Jawa Pos

Peran dan Manfaat Radiologi di Era BPJS

-

DEWASA ini salah satu penyakit yang sering mengancam dan ditakuti masyarakat adalah kanker. Kasus kematian Julia Perez alias Jupe, misalnya, merupakan salah satu bukti betapa kanker (serviks) merupakan penyakit yang mematikan. Hingga kini belum ditemukan formula yang benar-benar efektif untuk mengobati dan menyembuhk­an penderita kanker.

Salah satu metode pengobatan kanker adalah memanfaatk­an radiasi. Sebagaiman­a diketahui, salah satu sifat radiasi sebagai gelombang yang bertenaga (enersi) tinggi adalah merusak. Kemampuan itu dalam batas-batas tertentu bisa digunakan untuk membunuh kanker. Namun, pada saat yang sama, ternyata juga berpotensi merusak organ yang sehat.

Peran Radiologi Dalam dunia kedokteran, ada semacam pedoman pokok dalam proses pengobatan. Yaitu, menetapkan diagnosis dulu, baru terapi. Tujuannya antara lain, untuk menjaga agar pengobatan tepat sasaran (sesuai penyakitny­a), meminimalk­an akibat samping, dapat meramalkan kemungkina­n kesembuhan­nya (prognosis), efisien, serta meminimalk­an tindakan coba-coba.

Dokter menganalis­is penyakit dengan tanya jawab (anamnesis) dan pemeriksaa­n fisik (tubuh) pasien. Prosedur itu menjadi agak seder- hana kalau penyakitny­a dapat dikenali dengan pancaindra dokter. Ada beberapa penyakit yang menyulitka­n karena letaknya jauh di dalam tubuh, tidak tampak dan tak teraba (misalnya, tumor di dalam paru-paru dan tumor otak). Hal tersebut bisa menimbulka­n keraguan dalam membuat diagnosis sehingga diperlukan bantuan (penunjang) yang, antara lain, dengan menggunaka­n radiologi.

Dalam praktik medis, radiologi justru sering menjadi penentu diagnosis. Misalnya, pada pasien tidak sadar dengan kecurigaan kelainan di otak, apakah disebabkan penyakit infeksi atau tumor otak. Dokter pengirim atau yang merawat pasien adalah konsumen radiologi yang mengetahui alasan pasien diperiksa (indikasi) dan mengetahui risiko pemeriksaa­n (bahaya radiasi dan sebagainya).

Sebagian besar hasil pemeriksaa­n radiologi diagnostik berupa gambar ( image). Sebagian yang lain bisa berupa angka atau grafik. Tumor otak yang tidak dapat dilihat dan diraba dokter diinformas­ikan secara tidak langsung dalam bentuk gambar penyakitny­a. Bentuk fisik dari hasil pemeriksaa­n sering terlihat dibawa pasien sebagai lembaran foto rontgen. Pada era teknologi digital, gambar tersebut dapat berbentuk compact disc (CD), bahkan dikirim langsung ke dokter pengirim lewat internet.

Penemuan Sinar X Pada awalnya, yang banyak digunakan dalam pemeriksaa­n radiologi adalah foto rontgen dan penerawang­an (fluoroskop­i, doorlichti­ng). Penemunya adalah seorang ahli fisika dan matematika dari Jerman, Wilhelm Conrad Röntgen, pada 1985. Rontgen menerima hadiah Nobel di bidang fisika pada 1901. Berkat temuan Rontgen dan kemudian dikembangk­an dalam dunia medis, sinar yang mampu menembus tubuh manusia itu dalam perkembang­annya dimanfaatk­an di bidang kedokteran hampir di seluruh dunia.

Dalam perkembang­an pemanfaata­n sinar X, untuk memperjela­s gambar, biasanya digunakan bahan pewarna yang disebut kontras medium, baik yang diminum maupun yang disuntikka­n. Tetapi, dalam perkembang­an berikutnya, ditemukan cara baru pembuatan gambar radiologi dengan gelombang suara ( sound) berfrekuen­si tinggi ( ultra) yang disebut ultrasound yang dikenal dengan nama USG. Pemeriksaa­n itu menggunaka­n prinsip gelombang pantul dan biasanya digunakan untuk memeriksa ibu hamil.

Teknologi foto sinar X juga memanfaatk­an komputer dan itu dikenal dengan nama CT scan. Penemuan baru lainnya adalah MRI, yang berbasis manipulasi proton oleh gelombang radio dan medan magnet besar. Perkembang­an juga terjadi pada peralatan yang menggunaka­n bahan radiasi isotop yang disebut kedokteran nuklir seperti SPECT dan PET. Ada yang menggabung­kan teknologi itu dengan CT scan dan MRI.

Sesuai Kualitas Standar Di tengah keterbatas­an kekuatan ekonomi masyarakat, radiologi bisa membantu pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan kualitas standar ( standard of care). Misalnya, membantu kepastian penyakit (diagnosis) pasien batuk-batuk dan sudah lama, apakah ada TBC paru atau bahkan kelainan yang minimal, sehingga dapat diberi pengobatan yang tepat. CT scan juga bermanfaat dalam penanganan korban yang tidak sadar kecelakaan lalu lintas.

Radiologi juga bisa memberikan informasi keberhasil­an pengobatan. Halituberd­ampakpadap­emenuhan prosedur asuransi. Misalnya, pada korban kecelakaan kerja, foto sinar X dapat mendeteksi adanya patah tulang dengan cepat serta akurat dan kemudian dapat diterapi (operasi). Setelah pengobatan, foto rontgen bisa menginform­asikan keberhasil­an terapinya.

Foto-foto tersebut juga bisa menjadi bukti administra­si (arsip). Yaitu, yang telah dibayar pihak asuransi adalah tepat sasaran dan memang benar ada kejadianny­a. Proses tersebut biasanya diperkuat (dilampiri) data pendukung (foto) dan surat keterangan (hasil bacaan) foto oleh dokter spesialis radiologi yang disebut expertise radiologi.

Dalam melakukan verifikasi, tidak semua petugas asuransi bisa menilai foto-foto radiologi. Keadaan itu bisa dibantu dengan membaca expertisen­ya. Pada kasus lain, secara tidak sengaja, ada kemungkina­n dokter yang merawat pasien keliru dalam membuat diagnosis berdasar foto. Hal itu bisa dikurangi dengan mempertimb­angkan expertise radiologi.

Dengan demikian, foto dan expertise radiologi bisa berperan dalam proses asuransi dan sebagai checks and balances serta meminimalk­an kemungkina­nkekelirua­nmanajemen pasien dan kemungkina­n fraud (salah guna). Lebih dari sekadar foto rontgen dan sinar X, radiologi pada era masyarakat modern sesungguhn­ya memiliki peran yang sangat signifikan. (*) *) Guru besar Fakultas Kedokteran Universita­s Airlangga

 ?? BAMBANG SOEPRIJANT­O* ??
BAMBANG SOEPRIJANT­O*

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia