Tertarik Kenali Cheng Ho dan Indonesia
SURABAYA – Cerita tentang kunjungan Laksamana Cheng Ho ke sejumlah kota di Indonesia masih membuat beberapa orang penasaran. Termasuk seniman kontemporer asal Beijing, Kexin Zhang. Seniman yang terkenal dengan lukisan dan pameran instalasi itu tergerak untuk mengeksplorasi sejarah Indonesia. Faktor utama yang membuatnya penasaran adalah keberagaman di Indonesia. Mulai soal suku, budaya, hingga agama.
Zhang bukan sosok baru dalam dunia seni Tiongkok. Zhang lulus dari Fakultas Seni Harbin’s Pedagogical University
Dia adalah kurator dan seniman yang juga terkenal dengan karya dari tinta cina (tinta bak). Ilmu dan segudang pengalaman membuatnya menjadi pemateri dan dosen tamu di beberapa seminar tentang seni di Thailand, Indonesia, dan Tiongkok.
Setidaknya, Zhang telah menyelenggarakan puluhan pameran, baik tunggal maupun kolaborasi. Beberapa di antaranya adalah Inward Gazes: Documentaries of Chinese Performance Art 2015 di Macao; Chinese Contemporary Ink di Singapura pada 2014; Contemporary Exhibition di Beijing, Tiongkok, pada 2012; dan Convergence di Bangkok, Thailand, pada 2015.
Setelah memutuskan tinggal sementara waktu di Jogja, dia dan istrinya, Margareth Zhang, mengunjungi Kelenteng Sam Po Kong di Semarang. Perjalanan berlanjut ke Surabaya. Ditemui setelah menonton pementasan teater Sam Po Kong di Ciputra Hall-Performing Arts Center, Sabtu (10/6), Zhang terinspirasi membuat karya bertema serupa.
”Saya sudah membaca banyak cerita tentang Cheng Ho di Indonesia. Saya juga membuat lukisan Cheng Ho yang menampakkan beberapa unsur Indonesia di dalamnya,” ucapnya dalam bahasa Inggris.
Setelah menonton teater, keesokan harinya dia berkunjung ke Masjid Cheng Ho. Kemarin (11/6) Zhang melakukan sebuah pertunjukan di masjid tersebut. Pria 60 tahun itu memakai kostum menyerupai layang-layang.
Caranya, dengan menggunakan kain putih yang sudah digambar menggunakan pensil arang atau yang juga disebut charcoal. Terdapat tiga bagian baju layanglayang yang dikenakan Zhang. Yakni, celana, penutup dada, dan sayap yang terhubung dengan penutup kepala. Semua bagian baju digambar, kecuali celana.
Seniman yang telah memamerkan karyanya pada Chinese National Art Exhibition pada 1984–1989 itu menggambar hanya dengan satu media, tanpa warna tambahan lain. Dia mengaku hanya menye- lesaikan lukisan di atas layanglayang tersebut selama tiga hari dua malam.
Detail gambar di layang-layang menampakkan beberapa komponen pada lukisan Cheng Ho yang sedang dalam proses pembuatan. Komponen tersebut adalah kapal milik Cheng Ho, masjid, dan sosok Cheng Ho. Ada pula beberapa unsur yang merepresentasikan Indonesia seperti wayang, motif batik, serta manusia yang memakai kerudung dan peci.
”Hubungan Indonesia dan Tiongkok terjalin baik sejak ratusan tahun lalu. Saya sangat kagum dengan orang-orang Indonesia yang tetap rukun walau hidup berdampingan dengan perbedaan,” ucapnya kala ditemui setelah pementasan. Zhang juga mengaku mengagumi sosok Cheng Ho yang berperan dalam perdamaian dunia.
Masih banyak yang harus Zhang gali untuk mencari tahu tentang cerita Cheng Ho dan beragam budaya di Indonesia. Karena itu, setelah mengunjungi Surabaya, dia berencana ke Cirebon, Lasem, dan Malaka. (esa/c20/dos)