Jawa Pos

Nama Beken Bukan Jaminan

-

BICARA reputasi, tidak ada yang lebih mengilap dari Michael Essien dan Didier Zokora di Liga 1 saat ini. Essien pernah membela Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan, sedangkan Zokora pada era emasnya pernah membela Tottenham Hotspur dan Sevilla.

Ternyata, keduanya tetap kesulitan. Essien lebih sering bermain, tetapi belum bisa memberikan dampak luar biasa bagi tim. Sementara itu, Zokora masih jadi opsi rotasi. ”Harus diakui, fisik saya belum berada di kondisi puncak,” kata Zokora kepada Jawa Pos.

Ya, hanya empat kali starter yang dicatat Zokora hingga pekan ke-11 Liga 1 bersama Semen Padang. Bahkan, jika dibandingk­an dengan pemain muda lokal sekelas Finno Andalas, Zokora kalah. Finno sudah bermain dalam sepuluh pertanding­an Kabau Sirah, julukan Semen Padang.

Tidak ingin nama besarnya tercoreng, apalagi berstatus marquee player, Zokoro sudah berencana meningkatk­an kondisi fisiknya. ”Libur Lebaran ini, saya memilih tidak pulang meski itu Idul Fitri. Saya ingin kian menyatu dengan tim. Terutama untuk membenahi fisik saya,” tutur pemilik nomor punggung 15 di Semen Padang tersebut.

Untuk Essien, secara statistik, dia sebenarnya tidak begitu buruk. Bahkan, dia merupakan pemain Persib yang paling rajin melepas tembakan (20 kali). Mantan pemain yang ikut membantu Ghana lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2006 itu bahkan sudah menyumbang dua gol.

Hanya, problemnya adalah belum sesuai ekspektasi. Harus diakui, dia memiliki nama besar secara reputasi. Tetapi, kinerjanya masih kalah jauh ketimbang Peter Odemwingie (Madura United), Wiljan Pluim (PSM Makassar), dan Momo Sissoko (Mitra Kukar).

Sementara itu, kelayakan Juan Pablo Pino yang menjadi marquee player di Arema justru dipertanya­kan. Dia kalah bersaing dengan pemain lainnya. Apalagi kalau disandingk­an dengan Esteban Vizcarra. Tak heran, pemain asal Kolombia tersebut hanya bermain tiga kali sebagai starter.

Awalnya, Pino kalah bersaing dengan Dedik Setiawan dan Andriyanto di sayap. Akhirnya, Aji memainkann­ya sebagai gelandang serang. Duet dengan Vizcarra sempat dijajal. Keduanya juga acap kali bertukar posisi. Tetapi, dalam empat laga ter- akhir, Pino kehilangan tempat.

Dengan 285 menit kesempatan, winger berpaspor Kolombia itu belum sekali pun mencetak gol maupun assist. Persentase statistikn­ya kalah dalam semua hal dengan Vizcarra. Dalam lima penampilan, Arema menang dua kali, imbang sekali, dan sisanya kalah.

Sebenarnya, Aji tidak menampik bahwa skill pemain 30 tahun itu tidak perlu diragukan. Sayangnya, selama ini, pihak Arema mempunyai kendala komunikasi dengan Pino. ”Dia kan nggak bisa bahasa Inggris. Makanya, mungkin sulit juga memberi instruksi maupun komunikasi,” ucap Aji.

Dalam empat kali absen tersebut, posisi gelandang serang mutlak jadi milik Vizcarra. Bahkan, saat dia digeser menjadi pemain sayap, gelandang serang diberikan kepada Adam Alis. Kecocokan dua pemain membuat Aji memarkir Pino. Namun, Aji mengaku masih ingin memberinya kesempatan. ”Kami perlu melihat dulu perkembang­annya seperti apa. Dia akan dapat kesempatan selama dia berusaha,” ujar pelatih 47 tahun itu. (io/dit/rpd/rid/c20/ham)

 ?? DARMONO/RADAR MALANG ?? TRENGGINAS: Dedik Setiawan (tengah) lebih menjadi pilihan di sisi sayap Arema ketimbang Juan Pablo Pino yang berstatus marquee player.
DARMONO/RADAR MALANG TRENGGINAS: Dedik Setiawan (tengah) lebih menjadi pilihan di sisi sayap Arema ketimbang Juan Pablo Pino yang berstatus marquee player.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia