Menuju Mortgage Financing Kelas Dunia
Pertumbuhan kredit Bank Tabungan Negara (BTN) selalu berada jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional. Kepada wartawan
Jawa Pos Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan sejumlah perubahan positif bank yang berkomitmen pada pembiayaan perumahan tersebut. Bagaimana kondisi perekonomian Indonesia dilihat dari perspektif perbankan? Jelas saat ini telah terjadi perbaikan ekonomi. Tanda-tanda yang pertama, Indonesia masuk dalam investment grade, pasar otomotif tumbuh, dan properti juga membaik. Masuknya Indonesia dalam investment merupakan suatu dampak dari pertumbuhan ekonomi yang makin kencang. Itu juga suatu pertanda bahwa tingkat kepercayaan investor mulai tumbuh, khususnya investor yang mempunyai dana jangka panjang. Apa dampak perbaikan ekonomi bagi perbankan? Adanya perbaikan ini menjadi kesempatan dan peluang yang sangat baik, bukan hanya bagi perbankan, tetapi juga untuk semua sektor. Jika sektor lain berkembang, perbankan juga akan ikut berkembang. Buktinya, pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan pertama tahun ini tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pertumbuhan kredit itu khususnya disalurkan ke pembangunan infrastruktur. Hal tersebut tentu bakal memperbaiki kualitas kredit perbankan secara keseluruhan. Untuk sektor properti, bagaimana perkembangannya? Dengan dibangunnya infrastruktur, dampak positifnya juga mengalir ke sektor properti. Kita bisa melihat sektor properti mulai menggeliat kembali. Artinya, pembiayaan perbankan ke sektor properti pasti ikut terkerek naik, khususnya KPR (kredit pemilikan rumah) subsidi dan KPR properti menengah bawah. Untuk BTN, pertumbuhan KPR-nya mencapai 18–20 persen atau jauh di atas rata-rata industri perbankan. Segmen properti apa yang menjadi target BTN? Sampai sekarang, memang BTN terkesan hanya bermain di sektor KPR subsidi. Padahal, sebetulnya kami sudah cukup agresif melebarkan ke segmen lain. Selain di KPR subsidi, kami sekarang merambah ke level yang rendah lagi seperti segmen mikro dan naik satu tingkat di segmen menengah. Jadi, cukup lengkap. Ada segmen mikro, subsidi, dan menengah atas. Komposisinya, subsidi 55 persen dan nonsubsidi 45 persen.
Agus Wirawan,
Apakah BTN mulai tinggalkan segmen KPR subsidi? Kami tetap akan berfokus menggarap sektor KPR subsidi. Tidak bakal kami tinggalkan. Namun, memang kami mulai banyak menggarap segmen menengah. Contohnya, kami sudah membiayai banyak apartemen di level menengah dengan harga Rp 600 juta–Rp 700 juta. Sebab, pertumbuhan kelas menengah kami memang cukup tinggi. Terutama di kota-kota besar. Apa visi Anda dalam membangun BTN? Kami ingin BTN tetap menjadi bank yang berfokus terhadap mortgage financing. BTN tetap menjadi market leader di sektor tersebut. Jumlah cabang kami sekarang sekitar 900 cabang. Namun, kami tidak serta-merta menambah outlet lagi. Yang menjadi prioritas adalah produktivitas outlet-outlet tersebut. Kami juga bekerja sama dengan beberapa mitra untuk meningkatkan pelayanan melalui digital banking karena pada era digital banking sebenarnya tidak perlu harus ada outlet. Saya ingin BTN menjadi bank yang memiliki layanan Kami harus menjadi terdepan terkait dengan pelayanan untuk mengantisipasi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Nanti banyak bank internasional yang masuk Indonesia. Nah, kalau kami tidak mempunyai servis yang sama, pasar kami nanti diambil bank-bank asing. Servis itu bisa mempunyai arti yang luas seperti memperbaiki dari sisi TI, elektronik, digital banking, skill layanan, hingga jumlah outlet. (*/c14/sof)