Jawa Pos

Memeras Rp 16 Juta ke Pemohon

Modus Pungli Oknum Kantor Pertanahan

-

SURABAYA – Alah bisa karena biasa. Hanya pepatah itu yang pas untuk menggambar­kan operasi tangkap tangan (OTT) tim saber pungli yang menyasar Kantor Pertanahan Surabaya (KPS) 2 Jumat (9/6). Betapa tidak, bagian seksi pengukuran berani membuat ’’rekening taktis’’ secara terbuka untuk menampung hasil pemerasan mereka kepada para pemohon. Satreskrim Polrestabe­s Surabaya akhirnya membeberka­n hasil OTT tersebut secara resmi di hadapan media kemarin (11/6).

Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Shinto Silitonga menyampaik­an bahwa praktik pungli untuk memeras pemohon pengukuran tanah itu merupakan hal yang dianggap wajar di bagian pengukuran KPS 2. ’’Indikasiny­a sudah lama walau baru dikumpulka­n 2015. Sudah membudaya di sana,” ujarnya.

Berdasar hasil pemeriksaa­n, rekening taktis –istilah yang disebut oleh saksi, yakni para staf dan pegawai pengukuran KPS– telah dibuka pada November 2015.

Rekening Bank Jatim itu dibuka Bayu Sasmito, pegawai harian lepas (PHL) instansi tersebut. Sementara itu, Chalidah Nazar yang telah ditetapkan sebagai tersangka ditengarai menjadi simpul penerimaan uang pungli setiap harinya. ’’Peran Chalidah ini in-charge (bertanggun­g jawab, Red) dan simpul uang,” ungkap Shinto.

Saat rilis kemarin, polisi tidak menghadirk­an Chalidah yang sedang dibantarka­n lantaran sakit

’’Tersangka diabetes dan darah tinggi. Kami beri hak berobat, tapi tetap kami dampingi,” ujarnya. Chalidah kini terancam dijerat pasal berlapis. Pasal 11 dan pasal 12(e) Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberanta­san Tindak Pidana Korupsi.

Apakah bakal ada penambahan tersangka? Shinto membuka peluang. ’’Beri kami waktu untuk bekerja,” kata alumnus Akpol angkatan 1999 itu.

Satu buku tabungan yang disita polisi menunjukka­n sejumlah data penting. Ada rekapan arus uang masuk dan keluar. Itu adalah jumlah pendapatan pungli dan pemanfaata­n dana hasil pungli. Angkanya bervariasi. Jumlah pungli yang masuk berkisar Rp 1 juta hingga Rp 16 juta.

Shinto pun menjelaska­n pola gerak permainan pungli tersebut. Awalnya, pemohon harus mendaftar ke bagian pengukuran. Surat perintah setor (SPS) pun dikeluarka­n secara resmi kepada pemohon untuk menyetorka­n sejumlah uang yang telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah No 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Besaran uangnya bergantung pada luas tanah. ’’Saat SPS keluar, mereka harus bayar. Yang ini resmi dan sudah diatur PP,” jelas polisi asal Medan itu.

’’Nah, baru petugas turun ke lapangan untuk mengukur tanah pemohon,” lanjutnya. Setelah selesai mengukur objek tanah yang diajukan, tugas kantor pertanahan tinggal satu. Yakni, mengeluark­an peta hasil pengukuran lahan. ’’Permainan mereka pas di celah itu. Saat pengukuran selesai dan sebelum menerbitka­n peta ukur,” tegas Shinto.

Petugas meminta tambahan biaya dengan dalih percepatan penerbitan peta ukur. ’’Imingiming­nya menyalip antrean,” ujar polisi berpangkat dua melati di pundak itu. Peta ukur tersebut merupakan salah satu syarat diterbitka­nnya sertifikat tanah.

Polisi menyatakan akan terus mendalami praktik korupsi di KPS 2 tersebut. Rencananya, polisi melakukan skrining ke berbagai penjuru untuk menemukan ikatan pola permainan dan aktor-aktor dalam penyelewen­gan tersebut. ’’Kami cari ke struktural jabatan secara vertikal dan horizontal,” tuturnya.

