Kaltenborn Mundur dari Sauber
BAKU – Pada 2012, Formula 1 mencatat sejarah dengan memiliki team principal perempuan. Dialah Monisha Kaltenborn, yang mendapat jabatan tersebut dari pendiri tim Sauber Peter Sauber. Di tengah rangkaian balapan GP Azerbaijan kemarin, sebuah kabar mengejutkan beredar. Satu-satunya perempuan di F1 2017 itu mengundurkan diri.
Perempuan kelahiran India itu bergabung dengan Sauber sejak 2000 sebagai kepala departemen legal. Pada Januari 2010, karirnya menanjak menjadi CEO setelah Peter Sauber mundur dari perannya yang mengurusi tim sehari-hari.
Sauber sempat mengalami kesulitan keuangan dua tahun lalu hingga akhirnya perusahaan Swiss, Longbow Finance, mengakuisisi mayoritas sahamnya tahun lalu. Peter Sauber akhirnya pensiun. Sementara itu, Kaltenborn tetap dipertahankan sebagai CEO, tapi bukan lagi pemegang saham.
Sejumlah sumber menyatakan bahwa Kaltenborn mundur karena perbedaan pandangan dengan pemilik baru Sauber tersebut. Terutama dalam memperlakukan dua pembalapnya saat ini, Marcus Ericsson dan Pascal Wehrlein.
Longbow menginginkan tim untuk memprioritaskan Ericsson. Sedangkan Kaltenborn ingin perlakuan untuk keduanya sama rata karena Wehrlein juga membawa sponsor besar dari Mercedes. Setelah mela- lui pembahasan panjang, kedua pihak tidak menemukan kesepakatan dan memilih berpisah. Hingga tadi malam, Sauber belum mengumumkan secara resmi pengunduran diri perempuan 46 tahun tersebut.
Menurut kabar yang dilansir Motorsport, mantan team principal Hispania Racing Team (HRT) Colin Kolles menjadi kandidat terkuat pengganti Kaltenborn. Kolles pernah menjadi team principal tim Jordan, Midland, Spyker, dan Force India dalam rentang 2005–2008.
Menjelang GP Azerbaijan akhir pekan ini, Sauber bertengger di posisi kesembilan klasemen konstruktor dengan perolehan empat poin. Tahun depan Sauber akan menjadi tim konsumer Honda setelah kedua pihak mencapai kesepakatan.
Beberapa hari sebelum kabar pengunduran dirinya, Kaltenborn masih sempat mengkritik perkembangan F1. Menurutnya, balapan kelas premium itu sudah terlalu teknis. Bahkan orang-orang di dalamnya tidak memahami sepenuhnya
”’Apakah kita membutuhkannya? Tidak. Kita tidak di sini di dalam dunia yang teknis. Kehebatan teknik memang bagian dari F1 tapi tetap membutuhkan keseimbangan dengan kepentingan bisnis yang lain,’’ katanya.
Dia juga ingin inspeksi terbuka terhadap mobil F1 seperti yang terjadi di balapan NASCAR diadopsi. Selama penyelenggaraan NASCAR, setiap mobil harus lulus inspeksi teknis sebelum babak kualifikasi. Dengan mesinnya terbuka bagi tim rival dan publik untuk melihatnya.
’’ Keterbukaan seperti ini bagus karena kita memberikan akses kepada publik untuk melihat ke dalam olahraga ini, dan semakin mempererat koneksi fans dengan kita,’’ tandasnya. (cak/ c19/ nur)