Getuk Lindri Sahru Menang Lomba Jajanan
Produk warga yang berkembang bisa mengangkat nama desa. Salah satunya getuk lindri di Desa Cangkringsari, Sukodono, yang menang lomba jajanan. Serta batik khas Desa Penambangan karya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Canting Jaya.
MASIH sering dijumpai penjual getuk lindri keliling ke kampung-kampung. Panganan dengan rasa manis dari bahan singkong rebus itu masih eksis hingga kini. Cita rasanya yang lembut dan manis berpadu gurihnya kelapa disukai penikmatnya.
Salah seorang pembuat getuk lindri asal Desa Cangkringsari, Sukodono, yang tetap bertahan mengolah singkong menjadi jajanan tersebut adalah Sahru. Usaha yang dirintisnya itu menjadi juara II lomba jajanan singkong dan ketela terbaik tingkat kabupaten tahun lalu.
Meski puasa, Sahru tak berhenti beraktivitas. Pesanan getuk lindri yang harus dirampungkan masih dua bak penuh. Singkong telah dibersihkan dengan sikat, kemudian dipotong, dan direbus empuk. ”Saya bagian nyikat. Istri bertugas memotong singkong dan mengukus,” ujar lelaki 46 tahun tersebut.
Di dapur rumahnya, tepatnya di rak kayu, larutan gula dan ekstrak pandan juga telah matang. Ada dua panci dengan warna merah dan hijau. Dia menggunakan pewarna makanan. Sahru menjamin gula yang dibuatnya dicampur dengan pandan murni. ”Tidak berani saya gantiganti rumus. Pelanggan sudah kenal rasa gurih dan manis pandan kami,” katanya.
Selesai mengukus singkong, Sahru mengambil sebuah besi spiral sebagai peranti mesin gilingan yang dirakitnya sendiri. Sejak 12 tahun lalu, mesin itulah yang menjadi penumpu bisnis getuk lindri Sahru dan istrinya, Sri Ningasih. Karena getuk bukan lagi jajanan masa kini, Sahru malah tak mau mengurangi kualitas cita rasa maupun kelembutan getuknya.
Sahru sengaja merakit sendiri mesin penggiling getuknya supaya bisa mendapatkan tiga macam tingkat kelembutan. ” Yang di sini buat giling kasar. Tengah ini sedang. Nah, yang paling kiri ini buat yang lembut,” papar Sahru sembari menunjukkan lubang-lubang mesin penggiling tersebut.
Biasanya, Sahru menggiling dua kali. Pertama dengan lubang gilingan kasar. Kemudian digiling lagi agar lebih halus. Hasilnya, getuk lindri pun manis, bertabur parutan kelapa yang gurih dan siap disantap.
Dalam sehari, Sahru dan Sri bisa membuat sampai 2.500 potong getuk. Setiap getuknya dijual Rp 1.000. Hasil tersebut didapat dari mengolah 1 kuintal singkong. Jika pesanan sedang ramai, Sahru bisa membuat getuk lindri dari 2 kuintal singkong. Soal cita rasa, jangan ditanya.
Tak heran jika pelanggan Sahru sudah sampai Surabaya dan beberapa pondok pesantren besar di Sidoarjo. ”Kalau pondok pas ada pengajian, bisa pesan sampai 3.000 kotak,” ujarnya. Sahru merasa senang bisa melestarikan jajanan tradisional khas Jawa tersebut. (via/c25/ai)