Jalan bagi Penerus Tetap Terjal
PENGAMAT politik yang juga sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menilai gugatan agar perempuan bisa menjadi gubernur DIJ tidak terlepas dari situasi internal keraton. Yakni, anak Sultan Hamengkubuwono X memang perempuan semua.
”Gugatan ini memang iya karena itu,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos tadi malam. Tanda bahwa Sultan ingin mengangkat putrinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, kata Arie, juga terlihat saat putri sulungnya itu diangkat menjadi Mangkubumi. ”Itu kan mau dijadikan putri mahkota yang akan menjadi regenerasi (kepemimpinan kera- ton),” imbuhnya.
Meski sudah ada putusan MK yang melegalkan perempuan jadi gubernur, Arie menilai upaya tersebut tidak lantas bisa berjalan mulus. Pasalnya, selama ini hukum positif yang berlaku di Indonesia belum connect dengan hukum dan tata pemerintahan di keraton.
Oleh karena itu, persoalan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Sultan. Apalagi, sebagaimana sudah menjadi rahasia umum, hubungan Sultan dengan adik dan kerabatnya tidak cukup harmonis setelah diangkatnya GKR Pembayun sebagai putri mahkota. ”Sudah timbul lama sejak Sultan menyampaikan sabda dua kali,” terangnya.
Arie menyatakan, untuk menghindari konflik yang besar di internal keraton, Sultan perlu memasifkan konsolidasinya jauhjauh hari. Sebab, meski mengikuti apa yang diputuskan keraton, publik tetap tidak menghendaki adanya kegaduhan.
Terlebih, hingga saat ini, sikap adik dan kerabatnya masih cukup keras. Karena itu, dibutuhkan upaya konsolidasi yang intens. ”Sultan perlu mengajak adikadiknya untuk berembuk ambil keputusan yang solid. Itu menjadi bagian yang harus direspons agar tidak terjadi konflik,” ungkapnya. (far/c6/fat)