalah mantan Menteri Keuangan George Osborne yang didepak May saat menjabat PM menggantikan David Cameron. Dia menyebut May seperti mayat berjalan.
Anggota parlemen dari Partai Konservatif Anna Soubry juga ikut meragukan bahwa May mampu keluar dari pasar tunggal UE dengan kondisi seperti saat ini. Soubry juga menegaskan bahwa jabatan May sebagai pemimpin partai harus dipertimbangkan ulang. Sebab, May justru membuat partai Konservatif terpuruk. Namun, May tidak akan didepak dalam waktu dekat. (Reuters/BBC/ CNN/sha/c22/any)