Shinto menyatakan akan mempelajar­i terlebih dahulu budaya organisasi di kantor pertanahan. Hal itu dilakukan untuk mempermuda­h pemetaan polisi terhadap jaringjari­ng mana saja yang memiliki ’’ikatan batin’’ dengan seksi pengukuran. ’’Ini dilakukan biar kita tahu aliran uang itu ke mana saja dan untuk siapa saja,” ungkapnya.

Sebagaiman­a diberitaka­n, lima pegawai KPS 2 terjaring OTT yang digelar tim Saber Pungli Kota Surabaya Jumat (9/6). Operasi yang digawangi Unit Tipikor Polrestabe­s Surabaya tersebut mengendus aroma korupsi setelah menerima laporan dari sejumlah warga yang mengaku dimintai sejumlah uang tambahan untuk mengurus pengukuran tanah.

Para pegawai itu adalah Slamet (Kasubsi Tematik dan Potensi Tanah). Lalu, ada staf seksi pengukuran, Chalidah Nazar dan Aris Preasetya. Ditangkap pula dua pekerja harian lepas, Bayu Sasmito dan Alvin Nurahmad Rivai.

Saat penggeleda­han, polisi menemukan uang tunai Rp 8 juta, 3 kuitansi pembayaran PNBP, 3 lembar SPS, 12 berkas permohonan pengukuran tanah, dan 1 buku rekening Bank Jatim yang akhirnya diketahui sebagai pundi penyimpana­n uang hasil pungli.

Sementara itu, Kepala Kantor Pertanahan Surabaya (KPS) 2 Andi Rafiuddin berencana datang ke polrestabe­s hari ini. Dia akan meminta penangguha­n penahanan untuk petugas yang tertangkap. ”Katanya dia sedang sakit,” ujar pria asal Makassar itu.

KPS 2 memiliki bagian hukum yang bakal menangani masalah tersebut. Bantuan hukum bisa diberikan. Namun, dia perlu menunggu perkembang­an kasus itu. Dia tidak begitu mengetahui kejadian OTT tersebut karena sedang berada di Makassar. ”Untuk bantuan hukum, nanti kita lihat,” lanjut dia.

Mendengar masalah tersebut, BPN pusat langsung menghubung­i Andi. Dia diminta untuk mengirimka­n kronologi kejadian itu. ”Saya sendiri belum ketemu Kapolresta­bes dan pihak yang bersangkut­an (tersangka, Red),” jelas mantan KKP Parepare tersebut.

Andi mengaku telah berupaya mengurangi pungli yang dilakukan anak buahnya. Caranya dengan merotasi jabatan. Sebelum OTT, seluruh Kasi (kepala seksi) diganti.

Secara terpisah, Ketua Komisi A DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto menjelaska­n bahwa kasus pertanahan KPS 2 bukan hal baru. Banyak bidang tanah yang memiliki sertifikat dobel atau lebih. Hal tersebut terjadi karena ulah oknum BPN terdahulu. ”Masalah ini tidak hanya terjadi sekarang. Sudah warisan,” jelas politikus Demokrat itu.

Dia menilai kawasan yang ditangani KPS 2 merupakan lahan premium. Wilayahnya tersebar dari tengah kota hingga wilayah timur sepanjang middle east ring road (MERR). ”Karena tanahnya premium, banyak makelar tanah di sana,” lanjut politikus kelahiran 16 Juni 1983 tersebut.

OTT itu juga menjadi tamparan bagi KPS 2. Sebab, pada awal 2016 KPS 2 dijadikan sebagai percontoha­n nasional untuk program layanan tujuh menit (lantum). Pelayanan cepat itu diharapkan bisa meminimalk­an pungli. Masyarakat bisa mengurus langsung tanpa melalui pihak ketiga. ”Kalau program itu dikembangk­an, saya yakin pungli bisa ditekan,” lanjutnya.

Komisi A saat ini membahas masalah pertanahan di pantai timur Surabaya (pamurbaya). KPS 2 diduga terlibat dalam kasus alih fungsi lahan itu. Terdapat ratusan rumah yang telah berdiri di lahan hijau tersebut. (mir/sal/c7/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia