Jawa Pos

Mengajar Harpa Lintas Negara via Skype

-

Begitu melihat isi e-mail, hati Jessica langsung mencelat. Raut wajahnya langsung berubah. Dua garis bibirnya terangkat. Dia senang sekali karena pengumuman melalui e-mail tadi menyatakan Jessica berhasil. Ya, dia lolos menjadi salah seorang pemain harpa yang akan tampil pada 13th World Harp Congress di Hongkong Academy for Performing Arts Amphitheat­er, Hongkong, Juli mendatang. ”Itu perasaan yang saya rasakan saat pengumuman pada Oktober lalu, masih ingat sampai sekarang,” cerita perempuan 19 tahun itu.

Itu adalah kali kedua bagi Jessica mengikuti ajang serupa. Pada 2014, dia terpilih dalam event World Harp Congress di Sydney, Australia. Meski begitu, euforia Jessica tetap sama. Malah semakin berbunga-bunga hatinya.

Wajar saja. Perhelatan itu memberikan peluang besar bagi pe- main harpa dari seluruh negara untuk mengembang­kan karir. Mereka harus melewati beberapa tahap seleksi untuk tampil di panggung megah ala pemain harpa. Imbalan bagi yang berhasil, penampilan mereka disaksikan masyarakat internasio­nal. Juga berkesempa­tan bertemu dengan para master pemain harpa kelas dunia.

Karena itu, Jessica mulai mengatur jadwal latihan rutin. Dia pasti ingin memberikan penampilan terbaik. ”Waktunya juga pas. Saat ini saya lagi libur kuliah,” ujar mahasiswa Peabody Conservato­ry of Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat, itu.

Misalnya saat ditemui Jawa Pos pada Kamis (8/6) di studio Musichord Surabaya. Jessica sibuk bermain harpa. Alunan nada lagu The Angel Israfil oleh Dominick Argento mengalun merdu. Suara yang dihasilkan memberikan kenikmatan bagi siapa saja yang mendengark­an.

Jari-jarinya lentik memegang senar harpa. Sambil duduk, kaki kiri diposisika­n sebagai pengatur ritme pada bagian fotpedaler. Selama enam menit, Jessica larut dalam permainan harpa. Sesekali dia menggerakk­an badan seirama dengan nada yang keluar dari petikan senar harpa. ”Ini salah satu lagu yang akan saya mainkan nanti,” kata perempuan kelahiran Surabaya, 24 Januari 1998, itu.

Pada 13th World Harp Congress 2017, Jessica tampil dalam dua sesi. Yakni, 8 dan 11 Juli. Selain lagu The Angel Israfil, dia membawakan lagu The Pearl Divers. Ada penampilan solo. Ada pula kolaborasi dengan beberapa pemain harpa mancanegar­a yang tergabung dalam event tersebut.

Dari cara bermainnya, Jessica pintar sekali menyembuny­ikan rasa gugupnya. Wajahnya selalu semringah saat bermain harpa. Tapi, di balik semua itu, Jessica mengaku grogi. ”Kalau dilihat orang lain, apalagi saat tampil di panggung, gugup itu pasti,” kata alumnus SMA Kristen 1 Petra Surabaya itu.

Jam terbang dalam bermain harpa akhirnya mampu mengatasi kegugupan itu. Jessica mengaku punya ”senjata” ampuh agar tidak demam panggung. ”Caranya? Ya, latihan rutin,” ungkapnya.

Selain itu, Jessica selalu mengonsums­i pisang sebelum naik panggung. Menurut dia, pisang dapat membuat pikirannya tenang. Tapi, tetap fokus dalam bermain. ”Jangan makan macam-macam juga sebelum tampil. Dan istirahat cukup,” tambahnya. Ritual tersebut menjadi agenda wajib Jessica sebelum manggung.

Dia menceritak­an punya pengalaman buruk saat manggung. Tepatnya, di Hongkong. Saking gugupnya, senar harpa Jessica putus saat tampil di atas panggung. ”Saya enggak sadar awalnya. Ternyata, nadanya jadi berubah,” jelasnya. Mau tidak mau, dia harus menghentik­an permainann­ya sesaat sembari senar diperbaiki. ”Untungnya, saya boleh melanjutka­n penampilan saya lagi,” kata sulung di antara tiga bersaudara dari pasangan Yenni Feliana dan Jefri Sudarta itu.

Dia tidak mau mengulang pengalaman buruk itu. Kalau sedang latihan, Jessica suka bermain di depan cermin. Sambil terus bermain, dia memperhati­kan ekspresi wajahnya. Hal tersebut diyakini Jessica bisa mengembang­kan kepercayaa­n dirinya.

Jessica merasa beruntung dapat berlatih dengan master pemain harpa dari berbagai negara. Kesempatan itu mengantar Jessica hingga posisi saat ini.

Ceritanya, Jessica mulai belajar harpa pada usia 11 tahun dengan guru Grace Carla. Kemudian, dia menjadi murid pemain harpa andalan Indonesia Rama Widi dan Lisa Gracia.

Selain itu, dia mengikuti kelas privat harpa oleh Isabelle Moretti (Prancis), Dan Yu, dan Lauyee Yeung (Hongkong). ”Sampai saat ini, saya masih belajar dari mereka,” ujarnya. Kalau sedang kuliah di AS, Jessica belajar dengan para pesohor di dunia harpa itu melalui Skype.

Ternyata, pembelajar­an melalui Skype menginspir­asi Jessica. Kini dia memiliki enam murid. Melalui media sosial yang mengandalk­an video call itu, Jessica tetap dapat mengajar harpa meski sedang berada di AS. ”Karena murid saya semuanya di Surabaya,” kata penggemar rawon itu.

Belajar bareng melalui Skype memberikan tantangan tersendiri. Bermusuhan dengan kekuatan sinyal, itu sudah pasti. ”Tapi, saya percaya, jarak bukan penghalang untuk terus belajar,” tuturnya. Hal itulah yang dia tanamkan kepada muridnya.

Walau tidak dapat bertatap muka secara langsung, Jessica mengaku proses belajar-mengajar tetap lancar. Bahkan, dia bisa memperhati­kan murid-muridnya dengan lebih serius saat mengikuti kelas harpa.

Kepercayaa­n itu dibuktikan dengan keberhasil­an Jessica mengantark­an muridnya dalam kejuaraan harpa nasional. Dua di antara enam muridnya, Felita Eleonora dan Ferren Louisa, pernah meraih juara dalam perlombaan harpa tingkat nasional. ” Yang pasti, bangga jadi guru mereka,” ujar perempuan yang juga jago bermain piano itu.

Jessica selalu bersyukur atas semua capaiannya itu. Dia ingin terus mengembang­kan karirnya sebagai pemain harpa. Masih banyak citacita yang ingin diraihnya. Salah satunya, dia ingin menyelesai­kan studinya dan kembali ke Indonesia dengan segudang prestasi. ”Aktif tampil dan menjadi guru bermain harpa. Ada juga keinginan buka sekolah harpa,” ungkapnya.

Bagi Jessica, harpa bukan sekadar alat musik yang cantik. Nada-nada yang dihasilkan dari petikan senar harpa memberikan ketenangan jiwa. Dari harpa pula, dia belajar banyak hal. Di antaranya, mengatur pikiran, emosi, dan mengasah kepercayaa­n diri. Yang lebih spesial, dia dapat berkenalan dengan musisi idolanya melalui harpa. (*/c6/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia