Dua Ribu Rumah Murah Ludes
Peminat Membeludak, Pengembang Masih Sulit Cari Lahan
GRESIK – Kebutuhan perumahan untuk kalangan pekerja masih tinggi di Kota Pudak. Berdasar catatan dinas tenaga kerja (disnaker), 90 ribu pekerja industri belum memiliki hunian tetap. Rumah murah jadi incaran.
Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Gresik mencatat, total sekitar 2 ribu unit hunian ludes terjual sepanjang semester 1 tahun 2017. Antrean pembeli pun membeludak. Harganya sekitar Rp 123,5 juta per unit.
Kami sulit melayani pembeli. Harga tanah kendalanya,’’ tutur Pengurus Harian Apersi Gresik Koko Wijayanto kemarin (11/6). Harga lahan terus melambung. Mencari tanah murah pun tidak mudah. Praktis tidak banyak daerah yang bisa diberdayakan untuk perumahan bersubsidi.
Menurut Koko, hanya lima kecamatan yang masih potensial. Yang lain sulit dikembangkan untuk hunian murah. Selain Driyorejo, pengembang fokus mencari lahan di beberapa kecamatan lain. Yakni, Cerme, Kedamean, Benjeng, dan Balongpanggang,’’ paparnya.
Itu pun tidak mudah. Menurut dia, persaingan pembeli rumah subsidi amat ketat. Sebab, pemburunya bukan hanya warga Gresik. Saat ini warga yang ber-KTP Surabaya pun kebanyakan mencari rumah bersubsidi di Driyorejo. Sementara itu, Balongpanggang jadi incaran masyarakat Mojokerto.
Menurut Koko, sebenarnya kawasan Gresik Utara juga prospektif untuk perumahan. Namun, tata ruangnya kurang mendukung. Pengembang cenderung menghindar karena banyak lahan yang diplot untuk perikanan.
Kepala Dinas Perumahan dan Permu- kiman (Disperkim) Gresik Gunawan Setiaji menambahkan, pengusaha harus menyediakan rumah bersubsidi dalam setiap pembangunan kompleks hunian. Alokasi rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bersifat wajib. Pemkab terus mengawasi pengembang.
Kalau pengusaha takut bakal menyita tanah, kami ada alternatif lain. Salah satunya, pembangunan rumah susun (rusun),’’ jelas Gunawan.
Alternatif tersebut, lanjut dia, diperbolehkan. Pemkab Gresik tengah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait dengan mekanisme pergantian rumah dari rumah murah ke rusun. Rusun jadi solusi jika kekurangan tanah. Dengan begitu, pengembang tidak perlu dirugikan.
Gunawan mengakui, wilayah Benjeng dan Balongpanggang masih menyimpan potensi pembangunan rumah bersubsidi. Namun, kawasan tersebut dikenal rawan banjir. Karena itu, disperkim mencari solusi untuk mengantisipasi banjir. Desain pembangunan hunian antibencana pun disiapkan. (hen/c15/roz)