Bicara Islam dan Alam di Tujuh Forum Dunia
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mempunyai kepedulian besar terhadap lingkungan. Berkali-kali dia menyuarakan ajaran Islam di forum internasional tentang hubungan manusia dengan alam.
KALI terakhir, Din bergabung dalam peluncuran Interfaith Rainforest Initiative. Prakarsa lintas agama untuk pelestarian hutan di Oslo, Norwegia, itu diselenggarakan di markas Nobel Perdamaian, Nobel Peace Centre, Senin (19/6). Acara tersebut juga dihadiri Raja Norwegia Harald V serta Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Kerajaan Norwegia Vidar Helgesen.
Ratusan undangan yang hadir juga berasal dari beragam latar belakang. Di antaranya, tokoh agama, ilmuwan, aktivis lingkungan hidup (LH) dunia, wakil Vatikan, dewan gereja sedunia, Religions for Peace, Norwegian Rainforest, UNDP, serta Parliament of World’s Religions dan Greeb Faiths. Din Syamsuddin menjadi salah satu undangan penting dalam kesempatan tersebut.
Kehadiran Din dalam forum lingkungan hidup internasional itu merupakan yang ketujuh. Sebelumnya, dia pernah diundang di enam forum serupa. Di antaranya, World Religious Leaders Conference on Power Plant (Kyoto 2013), World Religious Leaders Summit in Environment (New York 2014), High Level Meeting of Religious Leaders on Sustainable Development (Bristol, UK, 2015), Symposium on Climate Change and Global Warming (Vatikan 2015), COP 21 PBB (Paris 2015), dan Meeting for Declaration on Islamic Climate Solution (Istanbul 2015).
Di Oslo, Din mendapat kehormatan menyampaikan pandangan dan pesan agama terkait dengan pelestarian lingkungan hidup. Dia berbicara dalam kapasitas sebagai ketua dewan pengarah Gerakan Nasional Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi.
Kesempatan yang sama diberikan kepada tokoh lain seperti tokoh Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan agama tradisi. ’’Acara itu dipandu Bishop Gunnar Stalsett, presiden tokoh lintas agama se-Eropa dan anggota Komite Nobel Perdamaian,’’ ungkap Din.
Di hadapan audiens, cendekiawan muslim dari Sumbawa itu menyampaikan pandangan Islam tentang solusi krisis lingkungan hidup yang dianggap sebagai krisis moral. Menurut dia, krisis itu harus diatasi dengan pendekatan nilai moral dan etika keagamaan. Khususnya Islam yang merupakan agama ala semesta.
’’Ada 750 ayat dalam Alquran yang berbicara tentang alam, pelestarian lingkungan, dan pembangunan bumi,’’ terang Din dalam forum dunia tersebut.
Pendiri Pesantren Modern Internasional Dea Malela Sumbawa itu menerangkan, alam sebagai ciptaan Tuhan mengandung kesucian dan memiliki jiwanya tersendiri. Kosmologi Islam, lanjut dia, memiliki korespondensi segi tiga antara Tuhan, manusia, dan alam. Karena itu, perlu ada harmoni dalam hubungan antara ketiganya.
’’Sebagai konsekuensi logis pandangan teologi itu, Islam mengajarkan manusia untuk memuliakan alam. Alquran menggunakan istilah thabi’ah (subjek), bukan mathbu’ (objek) untuk alam,’’ papar ketua Dewan Pertimbangan MUI itu.
Din mengungkapkan, kerusakan dan krisis lingkungan dewasa ini terjadi karena manusia lebih memandang alam sebagai objek daripada subjek yang berjiwa. ’’Maka terjadilah eksploitasi, bukan konservasi,’’ katanya.
Dia lantas menyeru kepada seluruh masyarakat dunia untuk menghentikan perusakan hutan. Sebab, perusakan itu telah berdampak pada munculnya perubahan iklim dan pemanasan global. Din memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang sudah memberikan perhatian terhadap pelestarian lingkungan dan hutan tropis.
Dia menyatakan, kolaborasi antaragama dan antarumat beragama dengan pemerintah dalam melestarikan lingkungan perlu ditingkatkan. Khususnya hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia yang sangat penting. Dia juga akan mendorong Gerakan Nasional Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi untuk semakin aktif melakukan upaya pelestarian hutan melalui program konservasi dan restorasi.
Masyarakat juga harus ikut melakukan penanaman kembali pohon. ’’Penghijauan juga bisa dilakukan di rumah ibadah,’’ paparnya. (lum/c5/fat)