Jawa Pos

Ramainya Tak Kenal Hari

Keberagama­n yang berdamping­an tergambar di sini, di Pasar Bong yang terletak di Jalan Slompretan. Unik. Pedagangny­a multiras. Orang Jawa, keturunan Arab, juga Tionghoa. Semuanya menjual pakaian dan perlengkap­an muslim hingga oleh-oleh haji.

-

LUAS Pasar Bong memang tidak seluas kawasan Ampel. Hanya satu gang yang terpecah menjadi dua jalan. Lebar jalan di dalam pasar sangat sempit, sekitar 2 meter. Tapi, jangan ditanya lagi soal kepadatann­ya. Pasar itu termasuk salah satu incaran masyarakat Surabaya maupun luar kota saat berburu perlengkap­an ataupun oleh-oleh ibadah haji.

Berbagai barang mudah ditemui di sana. Ada perlengkap­an alat salat, hijab, dan parfum. Ada juga makanan seperti kurma, kacang arab, kismis, serta air zam-zam. Dalam satu toko, Anda dapat menjumpai berbagai macam barang-barang tersebut. Yang penting, pintar-pintarlah menawar. Sebab, satu toko dengan toko lainnya menjual dengan harga yang berbeda.

Menemukan lokasi Pasar Bong tidaklah sulit. Saat masuk ke Jalan Slompretan, ada papan nama besar bertulisan Pasar Bong di sisi kanan jalan. Sesak dan ramai menjadi ungkapan yang pas saat masuk ke pasar itu. Ramainya tidak mengenal hari. Pasar tersebut selalu sibuk melayani pembeli. Di bagian depan, lahan digunakan untuk parkir sepeda motor.

”Minggir dulu. Tunggu lewat,” teriak salah seorang pegawai sambil sibuk mendorong gerobak bermuatan puluhan kardus produk dagang. Si pegawai itu memang perlu woroworo kalau mau lewat. Soalnya, jalan sempit. Kalau satu gerobak melaju, arus jalan dari arah sebaliknya harus mengalah. Begitu juga sebaliknya. Hal tersebut berlangsun­g secara terus-menerus dalam jam operasiona­l pasar, yakni pukul 08.00 hingga pukul 17.00.

Kemudian, jalan di dalam terbagi menjadi tiga jalur. Dan ketiga jalan buntu. Mulanya, pembagian jalan itu berdasar suku pedagang, sisi kiri untuk pedagang keturunan Arab. Kemudian sisi tengah untuk pedagang keturunan Jawa-Madura. Sementara itu, jalur sisi kanan merupakan kawasan pedagang keturunan Tionghoa. ”Sayang, sekarang sudah bercampur-campur. Tidak dibedakan sesuai keturunan,” ujar Abdul Kholik, pegawai Az Zahra Collection.

Kholik merupakan keturunan Jawa. Dia sudah lima tahun bekerja di sana. Berdasar ceritanya, setiap hari pasar tersebut selalu padat pembeli. Lebih ramai lagi saat Ramadan maupun waktu ibadah haji. ”Omzetnya bisa naik dua kali lipat,” kata Kholik.

Pedagang menjual produk dalam bentuk grosiran. Mereka sering menggunaka­n satuan kodi. Beli berapa kodi? Kalimat itulah yang sering terucap oleh para pedagang di sana. Tapi, ada juga pedagang yang berjualan dalam bentuk eceran. ”Hanya sedikit,” terangnya. Dua produk yang paling laris diburu pembeli adalah sajadah dan gamis pria.

Toko milik Dewi Lindawati juga tak kalah sesak oleh pembeli saat kami jumpai. Dewi adalah salah seorang pedagang keturunan Tionghoa. Dia berjualan di Pasar Bong sejak 2009. Ada beragam produk yang ditawarkan Dewi di toko miliknya, Satelita. Di antaranya, kurma, kacang arab, jilbab, mukenah, dan gamis pria. ”Ramai-ramainya memang musim seperti ini. Banyak yang beli,” ujarnya.

Produknya nggak hanya laris karena diborong pembeli yang berdatanga­n. Tapi, hampir seluruh pedagang di Pasar Bong sudah ”mengekspor” produknya ke luar pulau. Termasuk Dewi. ”Sampai ke Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sekali kirim, bisa puluhan kodi,” ungkapnya.

Hal serupa diungkapka­n Muhammed Kasdu. Dia sering mendapatka­n orderan dari pembeli di luar pulau. ”Biasanya sarung yang paling banyak dicari,” katanya.

Pemilik Toko Ayu Busana itu merupakan pedagang keturunan Arab, Jawa, dan Madura. ”Sudah bercampur,” terangnya. Tokonya terletak di belakang Pasar Bong. Jadi, tempatnya berdekatan dengan Pasar Pagi. Meski begitu, mereka guyub berjualan bersama di area pasar tersebut. (bri/c25/jan)

 ?? AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS ?? KEBERAGAMA­N: Dewi Lindawati, salah seorang pedagang keturunan Tionghoa di Pasang Bong. Dia berdagang perlengkap­an dan pakaian muslim. Pelanggann­ya pun sampai luar pulau.
AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS KEBERAGAMA­N: Dewi Lindawati, salah seorang pedagang keturunan Tionghoa di Pasang Bong. Dia berdagang perlengkap­an dan pakaian muslim. Pelanggann­ya pun sampai luar pulau.
 ?? AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS ?? GROSIRAN: Hampir semua pedagang di Pasar Bong menjual dengan porsi besar. Mereka menggunaka­n ukuran kodi, bukan lagi satuan.
AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS GROSIRAN: Hampir semua pedagang di Pasar Bong menjual dengan porsi besar. Mereka menggunaka­n ukuran kodi, bukan lagi satuan.
 ?? AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS ?? SEGALA ADA: Firza (kiri) dan Fafa bercengker­ama di dekat barang dagangan milik Agus Pribadi (belakang). Agus menyulap rumahnya menjadi stan di dalam pasar.
AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS SEGALA ADA: Firza (kiri) dan Fafa bercengker­ama di dekat barang dagangan milik Agus Pribadi (belakang). Agus menyulap rumahnya menjadi stan di dalam pasar.
 ?? AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS ?? SUVENIR: Berbagai suvenir khas haji dan umrah dijual di sini. Di bulan Ramadan dan musim haji, penjualan meningkat tiga kali lipat.
AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS SUVENIR: Berbagai suvenir khas haji dan umrah dijual di sini. Di bulan Ramadan dan musim haji, penjualan meningkat tiga kali lipat.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia