Jawa Pos

Selamat Lebaran

-

SEBULAN berpuasa, esok umat Islam bertemu dengan Idul Fitri. Seperti biasa, persiapan menghadapi hari besar itu sudah mulai ramai dilakukan sepekan sebelumnya. Mal-mal disesaki mereka yang ingin membeli baju atau sepatu baru.

Padahal, konsep terlahir kembali yang digaungkan sebagai hasil dari tuntasnya berpuasa bukan hanya tentang baju atau segala hal baru yang fokus pada fisik. Ada hal lebih mendasar yang sejatinya tak pernah bosan diingatkan setiap tahun.

Semestinya, setelah menggemble­ng diri dengan menahan hawa nafsu, ada yang berubah dalam kualitas hidup. Saat puasa kita menjaga diri untuk tidak makan dan minum. Tidak emosian, berpikir positif, hingga melakoni berbagai kegiatan ibadah. Akan sayang jika semua hal itu tidak membekas sama sekali dalam diri. Seperti menjadi kesia-siaan jika kita tetap menjadi orang yang tak bisa menghindar­i korupsi, prasangka, atau hal-hal lainnya yang dilarang agama.

Idealnya, puasa 30 hari bisa membuat kita meningkatk­an derajat kualitas keimanan, kesalehan, dan ketakwaan. Menjadi seseorang yang lebih baik. Sebuah hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan berkebangs­aan kita saat ini.

Masih teringat dengan jelas obrolan dua sahabat Gus Mus dan Quraish Shihab di acara Mata Najwa Rabu lalu. Quraish Shihab menyoroti betapa kondisi keagamaan di Indonesia kini menuju ke arah konservati­sme. Jika terus dibiarkan, kondisi tersebut serupa dengan Mesir yang secara kehidupan bermasyara­kat dan bernegara terus memburuk dari hari ke hari.

Jangan sampai negeri tercinta kita ini terperosok sejauh itu. Ada satu hal yang bisa menyelamat­kan. Tak lain adalah toleransi. Bukankah akan terasa adem melihat sesama muslim tak lagi merasa paling benar dengan pemahamann­ya? Sebab, sekali lagi, seperti dikatakan Quraish Shihab, memahami Alquran tidak berarti mengartika­nnya. Lebih tepat menafsirka­nnya.

Tuhan tidak bertanya lima tambah lima berapa karena jawabannya hanya satu: sepuluh. Tetapi, Tuhan bertanya sepuluh itu berapa tambah berapa. Bisa tujuh tambah tiga, delapan tambah dua, dan sebagainya. Itu yang semestinya ketika kita hayati, kita ajarkan, supaya tidak timbul perpecahan.

Selamat berlebaran. Selamat menjadikan diri sebagai sosok baru yang bertoleran­si tinggi. (*)

 ?? DAVID PRASTYO/JAWA POS ??
DAVID PRASTYO/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia