Terinspirasi Menara Nabawi
Sepanjang ’’jalur Raya Malang’’ di Kota Delta yang membentang mulai Jalan A. Yani, Gedangan, sampai Jalan Raya Candi, bertebaran masjid-masjid indah. Berkonsep unik nan megah. Para pemudik bisa menjadikannya sebagai tempat untuk beribadah sekaligus melepa
MENARA masjid bercat putih itu menjulang tinggi. Dengan ornamen berwarna emas, keberadaannya sangat mencolok. Apalagi, lokasinya di Jalan Raya Gedangan yang biasa disebut ’’jalur Raya Malang’’.
Tak heran, banyak orang yang singgah di Masjid Besar Al Hidayah, Gedangan. Tidak hanya menunaikan salat, mereka juga kerap memanfaatkannya untuk melepas penat. Santapan sahur juga tersedia setiap hari.
’’Kalau biasanya (masjid lain, Red) takjil berbuka saja. Di sini biasanya kami juga menyiapkan hidangan sahur buat para musafir,’’ kata Manajer Masjid Syaiful Ashar kemarin (22/6). Saat ditemui Jawa Pos, Syaiful sibuk bersama beberapa pengurus masjid lain mempersiapkan penerimaan zakat. Di beberapa saf masjid, tampak orang silih berganti mengerjakan salat Duha.
Menurut Syaiful, Masjid Besar Al Hidayah termasuk masjid paling bersih di Sidoarjo. ’’Orang-orang nyaman sama bersihnya itu,’’ ujar Syaiful.
Salah satu ikon Masjid Besar Al Hidayah adalah interiornya yang bergaya arsitektur Maroko. Tengok saja lampu-lampu berbentuk lingkaran yang menggantung tepat di bawah kubah utama. Ciri khas lampu bergaya Maroko adalah mempunyai penutup yang terbuat dari besi, kaca, atau manik-manik. Itu membuat cahaya lampu menjadi sedikit redup dan lembut.
’’Menaranya juga ikon. Terinspirasi menara Masjid Nabawi,’’ jelas Syaiful. Menara setinggi 43 meter tersebut memiliki atap genting berbentuk segi enam. Tampilannya bak menara indah Masjid Hassan II, Maroko, yang bergaya Moorish dari daerah Afrika Utara. Sentuhan kubah-kubah besar berjumlah empat buah dan pemilihan kaligrafi yang melingkari mihrab imam semakin menambah keindahan arsitektur masjid tersebut.
Masjid Besar Al Hidayah sejatinya berasal dari masjid kecil yang telah beberapa kali mengalami pemugaran. Menurut Syaiful, berdasar cerita yang hingga saat ini dipercaya, masjid tersebut didirikan Kiai Obong. Dia adalah sesepuh desa. Tahunnya masih simpang siur. Namun, makam utama pendiri itu berada di belakang masjid.
’’Perkiraan ya sekitar 1907 awal berdirinya,’’ ungkapnya. Renovasi besar dilakukan pada 2010 hingga menjadi semegah sekarang. Pertanda bahwa Masjid Al Hidayah sudah berusia tua adalah adanya sejumlah makam tua pejabat ’’ tempo doeloe’’. Di antaranya, makam Bupati Residen Surabaya R Djoko Soekarno Prawiro Amiprojo dan makam Wedono Gedangan R. Prawiro Adimedjo.