Jawa Pos

Bikin Kebaya Kembali Digemari

Napas Indonesia terasa kuat dalam garis rancangan Jovian Mandagie. Bagi desainer papan atas Malaysia itu, Indonesia bukan sekadar tempat lahir, melainkan juga oase inspirasi yang tak pernah kering. Kepada wartawan Jawa Pos Dinarsa Kurniawan, dia menyebut

-

ATMOSFER hangat menyambut siapa saja yang bertandang ke ruang kerja Jovian Mandagie, lantai 4 JM Tower, Selangor, Malaysia. Di ruangan nan luas yang kaya nuansa kayu itulah Jovian menyambut tamu, rekan, dan kerabatnya. Pria berdarah Manado itu menuturkan, dirinya memang mengingink­an ruang yang luas dan homey agar orang yang berkunjung merasa nyaman.

”Kadang teman-teman gue juga bawa anak ke sini. Biar aja anak-anak mereka main di sini,” kata Jovian dengan bahasa Indonesia logat Jakarta. Wajar saja, meski sejak kecil dia pindah ke Malaysia bersama keluargany­a, pria kelahiran Jakarta, 6 Juni 1986, tersebut masih bolak-balik Kuala Lumpur-Jakarta.

Lulusan Limkokwing University, Selangor, itu masih merasa sebagai orang Indonesia. Karena itu, dia memilih Indonesia sebagai kiblat rancangann­ya. Jovian sudah sepuluh tahun terjun di bisnis fashion. Awalnya, dia khusus merancang busana-busana customized. Bergerak di bidang busana-busana couture, rupanya, belum memuaskan hasratnya.

Karena itu, pada 2012, dia membuka lini fashion keduanya yang diberi nama Jovian. Berbeda dengan brand pertama, Jovian bermain di ranah ready to wear. Melalui label tersebut, pria yang saat ditemui mengenakan kemeja putih dan skinny jeans serta sneakers putih itu memproduks­i koleksinya secara masal. Dalam setahun, dia bisa 10 kali merilis koleksi. Dalam satu koleksi, dia membuatnya hingga 10 ribu pieces. ”Saya

nggak ikut musim. Lagian, orang Asia itu gampang bosan,” ungkapnya, lalu tersenyum.

Di lini busana ready to wear tersebut, Jovian benar-benar berbisnis. Selain mengeluark­an banyak sekali koleksi, ragam koleksinya sangat variatif. Mulai dress, baju muslim, kebaya, tas, sepatu, hingga baju pria.

Jovian yang dikenal sebagai desainer dengan jiwa seni tinggi dengan gaun-gaunnya yang indah tidak takut gengsinya turun dengan mengeluark­an busana masal. Menurut dia, orang-orang sudah tahu perbedaan antara couture dengan ready to wear. Semua punya market masing-masing. Gaya Jovian yang clean, elegan, serta terkadang dramatis itu didapatkan dari melihat rancanganr­ancangan idolanya. Di antaranya, Biyan, John Galliano, Elie Saab, Edward Hutabarat, dan Alexander McQueen. Jovian pun merasa beruntung pernah magang di tempat Ivan Gunawan selama 6 bulan pada 2007.

Kenapa mesti berguru kepada desainer Indonesia? Jovian menyatakan, 10 tahun silam ketika memulai karir dalam bidang fashion, dirinya melihat dunia mode Malaysia terlalu ketinggala­n dari Indonesia. Dia mengungkap­kan, orang Malaysia terlalu safe dalam berbusana. Sebaliknya, orang Indonesia berani tampil eksperimen­tal.

Ketika kali pertama menjejakka­n kaki dalam dunia mode Malaysia, gebrakanny­a adalah mengembali­kan kebaya. Menurut dia, 10 tahun lalu, kebaya dilupakan di negaranya. Berkat sentuhan kebaya gaya Indonesia yang kaya detail seperti aneka payet dan bebatuan, warga Malaysia pun kembali menerima kebaya.

Pada Februari lalu, Jovian tampil di Indonesia Fashion Week 2017. Kehadirann­ya disambut dengan sangat hangat. ”Pasti ada keinginan untuk suatu saat memperkena­lkan diri di Indonesia,” tegasnya. (*/c23/na)

 ?? DINARSA KURNIAWAN/JAWA POS ?? INSPIRASI INDONESIA: Jovian Mandagie di antara baju-baju ready to wear rancangann­ya. Brand Jovian menjadi favorit fashionist­a Malaysia.
DINARSA KURNIAWAN/JAWA POS INSPIRASI INDONESIA: Jovian Mandagie di antara baju-baju ready to wear rancangann­ya. Brand Jovian menjadi favorit fashionist­a Malaysia.
 ?? JOVIAN MANDAGIE FOR JAWA POS ?? HAUTE COUTURE: Detail payet dan renda dalam busana ber-cutting clean dan elegan merupakan ciri garis desain Jovian.
JOVIAN MANDAGIE FOR JAWA POS HAUTE COUTURE: Detail payet dan renda dalam busana ber-cutting clean dan elegan merupakan ciri garis desain Jovian.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia