Dinsos Minta Bappeda Cari Gedung Lain
Tolak Relokasi Liponsos ke Eks SDN Celep 2
SIDOARJO – Tarik ulur rencana perpindahan lingkungan pondok sosial (liponsos) ke bekas SDN Celep 2 di Jalan Erlangga terus terjadi. Dinas Sosial (Dinsos) Sidoarjo ngotot menolak opsi yang ditawarkan badan perencanaan pembangunan daerah (bappeda) tersebut. Sebab, bangunan baru dinilai tidak layak.
’’Bappeda menginginkan kami pindah ke gedung itu. Padahal, kami berharap ada gedung lain yang lebih representatif,’’ kata Kabid Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Dinsos Sidoarjo Wiyono kemarin (11/6).
Alhasil, liponsos yang menampung puluhan tunawisma dan pengidap psikosis tersebut masih berada di gedung lama di Jalan Sidokare Gang Sekolahan. Jaraknya dengan eks SDN Celep 2 hanya sekitar 1 kilometer.
Revitalisasi gedung eks SDN Celep 2 sebenarnya telah dilakukan. Pemkab dua kali melakukan penunjukan langsung (PL) kepada pihak ketiga. Yakni, pada Oktober dan November akhir tahun lalu. Masingmasing paket proyek bernilai Rp 190 juta. Dengan demikian, sekitar Rp 380 juta dana APBD sudah digelontorkan. Pembenahan dilakukan mulai bagian atap hingga penambahan teralis besi pada jendela dan pintu.
Rencana perpindahan sempat mencuat awal Januari, tapi batal direalisasikan. Sebab, gedung eks SDN Celep 2 yang sudah direvitalisasi itu masih dianggap kurang memenuhi standar pelayanan bagi penderita psikosis. Apalagi, gedung tersebut dikelilingi perumahan warga. Beberapa kali terjadi penolakan dari warga sekitar. ’’Kami pernah mengajukan tempat lain, tapi ditolak dan tetap diberi eks SDN Celep 2 sebagai gantinya,’’ ujar Wiyono.
Relokasi liponsos memang tak bisa dihindarkan. Lahan gedung eks SMAN 2 Sidoarjo di Jalan Sidokare Gang Sekolahan yang kini dimanfaatkan sebagai liponsos bakal beralih fungsi menjadi perguruan tinggi vokasi negeri. Yakni, Akademi Komunitas Sidoarjo (Akomsi).
Wiyono menuturkan, pihaknya akan kembali mengajukan tempat baru untuk gedung liponsos tahun ini. Gedung baru itu harus benar-benar menunjang sejumlah fasilitas yang layak bagi para penderita psikosis. Mulai segi keamanan bangunan hingga jumlah barak yang cukup. Selain itu, lokasinya harus jauh dari perumahan warga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab, liponsos juga menampung tunawisma dan kaum telantar.
’’Spesifikasi bangunan yang dibutuhkan sudah kami sampaikan ke bappeda,’’ ucap Wiyono. Pria penghobi pencak silat tersebut berharap usul terkait gedung baru liponsos yang lebih layak segera terealisasi. Pasalnya, gedung liponsos yang ada saat ini kerap overload dan kebanjiran bila hujan deras.
Sidoarjo memiliki liponsos sejak pertengahan 2010 dengan memanfaatkan eks SMAN 2 Sidoarjo. Gedung itu mempunyai sebelas barak penampungan. Sembilan di antaranya terisi. Tujuh barak berada di lantai bawah dan dua yang lain di lantai 2. (jos/c18/pri)