Akhir Hidup Kapten Perampok
SURABAYA – Di ruas Jalan Bypass Porong kemarin dini hari (20/6) polisi terpaksa mengakhiri perjalanan hidup SFL. Pria yang juga gembong aksi perampokan di berbagai wilayah Jabodetabek itu tersungkur setelah dada dan perutnya ditembak
Selain menembak SFL, polisi meringkus dua anggota komplotan SFL lainnya. Mereka berasal dari Lampung.
SFL bukan penjahat sembarangan. Sejak April lalu dia mendapuk diri sebagai pemimpin kelompok perampok dengan julukan kapten. Aksi terakhirnya (9/6) juga menyita perhatian publik. Dia menembak mati Davidson Tantono, 31. Bapak satu anak yang juga product manager Koperasi Putera Makmur. David diketahui baru saja mengambil uang dari BCA Green Garden, Jakarta Barat, untuk membayar THR para karyawannya. Ketika itu kelompok SFL membawa kabur Rp 350 juta.
Sejatinya SFL diringkus di Banyuwangi. Ketika itu SFL; RCL, pacarnya; dan NZR, anak buahnya; akan menyeberang ke Bali untuk kabur. Namun, sejak penembakan David, aparat Polda Metro Jaya bekerja sama dengan Unit Jatanras Polda Jatim sehingga berhasil mengunci mereka.
Polisi pun berupaya menginterogasi kelompok tersebut. Ketika itu para pelaku mengatakan bahwa senjata rakitan yang digunakan untuk menghabisi David telah dibuang di ruas Jalan Bypass Porong. Polisi lantas menggiring tersangka untuk menunjukkan lokasi persis pembuangan senjata tersebut pukul ’’ 03.30. Saat mau turun dia malah melakukan perlawanan, mau
ngambil senjata petugas,’’ kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombespol Rudy Heriyanto. Kapten tewas saat polisi melarikannya ke ’’ rumah sakit terdekat. Setelah itu langsung kami bawa ke sini (RSUD dr Soetomo),’’ tutur Rudy.
Jasad kapten datang di RSUD dr Soetomo sekitar pukul 05.00. Sejumlah polisi tidak berseragam tampak mondar-mandir sambil berjaga di sekitar kamar jenazah. Adapun RCL dan NZR menjalankan pemeriksaan di Mapolda Jatim. Rencananya, dua tersangka itu diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani penyidikan di Polda Metro Jaya.
Selama ini komplotan SFL juga cukup berkelas. Dia memanfaatkan hasil kejahatannya untuk membiayai gaya hidup. Salah satunya, menyewa sebuah unit apartemen di kawasan Jakarta Timur. Komplotan itu tinggal di apartemen tersebut dan memperhitungkan secara detail tiap langkah kejahatan yang akan dilakukan.
Saat penggeledahan, Rudy mengungkapkan bahwa polisi menemukan sisa-sisa ganja dan sabu’’ sabu. Berkelas gaya hidupnya, makai sabu, makai ganja, dan sewa apartemen,’’ jelasnya.
Menurut Rudy, setelah berhasil menggasak uang yang dibawa David, mereka langsung membaginya di dalam mobil sebelum kabur. ’’
Bagi-bagi uangnya di dalam mobil, baru berpencar ke Lampung, Karawang, dan Bogor,’’ ungkapnya. Sementara itu, kapten bersama kekasihnya, RCL, dan NZR memilih kabur ke timur. Rencananya, mereka menyeberang ke Pulau Dewata.
Dirreskrimum Polda Jatim Kombespol Agung Yudha Wibowo menyatakan rasa puasnya terhadap kinerja para anggota yang bertugas. ’’
Keberhasilan kerja sama ungkap kasus seperti ini adalah wujud komitmen kami mengayomi masyarakat,’’ paparnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kasubdit Jatanras Polda Jatim AKBP Boby Tambunan mengungkapkan, unitnya mengirim satu tim untuk membantu penangkapan para penjahat terse’’ but. Kami kirimkan dua anggota ahli TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi) dan tiga anggota khusus untuk bekerja sama dengan Polda Metro Jaya,’’ paparnya.
Dari catatan kepolisian, komplotan itu telah beraksi di 23 TKP yang tersebar di kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat. ’’
Komplotan ini sangat solid. Buktinya, 23 TKP mereka jabani,’’ ungkap Rudy.
Seluruh anggota kelompok Lampung tersebut merupakan mantan residivis. Mereka dipersatukan sebagai tim sejak dua bulan lalu. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa rekam jejak mereka cukup panjang.
Sebelum beraksi, kapten cukup menelepon anggotanya untuk berkumpul di suatu lokasi. Setelah berdiskusi, mereka biasanya menentukan titik base camp dan safe house (rumah persembunyian). Polisi menyatakan, kelompok itu berjumlah lebih dari 10 orang. Setiap anggota memiliki jaringan ’’ dan spesialiasi keahlian. Ada satu tersangka yang berperan sebagai penggambar. Tugasnya mengamati struktur dan pola calon korban,’’ ungkapnya.
Setelah memahami situasi, si penggambar langsung menuju safe house dan melaporkannya kepada tim eksekutor. Kapten sendiri yang memimpin tim tersebut. Lalu, ada peran pengawas lapangan, penghambat, penyedia safe house, penyedia transportasi pelarian, dan beberapa peran lain yang hingga kini masih belum diungkap ke hadapan publik. (mir/c15/git)