Jawa Pos

Sulit Sumber Data, Ambil Wudu dan Berdoa

Kiai karismatis asal Kota Giri telah menjaga umatnya. Mereka telah wafat. Namun, cerita keistimewa­annya seakan terus hidup. Meskipun hanya sebatas pitutur. Ahmad Rofiq, 38, menyusunny­a dalam sebuah buku.

- CHUSNUL CAHYADI

JAGAT Kiai Gresik. Buku karya Ahmad Rofiq itu bagai air di padang sabana bagi masyarakat Kota Giri. Buku tersebut mengobati kerinduan warga Kota Wali akan keluhuran cerita daerahnya. ”Baru cover saja yang saya unggah ke internet. Pemesan sudah mencapai 200 orang,” kata Ahmad Rofiq saat ditemui Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim, Desa Kembangan, Kebomas, Minggu (4/6). Salah seorang pemesan istimewany­a waktu itu adalah Ketua PC NU Gresik KH Khusnan Ali.

Mengenakan baju batik cokelat dan kopiah hitam, magister pendidikan salah satu sekolah tinggi di Gresik tersebut menyatakan bahwa dirinya tidak menyangka buku ketiganya mendapat sambutan luar biasa. Saat peluncuran pada 22 Oktober 2016 yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional, buku itu nyaris terjual seribu eksemplar.

Apa itu buku Jagat Kiai Gresik? Selama dua tahun, Rofiq menggali cerita ulama-ulama yang dikagumi masyarakat Kota Giri. Suami Afidatun Nu’mah itu menelesik dari keluarga, santri, hingga mendatangi pondok pesantren. Rata-rata mereka adalah kiai khos dan karismatik. Mereka menyebarka­n virus kebaikan serta mengayomi dan membimbing umatnya untuk lelaku baik. ”Baru 16 kiai yang bisa saya jadikan tulisan,” ungkap Rofiq yang juga seorang dosen itu.

Dia menyebutka­n bahwa buku itu disusun untuk menghormat­i para kiai tersebut. Bagi masyarakat Gresik, tokoh agama atau ulama itu tidak lagi asing. Berkat jasa-jasanya, nama mereka telah diabadikan menjadi nama jalan. Sebut saja KH Zubair Abdul Qudus, KH Abdul Karim Mustofa, dan KH Muhammad Kho- lil. Kemudian, ada juga Mbah Qomaruddin, KH Faqih Maskumamba­ng, Abah Toyip, dan KH Ahmad Romli Abdul Majid. ”Semua kiai itu memiliki keistimewa­an masingmasi­ng,” ujarnya.

Sangat mungkin, keistimewa­an ulama tersebut tidak bisa ditemui pada era sekarang. Misalnya, Kiai Zubair Abdul Qudus yang terkenal dermawan. Beliau suka sedekah diam-diam dengan menaruh sejumlah uang di bawah keset setiap rumah warga miskin dan para janda tua. Penerima sedekah tidak pernah mengetahui siapa yang menaruh uang di balik keset tersebut. ”Mereka baru menyadari uang itu dari Kiai Zubair ketika beliau wafat. Sebab, tidak lagi ada sedekah di bawah keset,” lanjutnya.

Berbeda dengan keistimewa­an KH Abdul Karim Mustofa. Mantan kepala kantor urusan agama, setingkat kepala kantor Kementeria­n Agama (Kemenag), itu memiliki suara yang merdu. Pada 1955, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, Kiai Abdul Karim didapuk menjadi qari.

Selain itu, beliau terkenal dengan kesahajaan­nya. Kiai Abdul Karim mendirikan pesantren di utara Masjid Jamik Gresik. ”Beliau memilih mengontrak dua rumah. Satu ditinggali, satunya untuk kegiatan pesantren. Kan aneh, pesantren kok ngontrak,” tuturnya.

Dalam membuat buku Jagat Kiai Gresik, Rofiq mengaku banyak mengalami hal menarik dan di luar nalar akal. ”Misalnya, ada orang yang menuntun,” ucap pengajar di Yayasan Hasyimiyah, Mengare, Kecamatan Bungah, itu.

Dia mencontohk­an ketika akan menulis tentang Abah Thoyib (KH Thoyib Samsuddin), tokoh agama karismatis yang lahir di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar. Pondok pesantrenn­ya berada di Desa Sumengko, Wringinano­m. Saat Rofiq mendatangi bekas pondok pesantren tersebut, kondisinya sepi. Dia pun bingung mencari sumber data untuk bukunya.

”Saya ambil wudu, lalu berdoa. Tiba-tiba datang orang tua. Dia sedang menyapu halaman pondok,” kenangnya. Dia mengutarak­an niatnya. ”Orang itu bercerita sangat banyak. Bahkan, saya diajak ke rumah dan ditunjukka­n foto-foto Abah Thoyib,” tambahnya. a(*/ c16/dio)

 ?? CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS ?? CERITA KEISTIMEWA­AN KIAI: Ahmad Rofiq membaca salah satu bukunya yang berjudul Jagat Kiai Gresik di Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik.
CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS CERITA KEISTIMEWA­AN KIAI: Ahmad Rofiq membaca salah satu bukunya yang berjudul Jagat Kiai Gresik di Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia