Jawa Pos

Antrean Mengular 28 Km di Cikampek

Overall, Arus Mudik Lebih Lancar daripada Tahun Lalu

-

JAKARTA – Puncak arus mudik 2017 sudah terlewati kemarin dini hari (23/6). Secara umum, arus mudik tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Tidak ada lagi tragedi Brexit. Kemacetan malah terjadi di ruas tol Cikampek. Antrean kendaraan mengular sampai 28 kilometer (km) kemarin.

Berdasar pantauan pukul 20.30, kepadatan tampak di tol Jakarta–Cikampek

Sejak menjelang gerbang tol (GT) Cikarang Utama hingga rest area Km 57. Setelah rest area tersebut, arus mulai mencair. Kepadatan tampak kembali di tol Cipali dan ruas menjelang masuk tol Kanci–Palimanan. ”Kecepatan kendaraan sekitar 20 kilometer per jam,” ucap Dwi, operator Jasa Marga, ketika dihubungi Jawa Pos.

Kepadatan dari GT Cikarang berlanjut sampai kawasan industri Delta Mas. Dari lokasi tersebut, Dwi menginform­asikan bahwa kepadatan arus lalu lintas berkurang. Namun, arus kembali padat begitu masuk wilayah Karawang Barat. ”Selanjutny­a padat sampai Kilometer 57 di sekitar rest area,” ujarnya.

Sejak H-6 Idul Fitri, tidak kurang dari 430 ribu kendaraan bertolak dari Jakarta melalui GT Cikarang Utama. Data terakhir PT Jasa Marga mencatat, 106 ribu kendaraan masuk GT tersebut pada Kamis (22/6). Angka itu naik 34 persen dibanding lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada kisaran 78 ribu kendaraan. Tidak heran jika GT yang menjadi salah satu pintu masuk kendaraan menuju berbagai daerah di Jawa Barat tersebut tampak padat.

Kaposko Pusat Operasi Ramadaniya 2017 Kombes Henry Sutrisman menjelaska­n, arus kendaraan dari Jakarta melalui GT Cikarang Utama terus naik. Puncaknya terjadi Kamis malam sampai Jumat dini hari. ”Sesi pertama puncak arus mudik sudah Kamis malam,” katanya kepada Jawa Pos kemarin.

Berdasar data yang dihimpun pihaknya, lonjakan kendaraan mencapai 400 persen. Namun, itu tidak berarti Jumat siang sam- pai Jumat malam tidak ada kendaraan yang masuk Jawa Barat lewat GT Cikarang Utama. Antrean kendaraan yang masih mengular sampai tadi malam adalah buktinya. ” Tapi tidak sepadat Kamis malam,” ujarnya.

Bahkan, sejak siang Korlantas Polri memberlaku­kan contraflow. Tepatnya pada Km 31 sampai Km 61. Itu dibagi dua. Sebelum pukul 12.00 WIB, contraflow hanya dilakukan pada Km 31 sampai Km 41. Lantaran antrean kendaraan semakin panjang, contraflow ditambah sampai Km 61.

Korlantas Polri melakukan langkah tersebut guna mengantisi­pasi kepadatan di rest area Km 57. Dengan contraflow, arus lalu lintas yang tersendat diminimalk­an. Strategi serupa diterapkan pada dua titik lainnya, yakni pada jalur arteri Grinsing menuju Semarang dan jalur selatan dari Garut mengarah ke Tasikmalay­a. ” Contraflow di jalur arteri Grinsing–Semarang mulai Pasar Mangkang sampai Tugu,” jelas pria yang akrab dipanggil Henry itu.

Sementara itu, contraflow pada jalur Garut menuju Tasikmalay­a dilakukan sesuai kondisi di lapangan. Tidak berdasar jam, tapi disesuaika­n dengan titik kepadatan kendaraan. Sebab, jalan yang dilalui kendaraan pada jalur tersebut berliku dan sempit. Sehingga petugas harus melihat kondisi dan lokasi yang pas sebelum melakukan contraflow. ” Tapi, sudah kami pastikan di jalur selatan dilakukan contraflow,” ucap Henry.

Perwira menengah Polri dengan tiga melati di pundak itu pun mengklaim, rencana yang disusun Korlantas Polri berhasil. Potensi terjadinya kepadatan luar biasa di GT Brebes Timur (Brexit) pada puncak arus mudik tidak terjadi. Menurut Henry, instansiny­a ber- hasil mengatasi persoalan dengan delapan strategi yang sudah mereka persiapkan untuk mengatur lalu lintas selama musim mudik tahun ini. ”Sehingga tidak ada Brexit jilid dua,” tegasnya.

Tidak hanya mampu mengendali­kan arus lalu lintas di dalam dan luar tol, Henry menyatakan bahwa Korlantas Polri juga mampu menekan angka kecelakaan yang biasa terjadi pada musim mudik. ”Kalau dibandingk­an dengan tahun lalu, tahun ini mengalami penurunan,” kata dia.

Berdasar hitungan Korlantas Polri, angka kecelakaan tahun ini dibanding tahun lalu pada periode sama turun sekitar 4 persen. ”Dari H-6 sampai H-3.”

Lebih lanjut Henry mengungkap­kan, angka kecelakaan tahun lalu mencapai 596 kejadian. Sedangkan tahun ini 575. Selaras dengan penurunan angka kecelakaan, fatalitas kecelakaan pun turun. Indikatorn­ya adalah jumlah korban jiwa. ” Tahun 2016 ada 123 yang meninggal. Tahun ini sampai H-3 angkanya 88 korban jiwa,” jelasnya. Itu pun tidak semua korban adalah pemudik. Ada kecelakaan di dalam kota yang tak melibatkan pemudik.

Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi kemarin meninjau Terminal 1B Bandara SoekarnoHa­tta. Dia melakukan videoconfe­rence dengan sejumlah bandara yang digunakan sebagai jalur mudik tahun ini. Dia meminta maskapai penerbanga­n lebih menaruh perhatian dalam hal keamanan dan keselamata­n penumpang. ”Kalau dua hal itu bermasalah di udara, fatal,” tuturnya.

Selain itu, delay harus diminimalk­an karena pasti akan memengaruh­i penerbanga­n lainnya. Untuk mengantisi­pasi delay itu pula, bandara dioperasik­an hingga pukul 12 malam meskipun penerbanga­n terakhir dijadwalka­n pukul 22.00.

Dengan demikian, ada jeda waktu dua jam untuk kembali dan rotasi pesawat bisa normal lagi pada hari berikutnya.

Bahkan, seluruh bandara di bawah naungan PT Angkasa Pura II beroperasi 24 jam. ”Kami juga antisipasi dengan ramp check sehingga tingkat kegagalan terbang pesawat semakin berkurang,” lanjutnya. Berdasar data, hingga semalam sudah ada 2.348.590 penumpang yang terangkut pesawat. Gambir Puncak Mudik Hari Ini Sementara itu, situasi di Stasiun Gambir kemarin juga terpantau padat. Walau demikian, kemarin bukanlah puncak mudik di Gambir meski jumlah penumpang tercatat 16.286 orang. Diperkirak­an, puncak mudik bakal berlangsun­g hari ini, saat jumlah penumpang yang berangkat berdasar tiket mencapai setidaknya 16.499.

Sejumlah pemudik mengaku lebih senang menggunaka­n KA karena jadwalnya lebih pasti, selain tentu lebih cepat ketimbang melalui jalan raya. Muhammad Muchsin, misalnya, berangkat bersama ibu, istri, dan dua anaknya dengan menggunaka­n KA Argo Sindoro menuju Semarang.

Dia hanya membawa tiga tas. ”Lainnya sudah dipaketkan karena saya membawa dua anak usia 20 dan 7 bulan,” terang warga Cilegon, Banten, itu.

Hampir tiap tahun dia mudik ke Semarang dengan moda transporta­si umum tersebut. Alasan lainnya, KA lebih ramah untuk anak-anak karena bisa berjalan-jalan.

Lain halnya dengan Fani Hadianti. Gadis 23 tahun itu mudik sendirian ke Cirebon dengan menggunaka­n KA Argo Jati. Dia memilih moda KA karena lebih cepat dan nyaman. Lagi pula, waktu tempuh dari Stasiun Cirebon ke rumah dia hanya sekitar 10 menit.

Meski demikian, dia mengaku tahun ini sempat kesulitan untuk mendapatka­n tiket. ”Tahun lalu saya pesan tengah malam langsung dapat. Tahun ini saya baru dapat sekitar pukul 03.00,” tuturnya. Dia yakin itu terjadi karena peminat moda transporta­si KA makin membeludak.

Humas PT KAI Agus Komarudin menuturkan, tahun ini memang ada peningkata­n jumlah penumpang KA. ”Peningkata­nnya 4,95 persen, hampir 5 persen,” terangnya saat dihubungi kemarin.

Selama masa Lebaran kali ini, setiap hari PT KAI menyediaka­n 228 ribu seat. Baik untuk kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi. Naik 11 ribu bila dibandingk­an dengan tahun lalu yang mencapai 217 ribu seat per hari. Sebab, peminat moda tersebut juga meningkat.

Ketua Dewan Transporta­si Kota Jakarta (DTKJ) Ellen Sophie Wulan Tangkudung menuturkan, setiap musim arus mudik, volume kendaraan jauh melebihi kapasitas jalan. ”Sehingga macet tidak bisa terelakkan,” katanya. Dia berharap kemacetan cukup terjadi sekitar sejam saja. Setelah itu, petugas bisa mencairkan arus lalu lintas.

Perempuan yang juga presidium Masyarakat Transporta­si Indonesia (MTI) itu menjelaska­n, kepadatan cenderung terjadi ketika malam. Pemicunya, pemudik cenderung memilih pulang kampung menjelang malam untuk menghindar­i cuaca terik.

Ellen menjelaska­n, pemerintah tidak bisa mengatur kapan pemudik akan balik ke kampung halaman. Rencana menerapkan aturan ganjil-genap untuk mengatur pemudik ternyata juga tidak jadi direalisas­ikan.

Dia memprediks­i hari ini (24/6) arus kendaraan di simpul-simpul kemacetan sudah mulai berkurang. Dengan demikian, seluruh pemudik sudah bisa berkumpul dengan keluarga pada Lebaran besok (25/6).

Menurut Ellen, tahun ini koor- dinasi lintas lembaga sudah berjalan baik. Mulai Kementeria­n Perhubunga­n, Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, hingga Polri. Menurut Ellen, pemerintah daerah juga sudah kompak menyuksesk­an arus mudik 2017.

”Tetapi, ada pemda yang belum total. Misalnya, masih ada pasar tumpah di jalur pantura,” jelasnya. Ellen mengatakan, keberadaan pasar tumpah yang menghambat arus kendaraan itu merupakan kewenangan pemerintah daerah.

Selain itu, Ellen mengomenta­ri keberadaan jalan darurat selepas gerbang tol Brebes Timur. Dia mengatakan, jalur itu tidak tepat jika disebut sebagai jalan tol fungsional maupun tol darurat. Dia menegaskan, itu jalan biasa yang digunakan saat kondisi darurat saja.

”Masih banyak masyarakat yang mengira jalan darurat itu seperti jalan tol pada umumnya,” jelasnya. Padahal, kondisinya masih berupa jalan biasa. Tidak bisa disebut tol karena belum ada tarif. (byu/ syn/tau/wan/c9/c10/ang)

 ?? RAKA DENNY/JAWA POS ?? KE KAMPUNG HALAMAN: Kepadatan arus kendaraan pemudik di gerbang Cikarang Utama tol Jakarta-Cikampek kemarin (23/6). Kepadatan di tol ini terasa sejak Rabu lalu (21/6).
RAKA DENNY/JAWA POS KE KAMPUNG HALAMAN: Kepadatan arus kendaraan pemudik di gerbang Cikarang Utama tol Jakarta-Cikampek kemarin (23/6). Kepadatan di tol ini terasa sejak Rabu lalu (21/6).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia