Generasi Milenial Butuh Talent-T
Pengukuhan Prof Amiartuti Kusmaningtyas
SURABAYA – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) menambah lagi seorang guru besar. Kemarin (30/8) Prof Dr Amiartuti Kusmaningtyas SH MM dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu ekonomi. Terobosannya untuk mampu bersaing di dunia kerja patut diimplementasikan. Terutama bagi para generasi muda.
Prof Ami, sapaan Amiartuti, menyebutkan, berdasar data Institute for Management Development (IMD) World Talent Report 2016, Indonesia menempati peringkat ke-44 dari 61 negara yang disurvei. Peringkat Indonesia berada di bawah Singapura (ke-15), Malaysia (ke-19), dan Thailand (ke-37).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, Prof Ami menyatakan bahwa posisi tertinggi tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 ditempati lulusan SMK. Posisinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka SMA dan SD. ’’Fakta ini memang perlu dicermati lebih lanjut,’’ ujarnya.
Di sisi lain, prediksi penduduk usia sangat produktif ditempati generasi milenial. Generasi yang lahir pada 1981–1994. Mereka disebut sebagai generasi yang mendominasi dunia kerja. Diperkirakan, pada 2025, generasi milenial menduduki 75 persen porsi tenaga kerja di dunia.
Karena itu, jelas dia, perlu dipahami karakteristik generasi milenial. Yaitu, generasi yang kreatif, berpendidikan tinggi, fasih teknologi, efisien, memiliki jiwa wirausaha, serta suka hiburan dan kebersamaan. Mereka juga solid antarteman dan memiliki eksistensi diri dihargai secara sosial.
Meski begitu, ada yang memandang generasi milenial dengan stereotipe negatif. Yakni, malas, narsis, cuek dengan keadaan sosial, hedonisme, suka party, dan pergaulan bebas.
Prof Ami memperkenalkan konsep Talent-T: memadukan generic knowledge dengan specialist knowledge. Merujuk pada huruf T, garis horizontal pada huruf T melambangkan pengetahuan luas yang harus diketahui talent. Garis vertikal melambangkan kedalaman keterampilan seorang talent. Artinya, seseorang sebaiknya tidak hanya mengetahui pengetahuan dia sendiri ( specialist knowledge), tetapi juga pengetahuan terkait banyak hal. ’’Mentalnya tidak boleh pantang menyerah. Apalagi, pada era MEA, orang terampil bebas keluar masuk negara,’’ terangnya. (puj/c14/nda)