Agama dan Akidah Jadi Rujukan
MENJALIN keakraban dengan warga binaan perempuan di Rutan Kelas II-B Gresik tidak bisa instan. Butuh proses untuk membuat para warga binaan merasa nyaman dan percaya. Itulah yang dialami Endang Herawaty, pembimbing konseling Pesantren At-Taubah Rutan Gresik dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
’’Biarkan mereka mempelajari diri kita dulu. Kalau sudah enjoy, pasti mau cerita dengan sendirinya,’’ tutur perempuan kelahiran NTT tersebut.
Untuk menciptakan suasana akrab dan menumbuhkan rasa nyaman, Endang biasa mengisi kelas bukan hanya dengan konseling ataupun diskusi suatu masalah. Namun, dia juga mengadakan aneka games berhadiah. ’’Hadiahnya seperti biskuit ataupun buah-buahan,’’ katanya.
Endang menambahkan bahwa perkara terbanyak yang dialami para warga binaan perempuan adalah kasus pencurian. Pemicunya macam-macam. Mulai terjerat masalah ekonomi hingga nafsu memiliki suatu barang tertentu, tetapi tidak bisa membeli. ’’Dalam kondisi kepepet atau pengin banget punya barang tertentu, logika jadi nggak jalan. Spontan ngambil barang di minimarket atau ngambil helm di parkiran. Nggak sampai mikir kalau itu ada sanksi hukumnya,’’ paparnya.
Endang juga berusaha melembutkan hati para warga binaan. Dengan begitu, mereka legawa menerima kenyataan yang tengah dihadapi. Dia jugamemberikan solusi yang mengacu pada agama dan akidah. Setiap santri perempuan di rutan dibangkitkan untuk menjadi sosok yang kuat, sabar, dan ikhlas. Terapi rohani berupa salat sunah, mengaji, dan meminta maaf pada keluarga. Dilanjutkan memaafkan diri sendiri dan bertobat memohon ampun. ’’Masalah yang menimpa mereka tidak bisa dihindari. Harus dihadapi dan dijalani dengan kekuatan spiritual,’’ kata perempuan 40 tahun itu. (hay/c15/dio)