Hidupkan Tradisi Kentongan
SURABAYA – Langit masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00. Namun, anak-anak sudah memenuhi sebuah gang sempit yang berbatasan langsung dengan makam Putat Gede kemarin dini hari (11/6).
Ada sekitar 120 anak yang bersiap-siap keliling kampung. Mereka hendak membangunkan warga untuk sahur. Beragam peranti disiapkan. Mulai kentongan, ketipung, gitar, hingga megafon.
Saat berkeliling kampung, mereka mengandalkan penerangan obor. Seolah menghidupkan tradisi yang mulai jarang ditemui di perkotaan.
Yang agak berbeda, kentongan yang mereka bawa telah diwarnai. Harapannya, dengan melukis kentongan, anak-anak tetap semangat meski sedang berpuasa. ’’Karena itu, kegiatan ini kami sebut sebagai Kentongan Berkah,” jelas Santi Dwi Irawati, koordinator kegiatan itu.
Kegiatan tersebut diinisiatori komunitas sosial, Lentera Harapan (LH). Mereka dibantu komunitas seni Utek Bocor. Lewat kegiatan itu, mereka mengajak anak-anak untuk melukis dengan media kentongan.
Lukisan abstrak dan motif etnik ditu- angkan dalam alat musik bambu tersebut. ’’Selain mewarnai kentongan, anak-anak diajak untuk melukis di tembok ruang belajar PAUD Kampung Putat Cerdas (Kapuas),” jelas Santi yang juga ketua LH.
Selain membangunkan sahur, mereka membagikan sekitar 300 nasi bungkus kepada warga. Terutama kaum duafa yang mereka temui di sepanjang jalan. ’’Senang bisa bagi-bagi nasi ke orang sambil bangunin sahur,” ucap Ica, bocah kelas II SD.
Lewat kegiatan tersebut, LH berharap anak-anak di sekitar wilayah makam Putat Gede bisa paham dan mengerti makna berbagi. Sementara itu, Kentongan Berkah merupakan upaya untuk mengembalikan tradisi kentongan. ’’Semangat berbagi buat anak sangat penting. Selain itu, kegitan ini merupakan tradisi yang ingin kita hidupkan lagi,” ujarnya. ( gal/c7/fal)