Tidak Sebesar Dulu, tapi Kualitas Terjaga
GRESIK – Puncak perhelatan pasar bandeng berlangsung kemarin malam. Acara tersebut dipusatkan di pertigaan Suling Jalan Basuki Rahmat. Seperti biasa, event itu dipenuhi ribuan warga.
Bupati Sambari Halim Radianto bersama jajaran Forkopimda Gresik hadir dalam event yang diberi tajuk Gebyar Pasar Bandeng Tradisional 2017 itu.
Tidak hanya diadakan kontes bandeng tradisional yang menampilkan bandeng kawak para peternak lokal yang sudah diteliti, sejumlah acara juga diselenggarakan kemarin. Mulai kreasi bandeng kropok, desain kemasan bandeng, hingga jajanan khas tempo dulu. Nuansa Islami juga terasa dengan penampilan sejumlah grup musik kasidah yang dihadirkan dari Semarang.
Sesuai dengan namanya, kontes bandeng tahun ini diperuntukkan bandeng-bandeng asli Gresik. ” Event ini adalah untuk para petambak asal Gresik. Karena itu, momen ini harus menjadi arena bandeng tradisional,” kata Sambari.
Di arena pasar bandeng, dominasi bandeng dari luar Gresik cukup terlihat. Buktinya, banyak stan yang menjual bandeng non- Gresik dengan ukuran sangat besar. M. Thoyib, pedagang asal Desa Ngasinan, Balongpanggang, menyatakan, saat ini tidak mudah melakukan budi daya bandeng kawak di Kota Pudak. Bandeng jumbo saat ini rata-rata didominasi non-Gresik. ”Sebab, kualitas air sudah menurun,” ujarnya.
Meski demikian, sejatinya, bandeng asal Gresik masih menjadi primadona. Terbukti, konsumen masih memburu bandeng lokal, terutama hasil panen petambak pantura. Sebab, kualitasnya dianggap masih terjaga.
Sementara itu, puluhan pe- dagang berjajar di Jalan Raya H Samanhudi, depan Pasar Kota Gresik. Mereka berlomba menyajikan ikan bandeng andalan masing-masing.
Abdurahman misalnya. Pedagang bandeng asal Kelurahan Kroman, Kecamatan Gresik, membawa puluhan ekor bandeng ukuran jumbo. ” Terkecil seberat 5 kilogram. Terbesar tadi sudah laku dengan berat 14 kilogram,” ujar lelaki 60 tahun itu.
”Seperti bayi. Masih muda, ada yang bongsor, ada yang kecil. Umur tidak bisa jadi patokan,” ucapnya.