Terus Asah Ilmu Digital Marketing dari New York
Sebagai dosen di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Gresik, Tyas Ajeng Nastiti selalu menularkan beragam ilmunya kepada mahasiswa. Satu yang paling bermakna: ilmu marketing saat belajar di New York.
TYAS Ajeng Nastiti bermimpi bakal terbang ke New York. Sejak SMA, dia menjadikan kota modern di Amerika Serikat itu sebagai kota impian. Waktu di bangku kuliah, Tyas mencobanya dengan mengikuti pertukaran pelajar ke New York. Berkali-kali ikut tes. ”Saat itu, empat kali daftar, empat kali pula gagal,” ujar perempuan yang kini dosen kewirausahaan di UISI Gresik itu.
Tyas mengaku baru punya kesempatan emas pada 2015. Saat itu, dia sedang menempuh kuliah magister desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima sebagai salah seorang peserta short course student sandbox di Syracuse University, New York. Beasiswa tersebut khusus diberikan untuk profil yang sudah punya atau menjalankan sebuah bisnis.
Awalnya, Tyas memasukkan profil bisnis sepatu yang dimulainya sejak 2012. Bisnis handmade sepatu etnik itu sudah berjalan dengan pemasaran via media sosial dan blog. Dari hasil seleksi, Tyas dan empat orang lain berhasil meraih beasiswa selama dua bulan.
Artinya, saat itu, Tyas bisa gratis mengikuti perkuliahan. Jika ditotal, biayanya sekitar USD 3.500 atau kurang lebih Rp 40 juta. Dalam sepekan, dia mengikuti kelas tiga kali. Selebihnya, Tyas dan kawan-kawan berkantor di Green Tech. Sebuah gedung yang diperuntukkan sebagai semacam inkubator bisnis.
”Setiap minggu ada evaluasi, apa saja yang sudah kami kerjakan untuk bisnis kami,” terang Tyas. Salah satunya digital marketing untuk mengenalkan produk kepada pembeli.
Setelah program beasiswa tersebut, Tyas membuat e-commerce yang lebih terarah sebagai wadah pemasaran produk sepatu etniknya. ”Di akhir program, saya dan peserta lain diberi kesempatan presentasi produk di depan investor,” kenangnya. Ilmu itu kerap dibagikan kepada mahasiswa UISI.
”Saya sharing kepada mahasiswa saya. Bisnis itu tidak sesimpel hanya membeli dan menjual sesuatu. Cara pemasarannya harus benar-benar tepat,” ungkap dia.
Pengalaman itu juga terus menginspirasi Tyas. Dalam waktu dekat, dia akan membuat inkubator bisnis di UISI. ”Bukan hanya untuk mahasiswa, melain- kan untuk umum,” ungkapnya.
Tyas yakin Gresik bakal punya local value dengan UMKM yang tumbuh semakin pesat. Fokus inkubator bisnis itu adalah wadah untuk mematangkan jiwa entrepreneur. Materi belajarnya seputar inovasi produk, keuangan, pemasaran, dan manajemen.
Mei lalu, Tyas terpilih sebagai asesor Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Dia terpilih setelah melewati seleksi 800 pendaftar di seluruh Indonesia. ”Total ada 23 yang terpilih. Di Jawa Timur terpilih lima. Salah satunya saya,” terangnya.
Tyas punya tugas memetakan potensi ekonomi kreatif di masing-masing kota atau kabupaten. Setelah Lebaran, Tyas diagendakan berkeliling ke beberapa kota di Indonesia, seperti Lombok Tengah, Jogja, dan Denpasar. (c6/roz)