Waspada ISIS di 16 Kota
BNPT dan Kepolisian Pantau Jaringan Gerakan Radikal
SURABAYA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan kepolisian telah memetakan potensi jaringan ISIS di Jawa Timur. Hasilnya, ada 16 daerah yang ditengarai telah dimasuki jaringan gerakan radikalisme.
Data tersebut disampaikan Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ramli saat bedah buku Bid’ah Ideologi ISIS di JTV kemarin (11/6). Dia menjelaskan bahwa sudah ada kader ISIS yang menetap di 16 kota tersebut ( lihat grafis). ’’Ada yang tidak aktif, ada juga yang melakukan gerakan radikalisasi,’’ kata jenderal bintang satu itu.
Saat ini kepolisian terus memantau pergerakan mereka. Hanya, penangkapan tidak bisa dilakukan karena petugas belum mengantongi bukti yang cukup kuat. Yang jelas, mereka melakukan gerakan radikalisasi dengan paham kebencian.
BNPT meminta masyarakat waspada saat bertemu dengan orang-orang seperti itu. Salah satu ciri-ciri paham ISIS ialah menolak hormat bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan. ’’Kalau sudah nemu begitu, patut dicurigai,’’ tegas mantan Kabag Operasi Densus 88 tersebut.
Ramli juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ikut mengawasi hal itu. Gerakan menolak hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan bisa jadi sudah masuk ke sekolah-sekolah dan madrasah.
Dia menyebutkan, momentum bedah buku itu dijadikan edukasi bagi masyarakat bahwa sebenarnya ISIS bukan Islam yang sesungguhnya. Banyaknya dalil yang dipakai ISIS ternyata bisa dengan mudah dipatahkan.
Penulis buku Bid’ah Ideologi ISIS M. Najih Arromadloni menerangkan, ISIS mengembangkan ideologi wahabi hingga tingkat paling ekstrem. Namun, ulama- ulama wahabi ternyata mengecam aksi yang dilakukan ISIS. ISIS hanya mengatasnamakan Islam untuk kepentingan politik maupun ekonomi. ’’Padahal, yang tergabung di ISIS itu banyak agama dan suku. Bukan hanya Islam,’’ kata alumnus Universitas Kuftaro Damaskus itu.
Ketua PC NU Surabaya Muhibbin Zuhri yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan, pemahaman ISIS salah kaprah. Mereka hanya berpikir hitamputih atau hanya ada muslim dan kafir.
Negara Indonesia yang berdiri atas dasar nasionalisme tidak diakui ISIS. Padahal, menurut Zuhri, pembentukan negara yang berdasar sistem konstitusional pernah dilakukan Nabi Muhammad saat memimpin Madinah. ’’Padahal di Madinah ada agama lain. Juga, suku-suku yang berbeda. Apa Rasulullah ini tidak nasionalis?’’ kata direktur Museum NU itu.
Zuhri menambahkan, sistem bernegara Indonesia ingin dirobohkan ISIS. Dia mengakui bahwa dalam kehidupan bernegara pasti tidak sempurna. ’’Kalau ada yang tidak rapi, mari dirapikan. Tidak dirobohkan,’’ tuturnya. (sal/c15/fal)