Selalu Jadi Jujukan Para Santri
Bukan melulu kerudung atau busana muslim yang laris manis menjelang Lebaran. Di Jalan Sasak, kawasan wisata religi Ampel, banyak orang yang berburu aneka kitab. Demi diwakafkan ke musala.
AHMAD MUZAKKI terlihat sibuk memilih buku yang dibutuhkan. Sebuah buku setebal 1 sentimeter dengan kertas berwarna kuning dan sampul biru akhirnya ditemukan. Tiap halamannya tertulis huruf hijaiah. ’’Buat belajar di pesantren. Ini buku wajib buat santri,’’ ujar laki-laki 20 tahun itu.
Berbeda halnya dengan Faisal Ramadhan yang mencari Alquran terjemahan. Dia menyatakan sering berbelanja di kios buku Jalan Sasak itu. ’’Lebih murah juga kalau di sini dan pilihannya banyak,’’ kata pria asal Tambaksari tersebut.
Pemandangan hampir sama terjadi di kios lain di sepanjang Jalan Sasak itu. Di jalan yang berlokasi di kawasan wisata religi Sunan Ampel tersebut ada 10 toko yang berdiri di kiri dan kanan. Mereka menjual berbagai kitab yang mayoritas berhubungan dengan Islam.
Melewati jalan tersebut, bangunanbangunan tua akan menyapa. Arsitekturnya yang khas sangat sedap dipandang. Nilainilai sejarah yang terkandung di dalamnya menambah nilai Jalan Sasak sebagai salah satu kawasan pusat ilmu.
Sejak lama Jalan Sasak menjadi rujukan para santri untuk mencari kitab-kitab yang mereka butuhkan. Toko-toko tersebut biasanya menjual berbagai kitab kuning. ’’Di sini memang pusatnya jual kitab kayak gini. Santri-santri carinya di sini semua,’’ ujar salah seorang penjual kitab di Jalan Sasak, Afnan Achdjab.
Di sini mereka menyediakan berbagai kitab kuning. Mulai yang menggunakan abjad Arab gundul atau tanpa harakat hingga yang sudah diterjemahkan. ’’Percetakan kitab kuning banyak jadi banyak pilihannya,’’ terang Afnan.
Selain menjual kitab kuning, tokotoko kitab tersebut menjual Alquran. Bebagai ukuran dan jenis kertas mereka jual. Mulai harga biasa hingga ratusan ribu. ’’Kalau yang model saku cuma 14 ri bu aja,’’ kata Afnan yang sudah 12 tahun berjualan di sana.
Menurut Afnan, selama Ramadan, penjualan buku dan kitab meningkat. Apalagi Alquran yang paling banyak dicari orang. ’’Biasanya mereka beli banyak, terus di- wakafkan ke musala atau masjid,’’ tutur pria 58 tahun itu.
Hal yang sama terjadi di Toko Terkenal milik Abu Bakar. Di tokonya, Alquran adalah kitab yang paling dicari. Pembelinya juga berasal dari luar kota. ’’Rata-rata dari Jawa Timur saja. Kalau hari biasa, cuma 20–30 Alquran. Kalau Ramadan, bisa ratusan lebih,’’ ujarnya.
Toko buku dan kitab di kawasan Jalan Sasak itu memang memberikan harga yang lebih murah. Namun, kualitasnya sama dengan toko-toko besar lainnya. Sebab, di sini penjualan dilakukan secara grosir.
Selain terkenal sebagai pusat kitab, Jalan Sasak terkenal dengan berbagai pernakpernik khas Arab lainnya. Misalnya, penjual peci dan parfum. Harga peci pun tergolong sangat murah. Cukup Rp 5 ribu bisa membawa pulang peci.
Salah satunya Romlah yang memborong peci untuk dibagikan kepada sanak saudara. Dia sudah langganan berbelanja peci untuk Lebaran. ’’Biar seragam aja pecinya sekeluarga. Di sini harganya lebih murah, sama seperti Pasar Bong,’’ ujar perempuan asal Bangkalan itu.
Kawasan Jalan Sasak sejak dulu menjadi salah satu rujukan untuk berbelanja pernakpernik Islam. Arsitektur toko yang khas memberikan pemandangan berbeda ketika berbelanja di sana. Hal itu menambah ketertarikan untuk berbelanja sekaligus berwisata. (gal/c19/git)