Seluruh Mahasiswa Kebidanan Bikin Phantom Sendiri
SUASANA Gedung Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) sunyi. Saat itu, Kamis (8/6), dilaksanakan ujian akhir semester (UAS). Bangunan yang merupakan kampus IV tersebut berada di Jalan Raya Lebo, Pilang, Wonoayu. Setelah melaksanakan tes tulis, para mahasiswa langsung menjalani ujian praktik. Salah satunya, praktik di laboratorium persalinan.
Para mahasiswa semester II prodi kebidanan melaksanakan ujian keterampilan dasar praktik klinik (KDPK). Yang semester IV menjalani praktik persalinan. Baik mahasiswa semester II maupun IV dihadapkan dengan phantom-phantom yang sama sebagai alat peraga. Sesekali, mereka membuka buku catatan untuk memastikan tidak me- lakukan kesalahan.
Phantom yang digunakan di dalam laboratorium tersebut tidak asing bagi mereka. Sebab, setiap mahasiswa pasti memiliki alat peraga tersebut. Phantom itu terdiri atas peraga lengan yang dilengkapi gambaran otot dan pembuluh darah dari slang. Kemudian, ada contoh perineum untuk praktik menjahit otot dasar vagina. Selain itu, ada phantom berbentuk pantat sebagai alat praktik menyuntik.
Tampilan alat-alat peraga tersebut terlihat lebih sederhana. Phantom yang digunakan hanya terbuat dari spon dan slang yang dijahit kain menyerupai bentuk yang dibutuhkan. Phantom vagina ditambahkan kain yang bisa dibelah. Sementara itu, tangan dibungkus dengan karet elastis layaknya kulit.
’’Ini buatan anak-anak sendiri. Arahan dari Kalab (kepala laboratorium, Red) dan laborannya,’’ kata Dekan FIK Umsida Sri Mukhodim Faridah Hanum.
Tampaknya, penyederhanaan tampilan alat peraga tersebut sengaja dilakukan agar setiap siswa bisa membuat dan memilikinya sendiri. Dengan begitu, mereka bisa terus berlatih beragam kompetensi yang membutuhkan praktik secara mandiri. ’’Total ada tujuh laboratorium di sini. Saya awalnya mau memaksimalkan semuanya. Tapi, alat peraganya kurang,’’ ujar Kalab Prodi Kebidanan Rafhani Rosyidah.
Kondisi itu mendorongnya untuk menciptakan phantom sederhana tersebut. Dibantu Alfinda Ayu Hardikasari dan Iit Putri Zulaida, dua laborannya, Rafhani menyelesaikan tiga model phan- tom. Pemanfataannya berlangsung selama dua tahun terakhir. ’’Perbedaannya terasa sekali. Soalnya, anak-anak jadi makin mandiri praktiknya. Kan punya sendiri-sendiri,’’ tutur perempuan 29 tahun tersebut.
’’Nantinya kami pengin buat lagi. Supaya phantom sederhananya bertambah jenisnya,’’ tambah Rafhani.
Mereka juga mengembangkan cara pengolahan sampah medis dengan cara daur ulang. ’’Sampah medisnya kami inkapsulasi. Jadi, lanset dan jarum suntik langsung dicampur semen. Terus kami jadikan vas bunga,’’ papar Alfinda. Selain lebih cekatan dalam mempraktikan penyuntikan dan persalinan, para mahasiswa dikenalkan pada kepedulian terhadap pengolahan sampah medis yang tidak bisa sembarangan. (via/c15/pri)