Teliti Marine Fouling untuk Efektivitas Kapal
Dunia maritim dan perkapalan masih menyisakan banyak penelitian yang belum tersentuh. Prof I Ketut Aria Pria Utama atau biasa disapa Prof IKAP mengkaji marine fouling. Inilah organisme laut yang sering menempel di bagian bawah kapal.
PROF IKAP Utama menjelaskan, bagian kapal yang terendam air berpotensi besar ditempeli organisme laut. Ada yang berasal dari tumbuhan seperti ganggang dan gulma. Ada juga hewan-hewan seperti kerang atau tiram. Semakin banyak marine fouling, pergerakan kapal makin lambat.
Perubahan gerak tersebut cukup signifikan. Kecepatan kapal yang ditumbuhi banyak marine fouling bisa berkurang 2–3 knot per tahun. Agar bisa bergerak lebih cepat, biasanya operator kapal menambahkan bahan bakar. ”Otomatis penggunaan BBM yang semakin tinggi akan meningkatkan polusi di laut,” ucap alumnus University of Southampton yang juga anggota Royal Institution of Naval Architects (RINA) itu.
Cara lain yang biasa digunakan, membersihkan bagian dasar kapal dari marine fouling. Tentu, kapal mesti diangkat dari laut ke daratan, kemudian dibawa ke dok untuk proses pembersihan. Namun, cara tersebut juga tidak efektif. Sebab, selama proses pembersihan, otomatis kapal tidak beroperasi selama 1–2 bulan.
Karena itu, IKAP membuat penelitian untuk mengetahui pola perkembangan marine
fouling di kapal. Setelah memahami proses pertumbuhannya, peneliti memungkinkan menentukan penanganan yang tepat untuk membersihkan kapal dari tumbuhan dan hewan-hewan tersebut. Penggunaan BBM pun bisa tetap hemat.
Penelitian yang dilakukan sejak 2015 itu bekerja sama dengan dua universitas. Yaitu, University of Melbourne Australia dan University of Southampton Inggris serta PT Birokrasi Klasifikasi Indonesia (BKI) dan PT Dharma Lautan Utama. Selain itu, perusahaan cat Hempel asal Denmark ikut berpartisipasi. Tiga mahasiswa ITS pun terlibat dalam penelitian tersebut. Riset itu telah menghasilkan 2 tesis dan 1 skripsi. Tidak hanya itu, penelitian kolaborasi peneliti tiga benua tersebut mendapat dana selama dua tahun dari Newton Fund. PT Dharma Lautan Utama bersedia meminjamkan kapalnya untuk objek penelitian. Kapal itu adalah kapal penumpang yang berlayar dengan rute Merak–Bakauheni.
Dalam riset tersebut, para peneliti melubangi bagian dasar kapal, kemudian menutupnya kembali dengan bahan transparan. Dari kaca itu, mereka bisa melihat perkembangan pertumbuhan marine
fouling. ”Baru 3–4 hari saja sudah dipenuhi kotoran,” tutur anggota Akademi Ilmu Penelitian Indonesia (AIPI) sejak 2015 tersebut. Penelitian itu pun mendapat apresiasi dari pemerintah Australia karena dianggap unik. Selain itu, hasil penelitian tersebut digunakan sebagai acuan para pemilik kapal untuk memantau penggunaan BBM. ”Kadang ada operator yang nakal dengan melaporkan penggunaan BBM tidak sesuai kenyataan sehingga anggaran penggunaan BBM melambung tinggi,” jelas ahli dinamika fluida itu. Peraih Distinction Medal Award dari RINA itu menuturkan, saat ini penelitiannya belum selesai. Akhir tahun nanti, dia berencana melakukan riset terakhir untuk menguji semua teori. Setelah berhasil, risetnya baru dipublikasikan. (ant/c20/nda)