Publik Bisa Miliki Tol Tertua
Sekuritisasi Pertama Operasional Jalan Tol
JAKARTA – Instrumen investasi baru di pasar modal bertambah satu lagi. Kemarin (31/8) otoritas bursa mencatatkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Mandiri JSMR01. Surat berharga senilai Rp 2 triliun tersebut diterbitkan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) atas pendapatan dari tol Jakarta–Bogor–Ciawi ( Jagorawi). KIK EBA tersebut mempunyai tenor 5 tahun dengan bunga yang akan dibayarkan sebesar 8,4 persen.
Itu merupakan sekuritisasi jalan tol pertama di tanah air. Tol Jagorawi adalah tol tertua yang dimiliki JSMR. Rata-rata pendapatan dari tol Jagorawi mencapai Rp 700 miliar per tahun. Potensi pendapatan yang dilepas kepada investor mencapai Rp 400 miliar. Ke depan, total ada 13 ruas tol yang dilepas Jasa Marga secara bertahap ke pasar modal lewat instrumen KIK EBA. Sejauh ini, tingkat permintaan KIK EBA Mandiri JSMR01 mencapai Rp 5,1 triliun atau oversubscribed 2,7 kali dari total nilai penerbitan.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (Dirut BEI) Tito Sulistio mengungkapkan, penerbitan KIK EBA tersebut sangat baik untuk mendiversifikasi instrumen di pasar. Apalagi, pembagian dividen KIK EBA itu dilakukan setiap tiga bulan sekali. Namun, Tito berharap penerbitan KIK EBA yang baru nantinya bisa mengakomodasi pembagian dividen sebulan sekali.
’’Saya sudah bilang Bu Rini (Menteri BUMN, Red), kalau bisa dividennya nanti dibagi sebulan sekali supaya lebih menarik untuk investor ritel,’’ ujarnya saat pencatatan KIK EBA JSMR01 di BEI kemarin. Saat ini mayoritas investor KIK EBA JSMR01 berasal dari investor institusional seperti perusahaan asuransi dan dana pensiun.
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menjelaskan, tren saat ini adalah banyak perusahaan besar yang melakukan efisiensi. Dia mencontohkan sudah banyak perusahaan telekomunikasi yang menjual aset menara base transceiver station (BTS) ke perusahaan pengelola menara. Bankbank BUMN juga akan menjual mesin automated teller machine (ATM) kepada perusahaan pengelola ATM. Hal itu dilakukan demi efisiensi sekaligus agar korporasi lebih fokus pada lini bisnis utamanya.
Jika korporasi ingin bisa tumbuh pesat, Jokowi menyarankan agar budaya melepas aset tetap ( fix asset) terus dilakukan. Dengan pelepasan fix asset ke pasar, potensi keuntungannya lebih besar sehingga kemampuan korporasi untuk berekspansi juga lebih besar.
Meski mengaku mengapresiasi penerbitan KIK EBA JSMR01, Jokowi sempat mengeluhkan lambatnya proses penerbitan yang memakan waktu sembilan bulan. Rupanya, pengurusan masalah pajak untuk KIK EBA di Ditjen Pajak cukup rumit sehingga KIK EBA JSMR01 baru bisa dicatatkan di bursa kemarin.
’’ Ngurus soal pajaknya lama? Ya, itu di bawah Kementerian Keuangan. Kalau cuma itu, kan tidak banyak, satu lembar palingpaling. Masa surat kayak gini saja sampai sembilan bulan enggak keluar-keluar,’’ celetuknya kepada Dirut Jasa Marga Desi Arryani yang kemarin juga hadir di BEI. Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga berada di lokasi saat itu pun turut menyaksikan percakapan tersebut.
Desi mengungkapkan, proses penerbitan KIK EBA yang baru memang rumit. Selain karena instrumennya masih baru, investasi itu memang tidak dikenai pajak pertambahan nilai (PPN). Sebab, biaya masuk tol juga tidak kena PPN. (rin/c20/sof)