Isyarat Anti-Brexit pada Topi Ratu
Hadiri Pertemuan UE, PM May Siap Ubah Agenda
LONDON – Queen Speech alias Pidato Ratu meresmikan parlemen Inggris Rabu lalu (21/6). Selain pembahasan mengenai British Exit alias Brexit yang kini dinegosiasikan dengan Uni Eropa (UE), topi yang dipakai Ratu Elizabeth II dalam acara tersebut menuai banyak perhatian. Sebab, penutup kepala berwarna biru dengan hiasan bunga kuning berukuran mungil itu sangat mirip dengan bendera UE.
”Apakah ratu berusaha memberitahukan sesuatu tentang Brexit lewat topi yang beliau kenakan?” Demikian judul berita utama Daily Telegraph kemarin (22/6). Para pengguna lantas membandingkan topi biru itu dengan bendera UE. Warna biru pada topi dan bendera itu sama persis. Bintang kuning menjadi satu-satunya detail pada bendera UE, sebagaimana bunga kuning merupakan ornamen tunggal pada topi ratu.
Paul Flynn, politikus Partai Buruh yang duduk di House of Commons, menyebut penutup kepala ratu itu sebagai topi anti-Brexit. Topi tersebut baru dikenakan saat ratu hendak membacakan pidato yang naskahnya ditulis Perdana Menteri (PM) Theresa May dan para petinggi pemerintahan. Sebelumnya, dari prosesi awal hingga menjelang pidato, perempuan 91 tahun itu memakai mahkota kerajaan.
Guy Verhofstadt, jubir Parlemen Eropa, ikut mengomentari topi ratu kemarin. Menurut dia, istri Pangeran Philip tersebut masih terpengaruh UE. ”Ini bukti bahwa UE masih menginspirasi Inggris,” cuitnya. Sebagian kalangan yang lain menganggap topi itu sebagai kode bagi May agar tidak ngotot dengan agenda Hard Brexit. Apalagi, gara-gara May, Queen Speech tertunda dan ratu terpaksa melewatkan Royal Ascot.
Hubungan ratu dan May terkesan renggang sejak kekalahan Partai Konservatif dalam pemilu legislatif 8 Juni lalu. Apalagi, tak lama setelah itu, beberapa teror mengguncang Inggris. Di tengah gangguan keamanan tersebut, kebakaran hebat melanda Grenfell Tower yang tidak dilengkapi fasilitas keamanan yang memadai.
Di tengah pembahasan media dalam dan luar Inggris tentang friksi ratu dan May serta topi sang pemimpin monarki, pembahasan Brexit berlangsung di Kota Brussels, Belgia. Sejak Rabu, Menteri Urusan Brexit David Davis telah berada di sana untuk bertemu Juru Runding UE untuk Brexit Michel Barnier. Perundingan berjalan lancar. Tapi, baik Davis maupun Barnier ngotot mengusung agenda masing-masing.
Ketika Davis bertolak ke Brussels, May membekalinya dengan agenda Hard Brexit. Fokus utama agenda tersebut adalah meninggalkan pasar tunggal UE. Namun, ternyata perempuan 60 tahun itu tidak mencantumkan Hard Brexit dalam naskah pidato yang dia siapkan untuk ratu.
Itu menjadi indikasi positif bagi kesuksesan negosiasi Brexit. Sebab, May membuka peluang untuk mengubah agenda Hard Brexit. (AFP/Reuters/BBC/ CNN/hep/c17/any)